Mr. Ceo's Woman - Bab 62 Bertahan Hidup
Caily Man tercengang sejenak, lalu mengalihkan pandanganannya ke pahanya.
"Aku baik-baik saja, aku takut kamu akan mati sendirian di tengah jalan, kalau begitu, tidakkah aku sudah sia-sia menyelamatkanmu."
Caily Man merasa bahwa pada saat itu, seolah-olah seberkas cahaya menyinari hatinya yang layu, ia merasa agak bingung serasa tidak tahu ke mana ia harus meletakkan tangan dan kakinya.
Saat dia menundukkan kepalanya lagi, dia masuk ke kedalaman sorot mata Jaylen Kou.
"Caily Man, bukankah kamu selalu mengatakan bahwa meskipun kamu mati, kamu harus membawa seseorang untuk menjadi sandaranmu? Kalau begitu aku akan memenuhi harapanmu."
Harapan?
Caily Man merasa sedih memikirkan ulang tahunnya yang berantakan.
Dia memandang Jaylen Kou dengan bingung, seolah dia telah menghabiskan semua kekuatannya untuk menopang tubuhnya yang berat.
Dia terduduk dengan goyah, dan kemudian memaksa berdiri lagi meskipun beberapa kali hampir jatuh lagi ke tanah.
Lalu dia mengulurkan tangannya padanya.
"Ayo pergi."
Caily Man tertegun sejenak, ia masih ingat ketika ia masih sangat kecil, ibunya mengulurkan tangan dan memegang tangannya seperti ini.
Saat itu, dia kesakitan karena lututnya yang terbentur, Ibunyalah yang mengoles lukanya dengan sangat lembut, dan kemudian mengulurkan tangannya.
"Ayolah, Caily, jika ibu memapahmu jalan maka tidak akan sakit lagi."
Entah apakah itu karena efek psikologisnya, sepertinya ketika tangannya berada di tangan ibunya yang sangat hangat, dia benar-benar merasa lutut yang sakit itu tidak terlalu sakit untuk sesaat.
Setelah bertahun-tahun, dua wajah dalam ingatannya itu perlahan-lahan tumpang tindih, dia tidak tahu apakah kesadarannya mulai tampak sedikit kabur karena dehidrasi.
"Ibu ……"
Dia berteriak tanpa sadar, dengan nada bicara manja dan mengandung keluhan yang sudah lama menghilang dalam suaranya.
Mendengar panggilannya, hati Jaylen Kou tergerak, pandangan matanya sedikit melembut.
Wanita ini biasanya berteriak keras-keras layaknya kucing liar kecil yang tidak bisa dijinakkan, siapa tahu sekarang dia berperilaku baik seperti anak anjing yang lucu dan menggemaskan, membuat orang merasa hanya ingin memeluk dan membelainya.
Dia tersenyum tipis, suaranya rendah dan serak, tapi disertai rasa aman dan percaya diri penuh.
"Ini aku, Jaylen Kou."
Caily Man menggosok matanya dan akhirnya melihat jelas orang di depannya, dia berbisik pelan: "Jaylen Kou ..."
Jaylen Kou memandang Caily Man yang tampak tersesat di hadapannya, seolah-olah baru pertama kali mengenalinya.
"Hmmm, ayo pergi, Caily Man, bagaimanapun juga kita harus bisa bertahan hidup."
Bertahan hidup?
Kedengarannya begitu jauh dan tidak bisa diraih, tetapi pada saat ini, sorot mata Jaylen Kou yang keras kepala dan teguh mengungkapkan kepercayaan diri dan keyakinan yang tak tertandingi.
Dia sepertinya selalu seperti ini, bahkan pada saat-saat ‘terpojok’, dia masih memiliki keberanian untuk memimpin situasi secara keseluruhan.
Jaylen Kou memandang Caily Man yang masih linglung, langsung meraih tangannya dan menariknya bangun.
Telapak tangan yang saling bertautan itu menyalurkan sedikit kehangatan, yang dikirimkan ke hati pihak lain, seperti sebuah sinyal yang sangat kuat.
Tetap hidup.
Kita semua harus tetap hidup.
Tapi harapannya begitu besar, sedangkan kenyataannya sangatlah jauh dan tak jelas.
Meskipun keduanya memiliki pengalaman bertahan hidup, mereka telah lama dehidrasi dan ditambah lagi kelelahan secara fisik maupun mental, berhenti lalu berjalan lagi di sepanjang jalan, tetap saja tidak melihat sesuatu yang berguna.
Jaylen Kou mengambil beberapa ranting mati dan memegangnya erat-erat di tangannya.
Langit semakin lama semakin gelap, hampir sampai pada titik di mana tidak bisa lagi melihat apapun yang ada di depan.
Raungan berbagai binatang datang dari dalam hutan yang lebat, Caily Man terkejut, kakinya langsung terasa lemas, lalu dia pun terjatuh langsung ke tanah.
Dia tidak tahu apakah itu hitam pekat di depan matanya, atau langit benar-benar gelap sampai seperti ini, dia hanya merasa bahwa semua yang ada di depan matanya diselimuti oleh warna hitam pekat, dan nafasnya sangat lemah.
"Jaylen Kou, kurasa aku akan mati, aku tidak ingin membebanimu."
Dia mengerti bahwa dia hanyalah sebuah beban sekarang ini, dan hanya dengan Jaylen Kou meninggalkan dia tepat pada waktunya, mungkin dia masih bisa mempunyai kesempatan untuk hidup.
"Tsk, apakah kalian wanita selalu begitu mudah menyerah!"
Dalam kegelapan di mana dia bahkan tidak bisa melihat jari-jarinya sendiri, dia mendengar desahan ketidakberdayaan dari Jaylen Kou.
Setelah itu, dia merasa seperti setengah dipapah dan setengah digendong oleh pihak lain, melangkah ke depan sambil tersandung-sandung.
"Dulu ketika aku hidup di alam liar, aku mengalami kondisi yang lebih buruk daripada yang kita alami sekarang, jika aku cepat menyerah seperti kamu, takutnya kamu akan menjadi janda segera setelah kamu menikah dengan aku."
Caily Man tidak menyangka bahwa Jaylen Kou akan berinisiatif membuat lelucon seperti itu, bibirnya pun tersenyum dengan tulus.
"Jaylen Kou, kapan kamu mulai, begitu pandai membuat lelucon?"
Badannya seperti melayang di tanah, tidak bisa mengerahkan kekuatannya.
"Tidak bisa begini caranya."
Jaylen Kou mengabaikan gurauannya, malah meletakkannya di tanah.
Benar saja, apakah dia menyadari bahwa ini hanyalah buang-buang tenaga?
"Jaylen Kou, aku berterima kasih karena kamu telah menyelamatkanku. Jangan khawatir, bahkan jika aku mati di sini, kurasa rohku tidak akan bisa keluar dari pulau ini. Kamu bisa tenang karena aku tidak akan mencarimu untuk meminta nyawamu di malam hari."
Caily Man harus mengagumi mentalitas dirinya, bahkan dalam situasi seperti ini, ia tetap tidak lupa membuat lelucon.
"Apa yang kamu bicarakan? Kapan aku akan membiarkanmu mati?"
Jaylen Kou meremas ranting di tangannya dan membuangnya, lalu membungkuk dan menarik lengan Caily Man yang lemas seperti mie, dan menggendongnya di punggungnya.
Tekanan yang sangat besar dari tubuhnya membuat kakinya yang terinfeksi berdarah lagi, dia mengertakkan giginya dan menahan perlawanan dari orang yang ada di punggungnya.
"Caily Man, diamlah, jangan bergerak!"
Caily Man tercengang sejenak, menghentikan gerakan tangannya, dan kemudian berkata lirih: "Jaylen Kou, dari tadi kamu tidak mau melepaskanku, apakah kamu ingin menunggu sampai aku hampir mati, baru akan membunuhku dan memakan dagingku?"
Mendengar ini, Jaylen Kou terbatuk keras, sambil menahan keinginannya untuk melempar Caily Man saat itu juga, dia mengertakkan giginya dan terus berjalan ke depan.
Dengan cara ini, mereka berdua berjalan dari sejak matahari terbenam sampai bulan muncul. Beberapa kali Caily Man ingin turun, namun dengan keras kepala Jaylen Kou menggendongnya semakin erat.
Caily Man jelas bisa mendengar nafasnya yang cepat, angin laut di malam hari bertiup seperti pisau di wajahnya, tetapi dahi Jaylen Kou malah mengeluarkan butiran keringat halus.
Dia tahu bahwa jika ini terus berlanjut, keduanya akan mati, tetapi tekad Jaylen Kou membuat semua rontaannya tidak berguna.
Sebaliknya, rontaannya yang sembarangan malah menghabiskan energi dari keduanya yang memang hanya tersisa sedikit itu.
"Jaylen Kou, aku akan ingat hutangku padamu."
Dia akhirnya menghela nafas pelan, dan sebelum Jaylen Kou bisa bereaksi, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya dan menggigit bahu Jaylen Kou.
Tubuhnya sedikit membeku, tapi tangannya tidak melonggarkan pegangannya sama sekali.
"Caily Man, apa kau sudah gila?"
Mengabaikan omelan keras Jaylen Kou, dia mengerahkan tenaga di antara giginya dan menggigit semakin kuat.
Hanya terdengar Jaylen Kou menarik napas dalam-dalam, Caily Man memanfaatkan tangannya yang melonggar dan melepaskan diri, dirinya pun terjatuh langsung dari punggungnya.
"Caily Man, apa kamu sudah gila?"
Jaylen Kou yang sudah berusaha keras untuk menopang tubuhnya, ditambah dengan kelakuan Caily Man yang menyiksanya, membuatnya semakin marah.
"Aku tidak gila, aku hanya tidak ingin berhutang apapun pada orang lain."
Dia menepuk kerikil di kakinya, tersenyum dan berdiri, mengabaikan raut muka Jaylen Kou saat ini yang seolah-olah ingin memakan orang.
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeGet Back To You
LexyLove Is A War Zone
Qing QingDoctor Stranger
Kevin WongWonderful Son-in-Law
EdrickMr. Ceo's Woman×
- Bab 1 Akhirnya cerai !
- Bab 2 Dia Menghormati Orang Tua dan Tidak Menyayangi yang Lebih Muda
- Bab 3 Mantan Suami!
- Bab 4 Karma Ya!
- Bab 5 Orang-Orang Kota Mempunyai Banyak Trik
- Bab 6 Misi Rahasia? Menyelesaikan Dari Akar Masalah!
- Bab 7 Kerjasama Win-Win
- Bab 8 Kenapa Tiba-Tiba Marah
- Bab 9 Dia Tidak Menyangka
- Bab 10 Pilihan Hidup Dan Mati
- Bab 11 Caily Terluka
- Bab 12 Komentar Netizen
- Bab 13 Pertama sekali bertemu
- Bab 14 Aku akan menerima tawaranmu
- Bab 15 Menambahkan sedikit hiburan
- Bab 16 Mantan suamiku yang tercinta
- Bab 17 Sakit, namun bahagia
- Bab 18 Tidak mempunyai kecocokan
- Bab 19 Bangkit untuk melawan
- Bab 20 Tidak akan tinggal diam !
- Bab 21 Mengunjungi Bangunan Tua Pada Malam Hari
- Bab 22 Tidak Bisa Mentolerirnya
- Bab 23 Sangat Konyol
- Bab 24 Jujur Atau Tantangan
- Bab 25 Putri Angkat Keluarga Man
- Bab 26 Gaun yang Misterius
- Bab 27 Membuat Mereka Menjadi Topik Pembicaraan!
- Bab 28 Aku Adalah Nona Muda Keluarga Man
- Bab 29 Dia Tidak Memiliki Hak Untuk Memiliki Nama?
- Bab 30 Mendapatkan Hadiah Tanpa Perlu Berusaha
- Bab 31 Surat Wasiat yang Tersembunyi
- Bab 32 Benar-Benar Sial
- Bab 33 Menepati Janji
- Bab 34 Konspirasi Dan Kecelakaan
- Bab 35 Teman yang Tulus
- Bab 36 Menyiram Minyak ke Dalam Api
- Bab 37 Aku Benar-Benar Merindukan Kamu
- Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
- Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
- Bab 40 Aku Ini Memang Orang yang Sangat Perhitungan
- Bab 41 Mengajari Cara Memancing
- Bab 42 Perebutan Gaun
- Bab 43 Kamu Adalah Istriku
- Bab 44 Perubahan yang Mendadak
- Bab 45 Matthew
- Bab 46 Kelanjutan Dari Ikatan Takdir yang Buruk
- Bab 47 Konferensi Skenario
- Bab 48 Hadiah Dari Penggemar
- Bab 49 Suatu Hal Kecil Membuat Masalah yang Besar
- Bab 50 Istirahat Sama Dengan Berhenti Kerja
- Bab 51 Terlambat
- Bab 52 Kemalangan yang terus terjadi
- Bab 53 Konfrontasi
- Bab 54 Hari yang spesial
- Bab 55 Hanya melakukan apa yang bisa dilakukan
- Bab 56 Kelicikan vs. Kelicikan
- Bab 57 Harus Tambah Uang
- Bab 58 Rencana Tersembunyi
- Bab 59 Jebakan Dalam Jebakan
- Bab 60 Pulau Terpencil
- Bab 61 Tunggu Aku
- Bab 62 Bertahan Hidup
- Bab 63 Efek Kupu-Kupu
- Bab 64 Lolos dari Bahaya
- Bab 65 Jebakan Demi Jebakan
- Bab 66 Masuk Penjara
- Bab 67 Nona Besar, Aku Datang Menjemputmu
- Bab 68 : Antara Cinta dan Benci
- Bab 69 : Mambawa Pergi Secara Paksa
- Bab 70 : Drama Tiga Wanita
- Bab 71 Membongkar Rahasia Diri Sendiri
- Bab 72 Menelusuri Sampai Akhir
- Bab 73 Mengulangi Kesalahan yang Sama
- Bab 74 Celah
- Bab 75 Undangan Herbert Song
- Bab 76 Perperangan empat orang
- Bab 77 Memulainya dengan menjadi teman
- Bab 78 Menimbulkan perselisihan
- Bab 79 Jebakan
- Bab 80 Kehilangan petunjuk
- Bab 81 Pertemuan Bahaya
- Bab 82 Terkena Jebakan
- Bab 83 Melewati Bahaya
- Bab 84 Tepi Antara Kenyataan dan Halusinasi
- Bab 85 Keegoisan Herbert Song
- Bab 86 Livia Mo
- Bab 87 Membuat Kesepakatan
- Bab 88 Licik
- Bab 89 Bukan Orang yang Sebelumnya
- Bab 90 Masa Mudanya Telah Dimakan Oleh Seekor Anjing
- Bab 91 Kamu Sangat Hebat!
- Bab 92 Tempat Ini Akan Selalu Menjadi Rumahmu
- Bab 93 Kejahatan Dilupakan Selama Ribuan Tahun
- Bab 94 Gosip
- Bab 95 Lakukan Semuanya Seperti Biasa
- Bab 96 Paling Menyedihkan Dari Semua Yang Hadir
- Bab 97 Dia Tidak Mengerti Dunia Orang Kaya
- Bab 98 Persaingan Dua Orang Pria
- Bab 99 Kaya, Bersikap Suka-Suka!
- Bab 100 Mendadak Terkenal
- Bab 101 Dikepung
- Bab 102 Pahlawan penyelamat wanita
- Bab 103 Dua orang yang perkataannya tidak sejalan dengan isi hati
- Bab 104 Sedikit tersentuh olehnya
- Bab 105 Pria bajingan masuk penjara
- Bab 106 Diculik
- Bab 107 Kebenaran Tahun Itu
- Bab 108 Memberi Wajah Kepada Keluarga Pei
- Bab 109 Tolong, Bawa Aku Pergi
- Bab 110 Aku Akan Menganggap Seekor Anjing Telah Menggigitku
- Bab 111 Drama Kembali Dilaksanakan
- Bab 112 Dunia Ini Benar-Benar Sempit
- Bab 113 Menjadi Wanita Tercantik
- Bab 114 Hehe Wanita
- Bab 115 Jus VS Arak
- Bab 116 Dare Yang Membuat Merona Dan Berdetak Kencang
- Bab 117 Seorang Manusia Serigala
- Bab 118 Cahaya Lampu Dan Bintang
- Bab 119 Pembagian Tim Syuting
- Bab 120 Keadaan Darurat
- Bab 121 Terhambat
- Bab 122 Jaylen Kou turun tangan
- Bab 123 Komunikasi antar pria
- Bab 124 Tamu tak diundang
- Bab 125 Pertemuan canggung di pemandian air panas
- Bab 126 Keangkuhan Dan Pemihakan
- Bab 127 Bibi Wang Sakit Kritis
- Bab 128 Mantan Pacar Yang Terus Menguntit
- Bab 129 Pemangsa Bertamu Ke Rumah Mangsa
- Bab 130 Musuhnya Musuh Identik Dengan Teman
- Bab 131 Mempersembahkan diri
- Bab 132 Hidup Kembali di Tengah Keputusasaan
- Bab 133 Maaf, datangnya terlambat
- Bab 134 Rumit
- Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya
- Bab 136 Tidak Bisa Menjelaskan
- Bab 137 Foto yang Berharga
- Bab 138 Syuting di Kota X
- Bab 139 Menunjukkan Kekuatan
- Bab 140 Pembuat Onar
- Bab 141 Ledakan
- Bab 142 Gosip
- Bab 143 Menggunakan tangan orang untuk membunuhnya
- Bab 144 Adu domba
- Bab 145 Masalah yang terjadi di depan mata
- Bab 146 Dia adalah seorang pembunuh
- Bab 147 Pemaksaan
- Bab 148 Benar atau salah, tidak berani untuk mengatakannya
- Bab 149 Kamu adalah pembohong
- Bab 150 Menggumparkan Gosip