Mr. Ceo's Woman - Bab 133 Maaf, datangnya terlambat

Melihat pakaian Caily Man yang sobek dan pria yang panik itu, dengan cepat dia sudah mengerti apa yang terjadi.

Dia berjongkok dan segera melepaskan jasnya, serta dengan lembut dan berhati-hati membantunya menutupi bagian tubuh yang tampak.

“Herbert Song!”

Caily Man menatap pria di depannya, pertama kalinya dia merasakan kebahagiaan diselamatkan, suaranya yang memanggil Herbert Song juga penuh dengan kelegaan dan kegembiraan.

Akhirnya dia diselamatkan.

Walaupun dia tidak tahu bagaimana Herbert Song bisa datang dengan tepat waktu, tapi dalam hatinya tetap merasa sangat bersyukur.

“Terima kasih.”

Tubuh besar dan gagah pria tersebut bergetar, di detik berikutnya dia mengulurkan tangan memeluk Caily Man.

Telapak tangan yang panas menempel di pinggangnya, melihat keadaan yang berantakan di depan, pelukannya pun semakin erat.

Setelah perlawanan yang susah payah tadi, saat ini Caily Man sudah tidak punya energi untuk memikirkan yang lain, dengan lemas ia bersandar dalam pelukan Herbert Song, perasaan yang tadinya tegang dan takut akhirnya lega di detik ini.

“Sudah tidak apa-apa, Caily Man.”

Ucapan Herbert Song saat ini bagaikan obat penenang, Caily Man tersenyum kecil, pada akhirnya tetap tidak mampu menahan rasa capek dari fisik dan mental, matanya terasa berat, ia langsung terlelap begitu memejamkan kedua mata.

Di ujung kesadarannya masih terdengar suara Herbert Song yang senantiasa lembut.

“Maaf, datangnya terlambat.”

……

Di dunia ini, seolah setiap orang bagaikan anak catur yang Tuhan mainkan, yang dikatakan datang terlebih dahulu dengan yang terlambat satu langkah, hanyalah pengaturan dan permainan takdir.

Hanya saja sebagai orang yang takdirnya diatur, tidak ada yang tahu dirinya akan diatur ke mana, serta apa yang akan ditemui.

Seperti sekarang ini, Jaylen Kou duduk di dalam mobil dengan wajah suram, melihat barisan mobil yang memanjang serta tidak tampak bergerak, wajahnya semakin suram.

“Masih berapa lama untuk sampai?”

Supir yang sudah sekian tahun bersamanya pun bisa menyadari kegelisahan dan emosi yang tidak dapat disembunyikan dari nada bicaranya, seketika tangan yang menggenggam setir mobil pun gemetar.

“Tuan muda Kou, ini……tempat ini sekarang bertepatan dengan jam pulang kerja, jadi aku juga tidak bisa memastikan masih berapa lama untuk sampai di sana, tapi di navigasi jalan menunjukkan……

Ucapannya terhenti ketika melihat wajah pria tersebut yang suram dan dingin dari kaca mobil.

Di navigasi bilang masih setengah jam lagi untuk sampai, itu juga kalau sedang beruntung, tapi jawaban seperti itu, bagaimana dia mampu mengucapkannya?

Suhu di dalam mobil menurun drastis, seolah berbicara satu kalimat saja ada kemungkinan dilempar keluar dari mobil tanpa ragu-ragu oleh pria di depannya ini.

Dalam sekejap hanya ada suara nafas pria yang menggebu-gebu di dalam mobil, tangannya terkepal erat sampai ujung jari memucat.

“Pergi, hubungi polisi patroli di daerah ini, dalam dua menit……tidak, dalam waktu satu setengah menit, tidak peduli dengan cara apa pun, segera beri aku jalur yang tidak ada hambatan sedikit pun! Harus!”

Satu perintah ini begitu keras, orang yang mendengar sudah pasti memahami betapa Kolonel Kou ini panik.

Walaupun dia sebagai kolonel yang paling muda dan berprestasi di China, juga punya sandaran dari Keluarga Kou, tapi orangnya tidak sesuka hati.

Bahkan bisa dikatakan selama ini perbuatan dan tutur katanya begitu rendah hati, kalau bukan situasi khusus, tidak pernah ia membuka jalur khusus untuk dirinya, hanya saja di dunia ini banyak orang yang diam-diam tidak puas dengannya, umpamanya bilang anggur asam karena tidak dapat memakan anggur.

Banyak sekali orang yang naik ke atas dengan susah payah tidak puas mungkin karena takut dengan kemungkinan keluarga Kou yang menguasai dunia militer, atau mungkin tidak terima kenaikan jabatannya yang begitu cepat, oleh karena itu banyak yang sudah mengamati dia dari berbagai sisi.

Seperti pepatah yang mengatakan berada di ketinggian tidak takut dingin, setiap langkah Jaylen Kou sampai di sini, di mata orang lain mungkin selalu lancar, tapi hanya orang-orang di sampingnya yang tahu berapa besar jerih payah yang dia korbankan untuk ini.

Kenapa melakukan hal yang begitu menarik perhatian di masa-masa yang sensitif ini? Kalau hal ini dimanfatakan orang yang berniat buruk untuk dijadikan berita, maka setelahnya akan menjadi sebuah keraguan terhadap Jaylen Kou, harusnya dia memahami hal ini lebih dari siapa pun.

“Tuan muda Kou, ini……atau kamu pikirkan lagi?”

“Apakah perkataanku masih kurang jelas?”

Jaylen Kou menatap mereka dengan dingin, di balik tatapannya seolah tersembunyi monster buas yang akan memakan manusia.

“Kalian sekarang sudah menghabiskan setengah menit, jadi hanya beri mereka waktu satu menit, cepat!”

“Oh, baik, kita akan segera menghubungi.”

Ketegangan di wajah Jaylen Kou tidak berkurang sedikit pun, tentu saja dia tahu apa yang harus ia korbankan jika melakukan hal seperti ini, tapi mengingat perlawanan Caily Man yang putus asa di telepon, maka satu detik pun tidak ingin dia tunda.

Di saat yang bersamaan, di dalam taman sana Herbert Song memeluk Caily Man yang sudah terlelap.

Melihat wanita di pelukannya mengerutkan dahi, hatinya bergetar.

Yang tampak di depannya adalah wajah Caily Man yang pucat, suhunya begitu tinggi sampai tangan yang menyentuh juga merasa panas, serta jiwa yang masih tidak tenang meskipun di tengah tidur.

Pertama kalinya dia melihat Caily Man yang tidak punya rasa aman dan tidak berdaya.

Dia yang saat ini bagaikan roh yang sewaktu-waktu akan diterbangkan oleh angin, sekujur tubhnya begitu pucat, sama sekali tidak tampak semangat dan energi yang biasanya ada.

Di tengah heningnya malam, sebuah perasaan yang asing dan sudah lama tidak dirasakan bermunculan.

Dia tidak tahu apa perasaan itu, hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya, berharap masalah malam ini bisa berakhir di sini.

“Caily Man.”

Herbert Song mengulurkan jari, dengan lembut ia mengusap kening wanita tersebut, di situ juga panasnya luar biasa.

Sebenarnya seberapa tinggi demamnya ini?

Jelas-jelas sudah tidak enak badan, kenapa masih mau lari sana sini untuk masalah Alina Rong?

Ternyata memang masih demikian, kasar di mulut lembut di hati, di mulut tidak bersedia mengatakan sesuatu yang baik, tapi selalu diam-diam berjerih payah di belakang, untuk satu hal ini, benar-benar tidak berubah dari dulu.

Berpikir sampai di sini, jari Herbert Song terhenti di wajah Caily Man, tanpa sadar dia melamun sejenak.

Sampai dia tersadar dari lamunannya, Herbert Song baru menyadari ada suara langkah kaki yang tergesa-gesa di belakang.

Dia merangkul Caily Man untuk berdiri, telapak tangan yang melingkari pundak Caily Man pun mengerat.

“Kamu?”

Saat ini Jaylen Kou berdiri tidak jauh di sana, dengan dingin menatap dua orang tersebut, dan dibelakangnya diikuti oleh sekelompok pria yang tampak terlatih.

Seragam latihan yang dikenakan dengan jelas menunjukkan bentuk tubuh mereka, hanya saja saat ini para pria tersebut penuh keringat dan terengah-engah.

Tatapan Jaylen Kou yang dingin menyapu sekeliling, ketika tatapan terpaku pada wanita pucat yang di pelukannya, ia langsung menjadi bengis dalam sekejap.

“Apakah kamu ingin mati?”

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu