Angin Selatan Mewujudkan Impianku - Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
Sella Ye segera membuka ponselnya kembali, mendapati semua keterangan yang berhubungan dengan nama Bobby Shen Shen, diganti menjadi 'si pemilik piggy'.
Si pemilik piggy?
Sella Ye tidak tahan kemudian mengomel sendiri, 'si pemilik piggy' bukankah berarti secara tidak langsung menunjuk dirinya sendiri piggy, kemudian membuat Bobby Shen menjadi pemilik Sella Ye?
Si bajingan ini!
Sella Ye membenamkan diri ke dalam selimut lagi, awalnya dia ingin bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan diri dari apa yang ditinggalkan Bobby Shen ke dalam tubuhnya itu. Tapi dia teringat, obat kontrasepsinya sudah dibawa pergi oleh Bobby Shen, dia jadi ogah-ogahan dibuatnya.
Toh dia tidak punya obat kontrasepsi lagi, membersihkan diri itu semata-mata hanya memberinya ketenangan diri, kalau memang sudah hamil, ya tetap akan hamil.
Sebenarnya tidak minum obat juga ada bagusnya, Sella Ye menenangkan diri, dengar-dengar terlalu terlalu banyak mengonsumsi obat kontrasepsi akan berdampak buruk pada tubuh, terutama pengaruhnya terhadap sistem endrokrin. Sella Ye sudah mengonsumsi obat kontrasepsi selama beberapa tahun ini, jelas-jelas membuat frekuensi menstruasinya berkurang, dia sendiri juga tidak ingin karena obat kontrasepsi dirinya jadi memasuki fase menopause lebih awal.
Lagipula tadi Bobby Shen baru saja menyampaikan, dia dan Airin Jiang tidak ada rencana akan menikah. Perkataan Bobby Shen jelas lebih dapat dipercaya daripada desas-desus yang beredar dari mulut orang-orang luar.
Berpikir sampai di sini, Sella Ye merasakan sebuah batu yang tadinya membebani hatinya, sekejap mata seakan ada seseorang yang mengambilnya lalu membawanya pergi.
Seketika bahkan suasana hatinya pun bertambah baik berlipat-lipat.
Saat merebahkan di atas tempat tidur, yang terbayang di benaknya hanyalah Bobby Shen, dia juga tidak bisa memungkiri, keahlian Bobby Shen dalam aspek itu memang membuatnya bertekuk lutut. Ketika dia mulai tenggelam lagi di dalam memorinya barusan, dia hanya ingin menyerah seutuhnya kepada Bobby Shen.....Sella Ye merasa dirinya kesulitan bernafas, dia lalu menggelengkan kepala, untuk menarik dirinya kembali ke alam kenyataan, kemudian memberitahu dirinya agar tidak lagi berpikir lebih jauh ke sana!
Malam itu dia harus pergi menjenguk mamanya di rumah sakit, supaya keesokan paginya dia bisa berangkat bekerja.
Sella Ye pun bangkit kemudian bersiap-siap. Setelah berganti baju, dia pergi keluar untuk naik mobil menuju ke rumah sakit di mana mamanya dirawat
Sesampainya Sella Ye di rumah sakit, dia bertanya kepada perawat yang bertanggung jawab merawat mamanya, mengenai keadaan mamanya belakangan ini. Mengetahui keadaannya stabil, legalah hatinya.
Kemudian Sella Ye juga bertanya masalah biaya pengobatan mamanya di rumah sakit kepada perawat itu. Perawat itu berkata pembayaran pengobatan mamanya sangat tepat waktu, dan lagi saldo di dalam kartu pengobatan mamanya sangat banyak, yang bahkan digunakan untuk membayar pengobatan mamanya selama setengah tahun lagi masih cukup. Bahkan gaji bulanan perawat itu pun sudah dibayarkan di muka, perawat itu sangat berterimakasih, kemudian berkata pada Sella Ye kalau Sella Ye sudah menemukan seorang suami yang baik.
Tiga kata 'suami yang baik' itu menyengat telinga Sella Ye. Memang Bobby Shen sudah berkata padanya akhir tahun itu dia tidak akan menikah dengan Airin Jiang, tapi dia juga belum pernah berjanji akan menikahi dirinya.
Sella Ye tahu dengan jelas, dirinya di mata orang lain, tidak lain hanyalah mainan, seorang wanita simpanan.
Mengenai hal ini, perawat itu tentunya sudah mendengar desas-desus mengenai dirinya, hanya saja untuk menjaga perasaan Sella Ye, dia sengaja membahasakan Bobby Shen sebagai 'suami' Sella Ye.
Sella Ye tahu perawat itu hanya mengutarakan kata-kata yang enak didengar, namun hal ini tidak membuat Sella Ye merasa tenang, malahan memberi lebih banyak pikiran padanya.
Setelah menemukan alasan yang sekiranya bagus, Sella Ye berpamitan kemudian beranjak pergi.
Sesampainya Sella Ye di kamar kosnya, dia mandi air panas, lalu berbaring di atas tempat tidurnya dan tertidur. Tertidur sampai keesokan harinya, tanpa bermimpi buruk, tidur dengan tenang.
Keesokan harinya, setelah mandi dan berdandan rapi kemudian sarapan, Sella Ye berangkat menuju ke kantor.
Hampir seminggu Sella Ye tidak datang ke kantor, memasuki gedung kantor, Sella Ye mengawasi banyaknya orang lalu-lalang di situ. Sella Ye menarik nafas dalam-dalam, menenangkan diri, saat mendongak lagi, dia mendapati Hartini Shi Shi sedang tersenyum melihatnya, kemudian menyapa dengan berkata, "Sella Ye, aku sedang menunggu kedatanganmu!"
Kemarin malam, sebelum Sella Ye tertidur, dia mengirim sebuah pesan ke Hartini Shi Shi, untuk memberitahunya, hari ini dia akan datang ke kantor. Tak disangka, mendapat pesan Sella Ye, Hartini Shi sudah dari pagi buta menunggu kedatangan Sella Ye.
Sella Ye bergandengan tangan dengan Hartini Shi, mereka berdua berbincang dan tertawa-tawa sepanjang jalan menuju ke lift.
Hartini Shi tidak henti-hentinya menggosipkan, "Oh iya, Sella Ye, lelaki itu yang bernama Rio Lu, apa dia kemarin sudah bertemu denganmu?"
Sella Ye mengangguk kemudian berkata, "Dia mencariku, tapi setelah bertemu denganku, dia langsung pergi lagi."
"Iya kah?" Hartini Shi bertanya dengan curiga, "Aku kira dia adalah pacarmu!"
"Bukan kok." Sella Ye tertawa.
"Benar-benar bukan?" Hartini Shi masih curiga, "Kalau begitu siapa sebenarnya pacarmu? Misterius sekali!"
Di sela-sela perkataan Hartini Shi, Bobby Shen berjalan masuk dari gerbang berputar lobi, dia hari ini mengenakan sebuah sweater biru tua, dengan sebuah dalaman v-neck abu-abu, menunjukan lehernya yang ramping dan elegan dan celana panjang hitam. Saat dia berjalan ke arah sini, senyum terukir di wajahnya yang tampan itu, terutama saat dia berjalan melewati Hartini Shi dan Sella Ye, sorot matanya mengandung kehangatan.
Hartini Shi melongo dibuatnya, seketika dia lupa dirinya tadi sedang bercerita sampai di mana, sesaat dirinya seakan terkena sengatan listrik yang membuat otaknya berhenti bekerja, dia menarik-narik lengan baju Sella Ye sambil berkata, "Sella Ye, Sella Ye, apa kamu lihat itu? Bos Shen baru saja tersenyum kepadaku? Ya Tuhan! Ya Tuhan! Hari ini dia tampan sekali, benar-benar seperti seorang artis....."
Sella Ye tidak kuasa mengusap-usap dahinya, melihat Bobby Shen berjalan melewatinya, dia masuk ke lift yang lain, kemudian mengingatkan Hartini Shi, "Dia sudah berjalan menjauh."
Hartini Shi akhirnya baru tersadar, dengan sorot matanya yang masih terpukau itu mengantar kepergian Bobby Shen, dia berkata, "Sella Ye, menurutmu seperti apakah pacar Bos Shen ya?"
Sella Ye terkejut mendengar pertanyaan Hartini Shi, dia terbatuk, lalu menjawab, "Kira-kira orang biasa, orang normal."
"Bagaimana mungkin?" Hartini Shi tidak setuju mendengarnya, "Bos Shen setinggi itu, setampan itu, juga sekaya itu, masih muda pula, wanita yang masuk dalam kategorinya tentunya sangat kaya, bukan hanya kaya, tapi tentunya juga bertalenta, dan pastinya sangat cantik, seperti Airin Jiang itu." Setelah berkata demikian, dia tidak bisa menahan diri lalu bertanya dengan suara pelan, "Menurutmu Bos Shen dan Airin Jiang sudah pernah melakukannya belum?"
Sella Ye dikejutkan dengan pertanyaan Hartini Shi itu, dia lalu mengingatkan, "Kamu wanita baik-baik bagaimana bisa berbicara hal seperti itu?"
"Ha? Tidak boleh berbicara seperti itu kah?" Hartini Shi merasa bersalah, "Apa hanya lelaki yang boleh membicarakannya?"
Sella Ye mengusap dahinya lagi, "Kamu ini sudah terlalu sering bersama dengan si gendut Tanu, jadi ikutan rusak?"
Wajah Hartini Shi memerah, merah sampai ke leher-leher, kemudian sambil memainkan bibirnya berkata, "Hngg, kamu ini menggangguku terus, aku tidak mau bermain lagi denganmu!"
Melihat reaksi Hartini Shi seperti itu, Sella Ye tahu ternyata ini bukan hal kecil lagi, dia mengejar Hartini Shi lalu bertanya kepadanya cukup lama. Setelah itu dia baru mengetahui, ternyata Hartini Shi sudah diam-diam berkencan dengan Tanu beberapa kali.
"Jadi, masalah apakah sudah berbuat atau belum, itu juga Tanu yang mengajari?" Sella Ye mendesaknya.
"Tidak kok......" Hartini Shi ingin mengelak, tapi sudah terlanjur terkena sorot mata Sella Ye yang galak itu, akhirnya dia menjawab dengan jujur, "Dia sudah pernah menyinggng-nyinggung hal itu padaku, tapi aku, aku menolaknya.....Sella Ye, menurutmu aku harus bagaimana?"
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaLove Is A War Zone
Qing QingSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAku bukan menantu sampah
Stiw boyAir Mata Cinta
Bella CiaoDark Love
Angel VeronicaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaAngin Selatan Mewujudkan Impianku×
- Bab 1 Lelaki Yang Ganas
- Bab 2 Menyiksanya Perlahan
- Bab 3 Rumah Bocor
- Bab 4 Berapa Harga Satu Malam
- Bab 5 Selalu Membencinya
- Bab 6 Tidak Boleh Memakai Rok
- Bab 7 Tidak Ingin Meninggalkan Dia
- Bab 8 Datang Mencari Tuan Kedua
- Bab 9 Dia Tidak Akan Menikahi Kamu
- Bab 10 Sangat Mencintai Sella Ye
- Bab 11 Menginginkan Kamu Sekarang
- Bab 12 Harus Bagaimana Mencintaimu
- Bab 13 Status Yang Tidak Sama
- Bab 14 Kurang Satu Lubang
- Bab 15 Pernah Membayangkan
- Bab 16 Kamu Boleh Tutup Mulut
- Bab 17 Suara Langkah Kakinya
- Bab 18 Turun Dari Mobilku
- Bab 19 Tidak Akan Memaafkannya
- Bab 20 Datang Ke Ruanganku
- Bab 21 Beraninya Kamu Mengkhianatiku
- Bab 22 Kamu Benar-Benar Menjijikan
- Bab 23 Kejadian di dalam Kantor
- Bab 24 Airin Jiang Keluarlah Dulu
- Bab 25 Kekasihnya!?
- Bab 26 Sakitkah
- Bab 27 Suara Langkah Kakinya
- Bab 28 Di Dalam Hatinya ada Kamu
- Bab 29 Tertinggal dalam Mimpi
- Bab 30 Kencan Malam Ini
- Bab 31 Penjelasan dan Kedok
- Bab 32 Hanyalah sebuah Permainan
- Bab 33 Semua Berasal dari Hati
- Bab 34 Jadi Apa Kamu Mau
- Bab 35 Harga Diri Bos Bobby
- Bab 36 Punggung yang Indah
- Bab 37 Khusus Buatku
- Bab 38 Menyembunyikan Lelaki Liar
- Bab 39 Memohonlah Padaku
- Bab 40 Sorot Mata yang Hangat itu
- Bab 41 Kuberikan Tiga Puluh Detik
- Bab 42 Jangan Bergerak, Biarkan Aku Melihatnya
- Bab 43 Masih Berani Membohongiku?
- Bab 44 Jangan Bilang Kamu Jatuh Cinta Padaku
- Bab 45 Hadiah Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 46 Bagaimana Dengan Cincin
- Bab 47 Merasa Dicintai
- Bab 48 Wakil Presiden Kamu Tidak Bisa
- Bab 49 Usaha Seorang Pria
- Bab 50 Sementara Menyukaimu
- Bab 51 Pacar Sella
- Bab 52 Telepon Dari Bobby
- Bab 53 Aku Sedikit Merindukanmu
- Bab 54 Kamu Harus Memakai Rok
- Bab 55 Janji Terhadapnya
- Bab 56 Sepasang Cincin
- Bab 57 Penyelamat di Larut Malam
- Bab 58 Sella Maafkan Aku
- Bab 59 Cemburu
- Bab 60 Confessing Baloon
- Bab 61 Ambil Seorang Wanita Bersamaku
- Bab 62 Jika Kamu Berkata Bohong
- Bab 63 Bukti Cinta
- Bab 64 Apakah Ingin Menyetir
- Bab 65 Nafas Yang Manis
- Bab 66 Cincin Yang Terukir Huruf
- Bab 67 Pagi-pagi Kurang Pemberasan
- Bab 68 Pemilik Rumah Yang Sinting
- Bab 69 Penyerbuan Yang Menakutkan
- Bab 70 Luka Selamanya
- Bab 71 Geggaman Jari
- Bab 72 Apakah Kamu Mau Mandi?
- Bab 73 Kepemilikan Mutlak
- Bab 74 Mengikatkan Dasi
- Bab 75 Terkejut Lalu Tertawa
- Bab 76 Sabar dan Mengalah
- Bab 77 Mendapatkan Cinta Seseorang
- Bab 78 Kamu Sedang Memata-mataiku
- Bab 79 Gelas Kedua Setengah Harga
- Bab 80 Lelaki Tampan
- Bab 81 Tidak Makan Nasi Tetapi Makan Kamu
- Bab 82 Sella Kamu Penurut
- Bab 83 Menarik Napas Dengan Tidak Berdaya
- Bab 84 Itu Bukan Cinta
- Bab 85 Siapa Yang Tidak Pernah Bodoh
- Bab 86 Matanya Sudah Memerah
- Bab 87 Kereta Bawah Tanah Larut Malam
- Bab 88 Kesenangan Balas Dendam
- Bab 89 Kekuatan Pacar Meledak
- Bab 90 Bisakah Tunggu Lagi
- Bab 91 Siapa Yang Mencintai Dahulu Duluan Kalah
- Bab 92 Kemarahan Wanita
- Bab 93 Menunggu Dibawah
- Bab 94 Kemenangan Yang Dibuat-buat
- Bab 95 Siapa Yang Tertawa Sampai Akhir
- Bab 96 Kebohongan Demi Kebaikan
- Bab 97 Meninggalnya Fenny Ye
- Bab 98 Itu Hal Yang Baik Jika Kamu Tidak Masalah
- Bab 99 Sudah Lama Tidak Pernah
- Bab 100 Kamu Bisa Bersabar
- Bab 101 Emosimu Cukup Besar
- Bab 102 Pria Yang Kuat
- Bab 103 Pasangan Yang Mesra
- Bab 104 Dimatanya Hanya Ada Dia
- Bab 105 Hati Sedih Diri Sendiri Yang Tahu
- Bab 106 Semua Pria Sama
- Bab 107 Membelikannya Sebuah Dasi
- Bab 108 Berputarlah Untukku
- Bab 109 Mangsa Yang Lebih Sempurna
- Bab 110 Apakah Kamu Menyalahkanku?
- Bab 111 Enak Bukan Kepalang
- Bab 112 Dukungan Untukmu dari Balik Layar
- Bab 113 Aku hanya ingin memelukmu
- Bab 114 Kamu Empuk di mana saja
- Bab 115 Tidak Ingin Aku Pergi
- Bab 116 Kesombongan Wanita
- Bab 117 Mencegah Pelecehan
- Bab 118 Peringatan Yang Baik
- Bab 119 Anti-Pencurian Anti-Tetangga
- Bab 120 Wanita Paling Beracun
- Bab 121 Serigala Berbulu Domba
- Bab 122 Bersiap Berkorban
- Bab 123 Nanti Bersikaplah Lebih Baik
- Bab 124 Bantu Aku Menyelidikinya
- Bab 125 Diikuti
- Bab 126 Jangan Tunggu Aku Lain Kali
- Bab 128 Mengapa Kamu Memaksa
- Bab 128 Ingin Pulang Menemaninya
- Bab 129 Kejadian Kemarin Malam
- Bab 130 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan
- Bab 131 Bisakah Pelan Sedikit
- Bab 132 Masalah Yang Lebih Buruk
- Bab 133 Bobby Jangan Bermain Lagi
- Bab 134 Kamu Sangat Sensitif
- Bab 135 Selalu Diingat
- Bab 136 Diasingkan Seluruh Dunia
- Bab 137 Ingin Curang
- Bab 138 Suka Yang Keras
- Bab 139 Malam Ini Mau Kesini
- Bab 140 Sudah Bermain Semalaman
- Bab 141 Detak Jantung Tak Karuan
- Bab 142 Kekuatan Fisik Yang Luar Biasa
- Bab 143 Memeluknya Saat Tidur
- Bab 144 Siapa Yang Peduli Denganmu?
- Bab 145 Menyesal Seumur Hidup
- Bab 146 Selesai Sudah
- Bab 147 Tidak Ada Harapan Lagi
- Bab 148 Alasan Membencinya
- Bab 149 Berani Menghadapi
- Bab 150 Malam Ini Akan Kubuat Kamu Minum
- Bab 151 Pria Serakah
- Bab 152 Menelan Sendiri 20 miliyar
- Bab 153 Pahlawan Menyelamatkan Adegan
- Bab 154 Seperti Seekor Anjing
- Bab 155 Apakah Bisa Membantu kakak
- Bab 156 Kamu Tidak Tega Meninggalkanku
- Bab 157 Hatinya juga Geli
- Bab 158 Merebut Lelakimu
- Bab 159 Akhirnya Jujur Juga
- Bab 160 Menuliskan Namamu ke Dalam Kartu Keluarga
- Bab 161 Cukup Mengangguk
- Bab 162 Tidakkah Itu Menyedihkan?
- Bab 163 Kamu Sangat Hebat
- Bab 164 Membuat Caroline Ji Marah
- Bab 165 Diperlakukan Seperti Monyet
- Bab 166 Aku akan Membantumu Memberinya Pelajaran
- Bab 167 Dibeli oleh Airin Jiang
- Bab 168 Saudara Pura-pura
- Bab 169 Keajaiban Cinta
- Bab 170 Berjalan di Puncak Gunung Kehidupan
- Bab 171 Tidak Menunjukkan Cinta
- Bab 172 Inilah Hidup
- Bab 173 Makan Siang Gratis
- Bab 174 Ayah Tahu Semua
- Bab 175 Aku Tidak Mau Menikah Dengannya
- Bab 176 Bertahan Satu Detik Lagi
- Bab 177 Mematikanmu Duluan
- Bab 178 Dengan Perasaan Genit
- Bab 179 Hanya Bisa Sampai Disini
- Bab 180 Saudara Seperti Apa Itu
- Bab 181 Sedikit Membengkak
- Bab 182 Akhir Pekan Membawamu Pergi Bermain
- Bab 183 Mulut Pisau Hati Tahu
- Bab 184 Masalah Yang Penting
- Bab 185 Godaan Rumah Besar
- Bab 186 Jalan Buntu
- Bab 187 Perasaan Cinta Pertama
- Bab 188 Lelaki yang Memberikan Bunga
- Bab 189 Sengaja Menguntitmu
- Bab 190 Tidak Ada Orang yang Sebaik Kamu
- Bab 191 Melihatku Mengganti Pakaian
- Bab 192 Jangan Lakukan Hal Bodoh Lagi
- Bab 193 Hatimu Sangat Beracun
- Bab 194 Perasaan Tenggelam
- Bab 195 Apa Masa Depan Mereka?
- Bab 196 Setiap Hari Merasa Kesepian
- Bab 197 Temani Aku Minum Satu Gelas
- Bab 198 Kamu juga menemui Hari Ini
- Bab 199 Pembalasan Dendam yang Gila
- Bab 200 Jangan Beritahu Dia Dulu
- Bab 201 Dalang
- Bab 202 Kabur ke mana
- Bab 203 Giginya Gatal Menahan Amarah
- Bab 204 Selama Masih Ada Kehidupan, Masih Ada Jalan Keluar
- Bab 205 Bekerja untuk Borjuis seperti Menemani Harimau
- Bab 206 Bersikeras
- Bab 207 Ke Mana Dia Harus Mencari Uang
- Bab 208 Menambahkan Api
- Bab 209 Satu-satunya Putri
- Bab 210 Bantu Aku Sekali Lagi
- Bab 211 Memulai Hidup Baru
- Bab 212 Siapa Yang Berani Menggertakmu
- Bab 213 Dengarkan Kamu Semua
- Bab 214 Pulanglah Bersama
- Bab 215 Semoga Kamu Melakukan YangTerbaik
- Bab 216 Tidak Ada yang Cuma-Cuma
- Bab 217 Aku Tunggu Kabar Baik Darimu
- Bab 218 Lebih Tahu dari Siapa pun
- Bab 219 Makan Malam Seorang Diri
- Bab 220 Mengirimu Turun ke Neraka
- Bab 221 Seleramu Bagus
- Bab 222 Maafkan Aku
- Bab 223 Sok Polos
- Bab 224 Hatimu yang Terkejam
- Bab 225 Orang Mati adalah yang Teraman
- Bab 226 Kebahagiaan Awam
- Bab 227 Masih Menyalahkanku
- Bab 228 Yang Bersalah Adalah Kamu
- Bab 229 Siapa yang Lebih Bodoh
- Bab 230 Kalau Begitu Aku akan Pelankan
- Bab 231 Anak Perempuan Nadia
- Bab 232 Ini Adalah Balasannya
- Bab 233 Tidak Tahu Apa-Apa dan Bodoh
- Bab 234 Tidak Ada Hubungan Darah
- Bab 235 Intuisi Seorang Perempuan
- Bab 236 Tidak Ada Dinding Kedap Udara
- Bab 237 Cukup Kamu Bekerja Sama
- Bab 238 Mendapatkan Alat Pendengar
- Bab 239 Tujuan Selanjutnya
- Bab 240 Cahaya Langka
- Bab 241 Satu Kalimat Terima Kasih
- Bab 242 Sedikit Kewalahan
- Bab 243 Bukan Hari Pertama
- Bab 244 Pernah Bersama
- Bab 245 100% Identik
- Bab 246 Mengganggu Anjing Gila
- Bab 247 Mantan Kekasih
- Bab 248 Barang Palsu yang Menyedihkan
- Bab 249 Tidak Tertarik Mengetahuinya
- Bab 250 Perasaan Benci Memenuhi Hati
- Bab 251 Tidak Eksploitatif Padamu
- Bab 252 Masih dalam Keadaan Koma
- Bab 253 Serakah
- Bab 254 Saat Susah, Terlihat Warna Aslinya
- Bab 255 Rahasia Yang Penting
- Bab 256 Laporan Tidak Bisa Palsu
- Bab 257 Dia Tidak Akan Mencintaimu
- Bab 258 Pertimbangan Satu Malam
- Bab 259 Membunuh Satu Sama Lain
- Bab 260 Kamu Bekerja Sama Denganku
- Bab 261 Beri Kamu Sup Ayam
- Bab 262 Kesalahan Kecil
- Bab 263 Hanya Orang Asing
- Bab 264 Setuju Menikah Dengan Aku
- Bab 265 Apakah Mau Bersama
- Bab 266 Kamu Tunggu Aku
- Bab 267 Bagaimana Menelan Semua Ini
- Bab 268 Mencintai Seseorang