Mr. Ceo's Woman - Bab 74 Celah
"Andreas, aku sudah capek, belakangan ini aku menyelesaikan pekerjaanku dengan sangat lelah, aku memiliki keluargaku yang harus aku jaga, aku sudah tidak sanggup untuk menjalani hubungan denganmu."
Dia mengendus, dan suaranya yang tersedak bergema di ruangan kosong.
"Apakah kamu menangis?"
Suaranya terdengar sangat lembut, selembut bulu yang menutupi pipinya.
Alina Rong tiba-tiba teringat kembali, sepertinya dia memang bersikap seperti ini saat awal pertama kali dia bertemu dengan Andreas Pei.
Pada saat itu dia terbebani oleh beban keluarga, dengan keadaan yang berantakan, dia duduk di koridor rumah sakit dan menangis terisak-isak, saat itu Andreas Pei juga menyapanya dengan lembut dan menyerahkan selembar tisu yang lembut padanya, menenangkan dan membantunya.
Setelah itu, semuanya terjadi tiada akhir.
"Alina, kamu tidak perlu khawatir mengenai masalah rumah sakit, kamu juga tidak perlu khawatir mengenai masalah pekerjaan. Aku bersungguh-sungguh, kamu cukup memberitahuku saja."
"Ding dong——"
Sebuah pesan datang dari ponselnya, Alina Rong melihatnya, dia menemukan bahwa dia telah menerima sejumlah uang yang lumayan besar di rekeningnya, jelas sekali, ini adalah drama yang selalu dilakukan Andreas Pei padanya.
Tetapi drama semacam ini selalu berguna.
Dia bukan Caily Man, dia benar-benar kekurangan uang.
"Alina, jangan menangis lagi, aku sudah berdiri lama di depan pintumu, bolehkah kamu mengizinkanku masuk dan memelukmu?"
Alina Rong seketika terkejut, dia tahu bahwa dia seharusnya tidak jatuh ke dalam jebakan itu lagi, tetapi tubuhnya masih membuka pintu tanpa sadar.
Andreas Pei berdiri di depan pintu, koridornya sangat gelap sehingga sulit untuk melihat raut wajahnya.
"Alina, bisakah kita memulai lagi dari awal? Aku tidak akan melakukannya lagi lain kali."
Alina Rong berhenti dan berkata, "Kamu selalu mengatakan seperti ini, tetapi kamu tidak pernah bisa melakukannya."
Raut wajah berubah menjadi gelap, kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Dia meletakkan kepalanya yang basah di depan Alina Rong, tatapan matanya penuh dengan perpecahan, matanya berkaca-kaca membuat orang enggan berpaling darinya.
"Alina, kamu tidak seperti ini sebelumnya, kamu sangat patuh dulunya, apakah semua ini dikarenakan bosmu itu?"
Matanya melotot, terlintas bahaya mendekat dari matanya.
"Ini tidak ada hubungannya dengannya, masalah ini ada di antara kita berdua."
Alina Rong memperhatikan perubahan pada Andreas Pei, perlahan-lahan dia meletakkan tangannya pada gagang pintu, sensasi kesemutan muncul dari kulit kepalanya.
Awalnya dia ingin berpura-pura terkejut, sekarang dia malah tidak bisa menyembunyikannya, seluruh tubuhnya mulai gemetaran.
"Alina, kamu tidak boleh terpengaruh olehnya, wanita itu butuh dikasih pelajaran."
Tatapan tajam melintas di mata Andreas Pei, dan Alina Rong merasakan kondisinya memburuk.
Dia merasa dirinya saat ini jelas berada dalam ruangan yang terang, tetapi dia seperti terbungkus erat dalam kegelapan, dan sepertinya terpisah oleh segala sesuatu yang ada di luar, dan kemudian perlahan larut dalam ketakutan.
"Alina, jauhi dia kedepannya, apa kau mendengarnya!"
Dengan nada memerintah, Alina Rong menemukan bahwa setelah berpisah dalam beberapa waktu, emosinya tidak berkurang malahan meningkat.
"Iya, iya, iya, aku akan mendengarkanmu, oke? Aku akan mendengarkanmu."
Dia gemetar sambil membuka lengannya dan memeluk lehernya.
Andreas Pei berhenti sebentar, lalu mengulurkan tangannya untuk memeluk punggungnya.
"Alina, aku merindukanmu, aku sangat merindukanmu, bolehkah jangan tinggalkan aku lagi?"
Gumaman rendah itu seperti bisikan di antara sepasang kekasih, dia menatapnya dengan tatapan kosong, merasa bahwa dinding hati yang dia bangun begitu kokoh sepertinya runtuh dalam semalam.
Entah itu kelemahan atau kesepian, dia sekali lagi memilih untuk menunduk dan membiarkan Andreas Pei menggendongnya ke kamar tidur.
Dengan suara "bump", Andreas Pei memadamkan lampu kamar tidur, meletakkan Alina Rong di tempat tidur besar yang empuk, kemudian bangkit dan berjalan ke lemari TV tepat di seberang tempat tidur, meletakkan ponselnya, dan senyuman jahat muncul di sudut mulutnya. .
"Alina, aku akan membuatmu tak akan terpisahkan dariku selamanya."
Hanya saja Alina Rong saat itu hanya menganggapnya sebagai ucapan kasih sayang dan tidak menelusurinya lebih dalam lagi.
...
Caily Man mengenakan sepatu hak tinggi memasuki perusahaan dan langsung mendatangi ruang kerja bosnya.
Dia melepas kacamata hitamnya dan melihat sekilas kepala bosnya yang botak.
"Apakah kamu sudah memikirkannya dengan jelas? Apakah kamu sudah menyadari bahwa perusahaan tidak bisa tanpa diriku?"
Meski bos botak itu sudah lama tidak puas dengan Caily Man, namun apa yang dia katakan benar, setelah dia meninggalkan perusahaan beberapa hari ini, kinerja perusahaan menurun drastis.
"Editor Man, aku juga ingin menjaga situasi secara keseluruhan, lagipula, kamu telah muncul dalam berita seperti itu, jika harus muncul di depan publik lagi, sepertinya sudah tidak begitu cocok, aku berpikir mungkin saatnya kamu beristirahat sebentar, juga untuk menghindari diri dari publik."
"Huh, kamu berkata dengan begitu mudah, coba kamu tunjukkan padaku mengenai laporan kinerja triwulanan sebelumnya?"
"Hmm……"
Caily Man mendengus dan mengabaikan bos botak tersebut, karena raut wajah bos botaknya tidak begitu bagus, dia tentu saja mengerti masalah yang harus dia tangani tidak akan lebih baik.
"Caily Man, kamu sudah datang?"
Caily Man dengan lincah menemukan ruangan kerjanya, kemudian menyapa Alina Rong dengan menganggukkan kepala.
"Ya, bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?"
Alina Rong mengangguk, mundur selangkah dari Caily Man, dan menurunkan lengan bajunya sedikit untuk menutupi luka yang ada di tangannya, dia tidak ingin Caily Man mengetahui bahwa dia dan Andreas Pei memiliki hubungan lagi.
Caily Man sedang dalam mood yang baik, dia tidak memperhatikan gerakan kecil dari Alina Rong, dia sedang melihat beberapa naskah yang perlu dia tindak lanjuti.
Karena melihat dengan sangat serius, waktu juga berlalu dengan sangat cepat, setelah dirinya selesai melihatnya, dia baru menyadari hari sudah sore.
"Tok-tok-tok——"
"Caily Man, ini aku."
Alina Rong membuka pintu dan membawa secangkir susu hangat dan sandwich ke mejanya.
"Aku melihat kamu tidak makan pada siang hari, jadi aku mengganti kopi menjadi susu, tetapi kamu sebaiknya makan sedikit dulu, jika tidak tubuhmu tidak akan bisa bertahan.
Caily Man tersenyum tipis dan mengangkat tangannya untuk memberi petunjuk agar Alina Rong mendekatinya.
"Alina, kamu datang dengan tepat waktu, kebetulan aku ingin membicarakan beberapa masalah kecil denganmu mengenai naskah ini."
Meskipun Caily Man terlihat sombong dan selalu mendominasi hingga membuat orang merasa dirinya tidak bisa dibandingkan dengannya, tetapi dia memang serius dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
"Apakah kamu bertanggung jawab atas perencanaan copywriting iklan seluler ini?"
Alina Rong terkejut sesaat, mengangguk dan berkata, "Iya, apakah ada yang salah?"
"Sebenarnya secara keseluruhan sudah bagus, tetapi masih ada beberapa kendala mengenai detailnya."
Caily Man sedikit mengernyit, menyipitkan matanya sejenak, dan berkata, "Menurut aku kata-kata yang digunakan dalam iklan ini kurang natural, sepertinya terlalu menekankan pada sifat ingin mencuci otak dengan menggunakan kata-kata iklan tersebut, dalam penyusunan kata sepertinya telah mengabaikan pentingnya mempromosikan produk tersebut."
"Ya, sepertinya masalah ini selalu menjadi kendala dan sulit diatasi olehku."
Meskipun Alina Rong masih menunjukkan senyuman di wajahnya, tetapi kedua tangannya sudah mencengkeram.
Untuk memikirkan penyusunan kata-kata pada iklan ini, dia sudah menghabiskan waktu selama satu hari, ditambah dengan revisi beberapa kali, dan pada akhirnya dia menemukan menemukan sebuah karya yang membuatnya puas, tetapi saat karya hasil jerih payahnya diletakkan di depan Caily Man, ternyata hanya dinilai sebagai sebuah karya yang hanya memenuhi syarat dengan terpaksa?
Siapapun yang mengalami hal ini pasti bisa merasakan sedikit ketidakpuasan.
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaAwesome Husband
EdisonInventing A Millionaire
EdisonLoving The Pain
AmardaLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieRahasia Istriku
MahardikaUnlimited Love
Ester GohMr. Ceo's Woman×
- Bab 1 Akhirnya cerai !
- Bab 2 Dia Menghormati Orang Tua dan Tidak Menyayangi yang Lebih Muda
- Bab 3 Mantan Suami!
- Bab 4 Karma Ya!
- Bab 5 Orang-Orang Kota Mempunyai Banyak Trik
- Bab 6 Misi Rahasia? Menyelesaikan Dari Akar Masalah!
- Bab 7 Kerjasama Win-Win
- Bab 8 Kenapa Tiba-Tiba Marah
- Bab 9 Dia Tidak Menyangka
- Bab 10 Pilihan Hidup Dan Mati
- Bab 11 Caily Terluka
- Bab 12 Komentar Netizen
- Bab 13 Pertama sekali bertemu
- Bab 14 Aku akan menerima tawaranmu
- Bab 15 Menambahkan sedikit hiburan
- Bab 16 Mantan suamiku yang tercinta
- Bab 17 Sakit, namun bahagia
- Bab 18 Tidak mempunyai kecocokan
- Bab 19 Bangkit untuk melawan
- Bab 20 Tidak akan tinggal diam !
- Bab 21 Mengunjungi Bangunan Tua Pada Malam Hari
- Bab 22 Tidak Bisa Mentolerirnya
- Bab 23 Sangat Konyol
- Bab 24 Jujur Atau Tantangan
- Bab 25 Putri Angkat Keluarga Man
- Bab 26 Gaun yang Misterius
- Bab 27 Membuat Mereka Menjadi Topik Pembicaraan!
- Bab 28 Aku Adalah Nona Muda Keluarga Man
- Bab 29 Dia Tidak Memiliki Hak Untuk Memiliki Nama?
- Bab 30 Mendapatkan Hadiah Tanpa Perlu Berusaha
- Bab 31 Surat Wasiat yang Tersembunyi
- Bab 32 Benar-Benar Sial
- Bab 33 Menepati Janji
- Bab 34 Konspirasi Dan Kecelakaan
- Bab 35 Teman yang Tulus
- Bab 36 Menyiram Minyak ke Dalam Api
- Bab 37 Aku Benar-Benar Merindukan Kamu
- Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
- Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
- Bab 40 Aku Ini Memang Orang yang Sangat Perhitungan
- Bab 41 Mengajari Cara Memancing
- Bab 42 Perebutan Gaun
- Bab 43 Kamu Adalah Istriku
- Bab 44 Perubahan yang Mendadak
- Bab 45 Matthew
- Bab 46 Kelanjutan Dari Ikatan Takdir yang Buruk
- Bab 47 Konferensi Skenario
- Bab 48 Hadiah Dari Penggemar
- Bab 49 Suatu Hal Kecil Membuat Masalah yang Besar
- Bab 50 Istirahat Sama Dengan Berhenti Kerja
- Bab 51 Terlambat
- Bab 52 Kemalangan yang terus terjadi
- Bab 53 Konfrontasi
- Bab 54 Hari yang spesial
- Bab 55 Hanya melakukan apa yang bisa dilakukan
- Bab 56 Kelicikan vs. Kelicikan
- Bab 57 Harus Tambah Uang
- Bab 58 Rencana Tersembunyi
- Bab 59 Jebakan Dalam Jebakan
- Bab 60 Pulau Terpencil
- Bab 61 Tunggu Aku
- Bab 62 Bertahan Hidup
- Bab 63 Efek Kupu-Kupu
- Bab 64 Lolos dari Bahaya
- Bab 65 Jebakan Demi Jebakan
- Bab 66 Masuk Penjara
- Bab 67 Nona Besar, Aku Datang Menjemputmu
- Bab 68 : Antara Cinta dan Benci
- Bab 69 : Mambawa Pergi Secara Paksa
- Bab 70 : Drama Tiga Wanita
- Bab 71 Membongkar Rahasia Diri Sendiri
- Bab 72 Menelusuri Sampai Akhir
- Bab 73 Mengulangi Kesalahan yang Sama
- Bab 74 Celah
- Bab 75 Undangan Herbert Song
- Bab 76 Perperangan empat orang
- Bab 77 Memulainya dengan menjadi teman
- Bab 78 Menimbulkan perselisihan
- Bab 79 Jebakan
- Bab 80 Kehilangan petunjuk
- Bab 81 Pertemuan Bahaya
- Bab 82 Terkena Jebakan
- Bab 83 Melewati Bahaya
- Bab 84 Tepi Antara Kenyataan dan Halusinasi
- Bab 85 Keegoisan Herbert Song
- Bab 86 Livia Mo
- Bab 87 Membuat Kesepakatan
- Bab 88 Licik
- Bab 89 Bukan Orang yang Sebelumnya
- Bab 90 Masa Mudanya Telah Dimakan Oleh Seekor Anjing
- Bab 91 Kamu Sangat Hebat!
- Bab 92 Tempat Ini Akan Selalu Menjadi Rumahmu
- Bab 93 Kejahatan Dilupakan Selama Ribuan Tahun
- Bab 94 Gosip
- Bab 95 Lakukan Semuanya Seperti Biasa
- Bab 96 Paling Menyedihkan Dari Semua Yang Hadir
- Bab 97 Dia Tidak Mengerti Dunia Orang Kaya
- Bab 98 Persaingan Dua Orang Pria
- Bab 99 Kaya, Bersikap Suka-Suka!
- Bab 100 Mendadak Terkenal
- Bab 101 Dikepung
- Bab 102 Pahlawan penyelamat wanita
- Bab 103 Dua orang yang perkataannya tidak sejalan dengan isi hati
- Bab 104 Sedikit tersentuh olehnya
- Bab 105 Pria bajingan masuk penjara
- Bab 106 Diculik
- Bab 107 Kebenaran Tahun Itu
- Bab 108 Memberi Wajah Kepada Keluarga Pei
- Bab 109 Tolong, Bawa Aku Pergi
- Bab 110 Aku Akan Menganggap Seekor Anjing Telah Menggigitku
- Bab 111 Drama Kembali Dilaksanakan
- Bab 112 Dunia Ini Benar-Benar Sempit
- Bab 113 Menjadi Wanita Tercantik
- Bab 114 Hehe Wanita
- Bab 115 Jus VS Arak
- Bab 116 Dare Yang Membuat Merona Dan Berdetak Kencang
- Bab 117 Seorang Manusia Serigala
- Bab 118 Cahaya Lampu Dan Bintang
- Bab 119 Pembagian Tim Syuting
- Bab 120 Keadaan Darurat
- Bab 121 Terhambat
- Bab 122 Jaylen Kou turun tangan
- Bab 123 Komunikasi antar pria
- Bab 124 Tamu tak diundang
- Bab 125 Pertemuan canggung di pemandian air panas
- Bab 126 Keangkuhan Dan Pemihakan
- Bab 127 Bibi Wang Sakit Kritis
- Bab 128 Mantan Pacar Yang Terus Menguntit
- Bab 129 Pemangsa Bertamu Ke Rumah Mangsa
- Bab 130 Musuhnya Musuh Identik Dengan Teman
- Bab 131 Mempersembahkan diri
- Bab 132 Hidup Kembali di Tengah Keputusasaan
- Bab 133 Maaf, datangnya terlambat
- Bab 134 Rumit
- Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya
- Bab 136 Tidak Bisa Menjelaskan
- Bab 137 Foto yang Berharga
- Bab 138 Syuting di Kota X
- Bab 139 Menunjukkan Kekuatan
- Bab 140 Pembuat Onar
- Bab 141 Ledakan
- Bab 142 Gosip
- Bab 143 Menggunakan tangan orang untuk membunuhnya
- Bab 144 Adu domba
- Bab 145 Masalah yang terjadi di depan mata
- Bab 146 Dia adalah seorang pembunuh
- Bab 147 Pemaksaan
- Bab 148 Benar atau salah, tidak berani untuk mengatakannya
- Bab 149 Kamu adalah pembohong
- Bab 150 Menggumparkan Gosip