Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
Keduanya dengan berat hati menutup menyudahi perbincangan mereka ddengan video call itu, saat sudah menutup telepon, Sella Ye merasa sedikit mengantuk. Dirinya baru akan tertidur, ketika ponselnya berdering lagi, ternyata Bobby Shen meneleponnya lagi. Sella Ye setengah sadar menjawab teleponnya, "Halo? Ada apa lagi?"
Tapi dari sisi satu telepon itu, tidak terdengar suara Bobby Shen, melainkan suara seorang lelaki yang asing, "Halo, apakah saya berbicara dengan Nona Sella Ye?"
Walaupun kepalanya terasa berat, namun Sella Ye berusaha mengingat-ingat suara lelaki itu, tapi dirinya merasa belum pernah mendengar suaranya. "Dengan siapa saya berbicara?"
Dari telepon itu dapat terdengar suara gaduh dari musik di latar belakangnya, lelaki itu kemudian berkata kepada Sella Ye: "Halo, ini adalah bar Malam, temanmu Caroline Ji mabuk parah di sini, dia juga tidak membawa uang sepeserpun dengannya, kamu adalah temannya bukan? Bisakah kamu datang ke sini untuk menjemputnya, kalau tidak kami hanya bisa melemparnya ke jalanan."
Sella Ye mendengarkannya dari awal sampai akhir, seketika dia merasa bertambah pusing, saat dia ingin menghindar, lelaki di telepon itu berkata kepadanya lagi: "Caroline Ji berkata kamu pasti datang menolongnya, maka maaf sudah merepotkan Nona Ye untuk datang kemari menjemputnya." Setelah berkata demikian, dia memberikan ponselnya kepada Caroline Ji.
Caroline Ji berkata dengan suara yang tidak jelas: "Sella Sella, cepat datang selamatkan aku, aku lupa kata sandi gopay-ku, bisakah kamu datang kemari? Aku....aku besok akan mengembalikannya padamu, akan kukembalikan dua kali lipat! Tolonglah aku, lelaki itu baru saja merabaku! Sella Sella......"
Caroline Ji meneriakan nama Sella Ye, Sella Ye merasa teriakannya mirip dengan teriakan untuk memanggil setan, dia ingin menutup telinganya, namun dia akhirnya menjauhkan ponselnya.
Perkataan Caroline Ji tidak menentu, dan terkadang disertai dengan isakan tangis, suara tangisan yang kasihan tiada tara, sambil bercerita tadi ada lelaki yang mengganggunya, mencoleknya, dan berkata dia ketakutan dan sejenisnya.
Membayangkan dirinya di posisi Caroline Ji, mendengar tangisannya yang mengiris hati, Sella Ye juga tidak tega. Tapi sekarang sudah larut sekali, dia seorang diri pergi ke bar untuk menjemputnya juga tidak aman.
Dia sedang ragu untuk mencari seseorang untuk menemaninya menjemput Caroline Ji. Yang pertama kali terlintas di benaknya adalah Rio Lu. Namun malam itu Rio Lu sedang berkencan dengan Hartini Shi, mereka berdua sekarang pastilah sedang masuk ke dalam desa penuh cinta, dirinya tidak tega untuk menggangu momen mereka berdua itu.
Orang di telepon itu mendesaknya: "Nona Ye, segera datang kemari, kalau tidak nanti ketika ada apa-apa dengannya, aku tidak mau bertanggung jawab!"
Sella Ye merasa dirinya tidak mungkin tidak menolong orang yang sedang kesusahan, akhirnya dia hanya bisa menyetujui permintaannya, "Baiklah, tolong aku untuk menjaganya dulu, aku sekarang juga akan pergi untuk menjemputnya."
Sella Ye menutup telepon, kemudian dengan segera berganti pakaian. Angin malam berhembus, dingin menusuk tulang. Dia mengenakan jaket di luarnya, baru berjalan keluar untuk memanggil taksi.
Tempat tinggal Sella Ye punya akses yang cukup baik, semalam apa pun juga ada taksi yang melintas. Dia memberhentikan sebuah taksi, lalu berkata kepada supir taksi itu untuk mengantarnya pergi ke bar. Supir itu tidak banyak tanya dan langsung membawa Sella Ye menuju ke bar.
Setelah turun dari mobil, Sella Ye mendorong terbuka pintu bar, lalu masuk ke dalamnya. Dengan bantuan penjaga bar, dia akhirnya menemukan Caroline Ji dalam keadaan mabuk parah.
Melihatnya datang, Caroline Ji mengajaknya mabuk-mabukan bersama.
Sella Ye tidak menggubrisnya, dia kemudian membayar pesanan Caroline Ji. Caroline Ji setengah sadar berterimakasih kepadanya, lalu berkata: "Untuk berterima kasih kepadamu, aku ingin memberimu minum alkohol, setelah itu baru kita pulang bersama, ok?"
Sella Ye tidak berdaya, beberapa kali dia mengajak Caroline Ji untuk pergi, namun Caroline Ji masih juga tidak mendengarkannya. Sella Ye juga tidak bisa menggerakannya. Kali ini Sella Ye baru menyesal dirinya datang menjemput Caroline Ji seorang diri. Dirinya seorang tidak akan mampu menyeret Caroline Ji."
Sella Ye memanggil pegawai di situ untuk membantunya, pegawai yang menerima pembayaran darinya dari awal sudah pergi meninggalkannya, maka dia juga malas untuk kembali ke situ membantunya.
Sella Ye akhirnya mencoba untuk menjelaskan kebenarannya kepada Caroline Ji: "Kamu ini sebenarnya mau pulang atau tidak? Kalau kamu tidak mau pulang, kamu tinggal sendiri saja di sini, nanti apa pun yang terjadi kamu tanggung sendiri, toh aku sendiri sudah berbaik hati untuk datang ke sini!"
Caroline Ji seakan tidak mendengar perkataan Sella Ye, dia malah tertawa keras, kemudian berkata: "Jangan seperti itu Sella, kamu temani aku minum satu gelas saja, aku akan langsung mengikutimu pulang! Aku bersumpah!"
Sambil berkata demikian, Caroline Ji menyodorkan segelas minuman berwarna merah ke hadapan Sella Ye.
Sella Ye menghela nafas sebal, dia bertanya dengan serius kepadanya: "Apa dengan aku meminum minuman ini, kamu akan langsung pulang denganku?"
"Pasti pasti." Caroline Ji bermanja-manja, akhirnya bersama dengan Sella Ye sekali itu.
Karena sudah demikian, Sella Ye juga hanya ingin cepat-cepat membawa Caroline Ji meninggalkan bar itu, maka dengan sekali teguk, dia menghabiskan minuman itu, kemudian bertanya kepada Caroline Ji: "Apa sekarang kita sudah boleh pulang?"
Tidak tahu apakah dia salah melihat, tapi Sella Ye merasa, setelah dirinya meminum minuman itu, sorot mata Caroline Ji terhadap dirinya seakan bertambah segar, seakan semua itu hanya akting belaka.
Langkah Sella Ye sedikit bergoyang, dia mengira minuman yang dia minum barusan tidak berefek apa-apa terhadapnya. Namun, saat dia menjulurkan tangannya ingin memapah Caroline Ji, Caroline Ji tiba-tiba bangkit berdiri. Sella Ye dapat melihat seutas senyum di bibirnya, dalam hati dia tiba-tiba merasa ada yang tidak beres.
Walaupun dirinya sekarang masih tidak tahu firasat buruknya ini apa, tapi Sella Ye segera tersadar dan meningkatkan kewaspadaannya. Yang pertama dia lakukan adalah menekan gelang pemancar lokasinya, dan diam-diam berdoa: Hartini Shi, semoga kamu belum tertidur, dan bisa melihat sinyal SOSku!
Sella Ye sambil menekan gelangnya itu, sambil merasakan tubuhnya serasa bertambah berat. Dirinya sedikit demi sedikit merosot, akhirnya dia tergeletak di lantai, tidak punya tenaga lagi untuk bangkit berdiri, seluruh otaknya mulai tidak sadar. Dia berusaha untuk tidak tertidur, namun, kelopak matanya terasa berat. Dia menyemangati diri sendiri untuk tidak memejamkan mata, tapi akhirnya kelopak matanya tidak sanggup menyangga berat, perlahan tertutup. Hal terakhir yang dilihatnya adalah sepasang sepatu kulit hitam. Saat dia menengadah ke atasm dilihatnya sebuah wajah lelaki yang tak asing baginya.
Ternyata...... Yogi Zhou!
Yogi Zhou!
Tanpa sadar, Sella Ye dibawa masuk ke dalam sebuah van putih, saat dirinya tersadar di dalam van itu, dia melihat diam-diam keluar jendela mobil, dengan sekuat tenaga menekan-nekan gelang pemancar lokasi miliknya. Tapi seseorang yang duduk di sampingnya dengan segera mendapati dirinya tersadar, dia kemudian menggunakan sebuah kantung hitam menutupi wajahnya, tidak membiarkan dia melihat keluar jendela.
Pandangan Sella Ye sekali lagi menjadi gelap gulita, mobil itu berjalan ke arah mana, dirinya tidak tahu sama sekali. Dadanya dipenuhi perasaan putus asa. Dia berdoa diam-diam, Hartini Shi dapat melihat permintaan tolongnya. Diam-diam berharap...... ini adalah harapan terakhirnya......
Kalau yang tadi dilihatnya benar-benar Yogi Zhou, maka nanti ketika dia sudah sampai ke dalam tangannya, maka Sella Ye sudah tidak akan bisa kabur lagi......
Yogi Zhou orang ini akan membalas dendam dengan cara apa, dia tidak berani untuk membayangkannya.
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang