Mr. Ceo's Woman - Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
"Ck, aku ini jago dalam memasak. Lagipula aku tidak memasaknya untuk kamu. Kamu meremehkan aku? Jika iya, kamu bisa makan di luar sana! Benar tidak kakek?"
Pada saat ini Jaylen Kou baru mengerti mengapa Caily Man bisa begitu mudahnya setuju ketika dia mengajaknya untuk bertemu dengan kakek. Rupanya setelah datang dia dapat menggunakan segala cara untuk mengerjai dia?
"Huh, memangnya dia berani!"
Tuan Besar Kou membanting tongkat di tangannya ke tanah dan menatap tajam ke arah Jaylen Kou.
"Aku tidak peduli seberapa hebatnya kamu di luar, akan tetapi di depanku, jika kamu tidak berusaha, maka kamu tidak akan mendapatkan hasilnya. Jika kamu ingin makan, pergi sekarang ke dapur dan membantunya!"
Setelah selesai berbicara, dia menggunakan tongkatnya mendorong Jaylen Kou ke sisi Caily Man. Lalu dia duduk di atas kursi lalu membalikkan badannya bermain dengan burung kerak jambul hitam.
"Sana pergi membantunya! Sana pergi membantunya!"
Jaylen Kou tidak menyangka bahwa dia seorang kolonel bermartabat jatuh ke titik dimana dia diintimidasi oleh seekor burung kerak jambul hitam. Tetapi dia tidak tahu mengapa, dia tidak marah sama sekali bahkan merasa sedikit ... senang?
Sinar matahari yang cerah di siang hari menyinari rambutnya, membuat rambutnya terlihat seperti warna merah muda dan cahaya keemasan itu memperlihatkan hidung dan dagu yang indah milik wanita itu. Dia terlihat sangat cantik seperti di dalam lukisan.
Dia memandang Caily Man yang bersiap-siap di sebelahnya dengan rasa ingin tahu dan ada perasaan aneh yang perlahan mengalir di dalam hatinya.
Begitu menyadari tatapan Jaylen Kou, Caily Man menyempilkan rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinganya dan mengangkat kepala ke arahnya dan berkata: "tidak ada gunanya dengan hanya menatapi aku. Kakek sudah mengatakannya. Cepat bekerja!"
Ketika mereka berdua berjalan menjauh, Tuan Besar Kou pun mengambil sebatang tusuk gigi, lalu sambil mengusili sang burung, dia sambil mengulas sebuah senyuman penuh arti.
“Kelihatannya aku akan memiliki cucu sebentar lagi."
Burung kerak jambul hitam yang berada di dalam sangkar memiringkan kepalanya dan dengan senang berkata: "kamu cucu! Kamu cucu!"
"Heh, kamu sedang memarahi siapa? Percaya tidak aku akan mencabuti semua bulumu!"
"Kamu cucu, percaya tidak aku akan mencabuti semua bulumu!"
"Heh, ucapkan sekali lagi!"
"Ucapkan sekali lagi!"
"......"
Seketika peperangan dimulai.
Sedangkan di sisi.lain, kedua orang yang berada di dalam dapur seperti tidak terpengaruh sama sekali dengan dunia luar.
Meskipun Caily Man biasanya terlihat tidak pernah menyentuh hal-hal seperti ini, akan tetapi sejak acara wisata alam liar itu, meskipun dia tidak sekelompok dengannya, akan tetapi Jaylen Kou tahu akan kemampuannya.
Akan tetapi......
"Weh Jaylen Kou, kamu memotong kentangnya sebesar ini untuk memberi makan kepada babi?"
Siapa yang akan menyangka bahwa rupanya sulit untuk memotong kentang. Akan tetapi bukannya yang penting dapat dimakan?
"Aduh Tuhanku, tomat ini sudah hampir menjadi ampas karena kamu mengenggamnya terlalu erat. Bagaimana ini dapat dimakan?"
Ini semua karena dia gugup karena dia mengatakan tidak boleh memotong tomat dengan cepat.
"Ckck, Jaylen Kou coba kamu ke sini. Kamu lihat ada apa di dalam cairan telur ini?"
Pada saat ini Caily Man mengerutkan keningnya lalu menggunakan sepasang sumpit mengaduk-aduk telur yang tadi dia pecahkan dengan penuh hati-hati.
"Ada apa? Tentu saja ada telur, apakah kamu tidak melihatnya?"
Jaylen Kou tidak pernah membayangkan bahwa dia akan dikritik hingga seperti ini oleh Caily Man dalam hal memasak.
Kesannya memasak satu-satunya adalah ketika ujian lapangan rutin militer, tapi saat itu jangan bicara soal memasak, asalkan makanan yang dimasaknya itu matang saja sudah cukup bagus. Jadi saat ini dia merasa frustasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Ckck, iya di dalam ini memang ada telur. Tetapi jika di dalamnya ada barang lain, maka itu artinya salah bukan?"
Caily Man mengambilnya dengan sumpit dan berjalan ke depan Jaylen Kou dan berkata: "Hai Jaylen Kou, apakah kamu melihat sesuatu yang aneh?"
"Tidak ada!"
Jika bukan karena Tuan Besar Kou, dia tidak akan menyusahkan dirinya untuk berada di ruangan yang sama dengan wanita seperti Caily Man.
"Ckck, coba lihatlah dirimu. Jelas-jelas kamu salah, tetapi kamu tidak ingin mengakuinya. Coba kamu lihat, di atas ini ada sebuah cangkang telur yang sebesar ini, apakah kamu tidak melihatnya?"
Jaylen Kou bersiap-siap untuk membalikkan badannya. Tetapi Caily Man masih tidak ingin melepaskan dia, dia pun memutar arahnya ke depan dia.
"Weh, weh, kamu jangan kabur. Coba kamu lihat!"
Hanya saja ada seseorang yang lupa diri sehingga dia tidak melihat ada benda penghalang yang di dekat kakinya. Sehingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah Jaylen Kou sambil memegang sepasang sumpit.
Gerak reflek Jaylen Kou sangat cepat. Dia bergegas mengangkat tangannya dan memeluk orang ceroboh itu ke dalam pelukannya.
"Cucu menantuku, burung pemberianmu ini memang sangat hebat dalam mengutuk orang lain, aku dibuat kesal olehnya."
Baru saja Tuan Besar Kou masuk ke dalam ruangan dan melihat pose kedua orang di depannya ini yang terlihat begitu intim. Dia tertegun selama beberapa detik dan ketika dia mendapatkan kembali kesadarannya, dia mengulas sebuah senyuman lebar.
"Aduh memang benar anak-anak muda ini. Aku pergi terlebih dahulu agar tidak menganggu waktu kalian."
Begitu mendengar ucapan tersebut, Jaylen Kou bergegas mendorong Caily Man. Wajah tampannya bersemu merah dan kembali normal. Akan tetapi telinganya semakin lama semakin merah.
Caily Man tersenyum begitu melihat kejadian ini. Jika dia melanjutkan aksinya, sepertinya seseorang nanti akan mencari tempat dan menguburnya. Maka dari itu dia pun mengurungkan niatnya dan membantu kolonel yang berjasa ini.
Setelah beberapa saat, meskipun makanannya tidak mewah, tetapi itu adalah makanan rumahan yang hangat seperti pada umumnya.
"Kalian ini sudah menikah selama tiga tahun, kapan kalian akan memutuskan untuk memiliki seorang anak?"
Kedua orang tersebut tertegun begitu mendengar ucapan Tuan Besar Kou.
Pernikahan mereka itu terjadi karena mereka memiliki tujuan yang ingin dicapai, sama sekali tidak ada perasaan suka.
Lagipula, lagipula mereka saat ini juga sudah bercerai. Bagaimana mungkin bisa ada anak?
Jaylen Kou tahu bahwa hal ini sudah tidak dapat ditutupi kembali, maka dari itu ekspresinya terlihat tertekan dan dia menaruh sumpitnya.
“Kakek, sebenarnya kali ini aku datang ingin memberitahumu bahwa aku dan Caily Man sebenarnya........."
"Sebenarnya kami ingin fokus terlebih dahulu pada pekerjaan karena masih muda!"
Tiba-tiba Caily Man mengatakan terlebih dahulu, lalu memberikan sebuah tatapan kepada Jaylen Kou.
Tuan Besar Kou menatap wajah Jaylen Kou yang tertekan dan berkata: "fokus pada pekerjaan? Dia saja sudah menjadi kolonel, untuk apa bekerja keras lagi? Apakah dia ingin menjadi Tuhan?"
Caily Man tersenyum lalu merangkul lengan dia sambil mengelus-elus punggungnya.
"Kakek kamu jangan marah. Aku yang ingin fokus pada pekerjaan, lagipula aku ini masih dapat berduaan dengan Jaylen Kou. Kakek mohon maklumkan ya?"
Meskipun sedikit tidak senang, akan tetapi peperangan ini berhasil diredakan oleh ucapan Caily Man.
Setelah selesai makan, Tuan Besar Kou menghela nafas dan berkata: "cucu menantu kemarilah."
Punggung sang kakek masih kokoh seperti biasanya. Dia mengeluarkan jam saku dari lemari dan menyerahkannya kepada Caily Man.
"Ini, ambillah."
Jam saku diukir dengan pola berlubang sehingga membuatnya terlihat sangat cantik. Jarum di dalamnya sudah tidak lagi bergerak sejak lama. Tetapi kali ini ada medali kehormatan tergeletak dengan tenang di dalam.
Dilihat dari strukturnya, terlihat jelas bahwa arloji saku tersebut telah ada selama beberapa tahun. Namun dari kehalusan arloji saku tersebut, terlihat bahwa pemiliknya cukup berhati-hati dalam melindungi arloji saku tersebut.
Novel Terkait
His Second Chance
Derick HoThe Winner Of Your Heart
ShintaCantik Terlihat Jelek
SherinMy Lifetime
DevinaUnperfect Wedding
Agnes YuMr. Ceo's Woman×
- Bab 1 Akhirnya cerai !
- Bab 2 Dia Menghormati Orang Tua dan Tidak Menyayangi yang Lebih Muda
- Bab 3 Mantan Suami!
- Bab 4 Karma Ya!
- Bab 5 Orang-Orang Kota Mempunyai Banyak Trik
- Bab 6 Misi Rahasia? Menyelesaikan Dari Akar Masalah!
- Bab 7 Kerjasama Win-Win
- Bab 8 Kenapa Tiba-Tiba Marah
- Bab 9 Dia Tidak Menyangka
- Bab 10 Pilihan Hidup Dan Mati
- Bab 11 Caily Terluka
- Bab 12 Komentar Netizen
- Bab 13 Pertama sekali bertemu
- Bab 14 Aku akan menerima tawaranmu
- Bab 15 Menambahkan sedikit hiburan
- Bab 16 Mantan suamiku yang tercinta
- Bab 17 Sakit, namun bahagia
- Bab 18 Tidak mempunyai kecocokan
- Bab 19 Bangkit untuk melawan
- Bab 20 Tidak akan tinggal diam !
- Bab 21 Mengunjungi Bangunan Tua Pada Malam Hari
- Bab 22 Tidak Bisa Mentolerirnya
- Bab 23 Sangat Konyol
- Bab 24 Jujur Atau Tantangan
- Bab 25 Putri Angkat Keluarga Man
- Bab 26 Gaun yang Misterius
- Bab 27 Membuat Mereka Menjadi Topik Pembicaraan!
- Bab 28 Aku Adalah Nona Muda Keluarga Man
- Bab 29 Dia Tidak Memiliki Hak Untuk Memiliki Nama?
- Bab 30 Mendapatkan Hadiah Tanpa Perlu Berusaha
- Bab 31 Surat Wasiat yang Tersembunyi
- Bab 32 Benar-Benar Sial
- Bab 33 Menepati Janji
- Bab 34 Konspirasi Dan Kecelakaan
- Bab 35 Teman yang Tulus
- Bab 36 Menyiram Minyak ke Dalam Api
- Bab 37 Aku Benar-Benar Merindukan Kamu
- Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
- Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
- Bab 40 Aku Ini Memang Orang yang Sangat Perhitungan
- Bab 41 Mengajari Cara Memancing
- Bab 42 Perebutan Gaun
- Bab 43 Kamu Adalah Istriku
- Bab 44 Perubahan yang Mendadak
- Bab 45 Matthew
- Bab 46 Kelanjutan Dari Ikatan Takdir yang Buruk
- Bab 47 Konferensi Skenario
- Bab 48 Hadiah Dari Penggemar
- Bab 49 Suatu Hal Kecil Membuat Masalah yang Besar
- Bab 50 Istirahat Sama Dengan Berhenti Kerja
- Bab 51 Terlambat
- Bab 52 Kemalangan yang terus terjadi
- Bab 53 Konfrontasi
- Bab 54 Hari yang spesial
- Bab 55 Hanya melakukan apa yang bisa dilakukan
- Bab 56 Kelicikan vs. Kelicikan
- Bab 57 Harus Tambah Uang
- Bab 58 Rencana Tersembunyi
- Bab 59 Jebakan Dalam Jebakan
- Bab 60 Pulau Terpencil
- Bab 61 Tunggu Aku
- Bab 62 Bertahan Hidup
- Bab 63 Efek Kupu-Kupu
- Bab 64 Lolos dari Bahaya
- Bab 65 Jebakan Demi Jebakan
- Bab 66 Masuk Penjara
- Bab 67 Nona Besar, Aku Datang Menjemputmu
- Bab 68 : Antara Cinta dan Benci
- Bab 69 : Mambawa Pergi Secara Paksa
- Bab 70 : Drama Tiga Wanita
- Bab 71 Membongkar Rahasia Diri Sendiri
- Bab 72 Menelusuri Sampai Akhir
- Bab 73 Mengulangi Kesalahan yang Sama
- Bab 74 Celah
- Bab 75 Undangan Herbert Song
- Bab 76 Perperangan empat orang
- Bab 77 Memulainya dengan menjadi teman
- Bab 78 Menimbulkan perselisihan
- Bab 79 Jebakan
- Bab 80 Kehilangan petunjuk
- Bab 81 Pertemuan Bahaya
- Bab 82 Terkena Jebakan
- Bab 83 Melewati Bahaya
- Bab 84 Tepi Antara Kenyataan dan Halusinasi
- Bab 85 Keegoisan Herbert Song
- Bab 86 Livia Mo
- Bab 87 Membuat Kesepakatan
- Bab 88 Licik
- Bab 89 Bukan Orang yang Sebelumnya
- Bab 90 Masa Mudanya Telah Dimakan Oleh Seekor Anjing
- Bab 91 Kamu Sangat Hebat!
- Bab 92 Tempat Ini Akan Selalu Menjadi Rumahmu
- Bab 93 Kejahatan Dilupakan Selama Ribuan Tahun
- Bab 94 Gosip
- Bab 95 Lakukan Semuanya Seperti Biasa
- Bab 96 Paling Menyedihkan Dari Semua Yang Hadir
- Bab 97 Dia Tidak Mengerti Dunia Orang Kaya
- Bab 98 Persaingan Dua Orang Pria
- Bab 99 Kaya, Bersikap Suka-Suka!
- Bab 100 Mendadak Terkenal
- Bab 101 Dikepung
- Bab 102 Pahlawan penyelamat wanita
- Bab 103 Dua orang yang perkataannya tidak sejalan dengan isi hati
- Bab 104 Sedikit tersentuh olehnya
- Bab 105 Pria bajingan masuk penjara
- Bab 106 Diculik
- Bab 107 Kebenaran Tahun Itu
- Bab 108 Memberi Wajah Kepada Keluarga Pei
- Bab 109 Tolong, Bawa Aku Pergi
- Bab 110 Aku Akan Menganggap Seekor Anjing Telah Menggigitku
- Bab 111 Drama Kembali Dilaksanakan
- Bab 112 Dunia Ini Benar-Benar Sempit
- Bab 113 Menjadi Wanita Tercantik
- Bab 114 Hehe Wanita
- Bab 115 Jus VS Arak
- Bab 116 Dare Yang Membuat Merona Dan Berdetak Kencang
- Bab 117 Seorang Manusia Serigala
- Bab 118 Cahaya Lampu Dan Bintang
- Bab 119 Pembagian Tim Syuting
- Bab 120 Keadaan Darurat
- Bab 121 Terhambat
- Bab 122 Jaylen Kou turun tangan
- Bab 123 Komunikasi antar pria
- Bab 124 Tamu tak diundang
- Bab 125 Pertemuan canggung di pemandian air panas
- Bab 126 Keangkuhan Dan Pemihakan
- Bab 127 Bibi Wang Sakit Kritis
- Bab 128 Mantan Pacar Yang Terus Menguntit
- Bab 129 Pemangsa Bertamu Ke Rumah Mangsa
- Bab 130 Musuhnya Musuh Identik Dengan Teman
- Bab 131 Mempersembahkan diri
- Bab 132 Hidup Kembali di Tengah Keputusasaan
- Bab 133 Maaf, datangnya terlambat
- Bab 134 Rumit
- Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya
- Bab 136 Tidak Bisa Menjelaskan
- Bab 137 Foto yang Berharga
- Bab 138 Syuting di Kota X
- Bab 139 Menunjukkan Kekuatan
- Bab 140 Pembuat Onar
- Bab 141 Ledakan
- Bab 142 Gosip
- Bab 143 Menggunakan tangan orang untuk membunuhnya
- Bab 144 Adu domba
- Bab 145 Masalah yang terjadi di depan mata
- Bab 146 Dia adalah seorang pembunuh
- Bab 147 Pemaksaan
- Bab 148 Benar atau salah, tidak berani untuk mengatakannya
- Bab 149 Kamu adalah pembohong
- Bab 150 Menggumparkan Gosip