Mr. Ceo's Woman - Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya

“Baik, kolonel!”

Apa? Dia kolonel?

Mendengar orang-orang tersebut memanggil pria di depannya dengan sebutan itu, dalam hatinya terkejut luar biasa.

Kedua kaki pria itu melemas, walaupun dia hanya rakyat biasa, tapi juga tahu di China jabatan kolonel itu maksudnya apa, itu adalah kekuasaan yang tertinggi, juga yang susah dicapai orang biasa.

Mungkin kalau bukan karena kejadian tidak terduga hari ini, orang kecil seperti dia yang berjuang di kalangan bawah mungkin seumur hidup pun tidak akan bertemu tokoh besar di depannya ini.

Apalagi pria yang berdiri di depannya ini tampak lebih muda dari dirinya, tapi sudah mendapatkan jabatan kolonel, jelas sekali merupakan orang yang punya kedudukan tertentu di China.

Walaupun dia tidak begitu mengerti soal latar belakang orang seperti ini, tapi dia pun tetap tahu jelas pria di depannya ini kalau mau melawannya, setidaknya pasti lebih mudah daripada mematikan semut.

Dia tidak menyangka hari ini baru pertama kali berbuat seperti ini, malah ketemu orang yang seumur hidup ini tidak mampu dia lawan!

“Ampun! Kolonel……Kolonel, aku salah, aku yang bodoh sehingga melakukan perbuatan seperti ini, aku khilaf, aku masih punya orang tua dan anak di rumah, tadi aku benar-benar sudah khilaf, ampuni aku?”

Jaylen Kou tidak mempedulikan permohonannya, ia masuk ke mobil dan kembali ke area militer.

Setelah sampai, pria itu diseret keluar dan menuju ke lapangan pelatihan, agar suara mohon ampun dia tidak mengganggu orang sekitar, sudah ada yang menempel mulutnya dengan isolasi, oleh karena itu wajahnya sekarang memerah semua, dan juga hanya bisa mengeluarkan suara “um um um”.

“Suruh mereka menghemat sedikit tenaga, masih ada yang perlu aku tanyakan ke dia.”

Setelah meninggalkan perintah tersebut, Jaylen Kou pun pergi, hari ini pasti adalah malam yang tidak akan bisa terlelap.

Dia duduk di dalam kantor, rokok terimpit di sela jari yang bagus, asap memenuhi ruangan tersebut.

Sudah tidak tahu berapa banyak rokok di asbak, tapi rokok-rokok ini sepertinya tidak membawa pergi kerisauannya.

Saat Herbert Song membawa Caily Man pergi, dia malah menyadari dirinya tidak ada alasan untuk menghentikannya.

Bolak balik hanya bisa mengeluarkan perintah, bahkan telepon dari Caily Man pun sekarang kelihatannya hanya salah telepon di situasi sedang panik.

Berpikir sampai di sini, dia mengerutkan dahi, wajahnya merah padam, seketika suasana menjadi kelam.

Kenapa semua pria lain lebih ada alasan untuk berdiri di sisi Caily Man, sebelumnya Jimmy He, sekarang Herbert Song, dia yang pernah berkeluarga dengan Caily Man malah menjadi orang yang paling tidak berhak?

Saat ini bisa dikatakan perasaan hatinya berkecamuk.

Dia bersandar di sofa, muncul gambaran ketika bersama Jolie Nie di benaknya, namun tidak tahu sejak kapan wajah Jolie Nie perlahan menjadi wajah Caily Man.

Dia tersadar dengan terkejut dari masa lalu, yang juga refleks menendang meja di depannya, menimbulkan suara yang sangat menusuk telinga, memecah keheningan saat ini.

Jaylen Kou hanya merasa semakin risau, ia berdiri di depan jendela menatap pemandangan di luar, nuansa di sekeliling pun terasa penuh amarah dan perasaan yang tidak jelas.

“Tok tok tok——”

Setelah orang di depan pintu memanggil “Tuan muda Kou”, seorang pria yang sekarat di hempas oleh beberapa bawahan ke hadapannya.

Orang yang tergeletak di lantai sudah penuh luka, bekas darah di mana-mana pada tubuhnya.

Meskipun tidak melihat langsung, tapi juga bisa membayangkan beberapa jam yang lalu betapa tragisnya orang ini.

Tapi ini sesuai dengan keinginannya.

Apalagi sebelumnya tidak sedikit dia emosi karena Caily Man dan Herbert Song, sekarang tepat bisa dilampiaskan ke pria ini.

“Tuan muda Kou, tadi sudah kita periksa, dia tidak ada latar belakang apa-apa, juga belum pernah melanggar hukum, tidak terdapat kemungkinan dimanfaatkan orang, seharusnya kali ini nona Caily Man hanya kebetulan mendapat bahaya.”

Jaylen Kou mengangguk, sekelompok orang tersebut pun keluar.

Di dalam ruangan yang lumayan besar itu hanya tersisa dia yang berdiri tegak dan pria yang terengah-engah di lantai.

“Beritahu aku, dengan tangan mana kamu menyentuhnya? Kiri……atau kanan?”

Orang yang di lantai situ langsung mundur ke belakang dengan merinding, sambil mengangakan mulut seolah sedang memohon ampun namun tidak ada suara yang keluar sedikit pun.

Karena dia tidak hanya menyentuh dengan tangan, melainkan……

Tidak mendapat jawaban yang diinginkan, air muka Jaylen Kou menjadi suram.

Tiba-tiba dia menyeret kursi yang di samping, selangkah demi selangkah mendekati pria itu, kursi bergesekan dengan lantai karena diseret, menimbulkan suara yang sangat menusuk telinga, serta bergema di dalam ruangan yang lapang itu, membuat orang merasa bergidik.

“Tu……tuan muda Kou, aku mohon, lepaskanlah aku, aku hanya khilaf sekilas, aku tidak tahu……aku tidak tahu dia adalah……”

Setelah melalui pembantaian tadi, akhirnya dia benar-benar mengerti status dan kedudukan pria di depannya ini.

Yang tidak lain adalah Tuan Muda Kou!

Dia malah berani-beraninya menyentuh wanita milik Tuan Muda Kou!

“Aku mohon, lepaskan aku? Ampuni nyawaku, bolehkah? Tuan muda Kou?”

Pria itu datang ke hadapan Tuan Muda Kou sambil berlutut, saat ini ingus dan air mata bercampur aduk di wajahnya, tampak bagaikan semut di jalan, sama sekali berbeda dengan dia yang tadi melakukan perbuatan tidak senonoh kepada Caily Man.

“Di rumahku masih ada orang tua dan anak, aku adalah tulang punggung keluarga, juga masih ada ibu yang sedang sakit parah dan perlu aku hidupi, tolong kamu ampuni aku, aku mohon, di kehidupan yang akan datang……di kehidupan ini aku jadi suruhan kamu, bolehkah? Sekeluarga aku menjadi suruhan kamu, bolehkah? Ampunilah aku!”

Namun permohonan ampunnya tidak didengarkan, dia bagaikan elang jantan yang menatap mangsanya, di mata yang suram itu begitu dingin.

“Keluarkan tangannya.”

Satu kalimat ini merupakan permintaan, tapi lebih tepat lagi jika disebut perintah!

Meskipun tahu setelah ini akan terjadi sesuatu yang menyakitkan, tapi dia tidak lagi punya keberanian untuk menolak pria yang bagaikan Dewa di depannya ini.

“Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya!”

Dengan diiringi jeritan sadis dari pria tersebut, terdengar suara hantaman sekali demi sekali dari ruangan Jaylen Kou.

Orang-orang yang diluar ruangan saling bertatapan, tatapan mata mereka seolah sudah mengerti apa yang terjadi.

Sampai ketika Caily Man membuka mata, lingkungan di sekitar tampak agak asing.

Dia mengabaikan rasa tidak nyaman di tubuhnya, dengan agak lamban ia memutar otak, barulah memaksakan diri mengingat apa yang terjadi kemarin.

Pakaian di tubuhnya sudah diganti dengan pakaian tidur yang baru, dengan sekuat tenaga ia ingin bangun dan duduk dengan menyangga menggunakan tangannya, serta menyadari dirinya masih di infus.

Ia kembali terbaring di atas ranjang yang empuk, lalu menenangkan hati ingin mengingat kembali alur kejadian kemarin.

Bukankah kemarin dirinya ditarik oleh Jaylen Kou?

Sepertinya ingatannya berakhir di Herbert Song menggenggamnya dan bilang mau membawanya pergi.

Apa yang terjadi setelah itu, dia tidak tahu sedikit pun.

Rasa yang linglung seperti ini bagaikan rasanya setelah mabuk semalaman, dia memijit keningnya dengan tidak nyaman, namun tidak ada yang teringat olehnya.

Tapi setidaknya ada satu hal yang ia tahu jelas, di sini bukan rumahnya, juga bukan rumah Keluarga Kou, kalau begitu……

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu