Mr. Ceo's Woman - Bab 45 Matthew
Setelah membuat beberapa penyesuaian diri, dia berjalan keluar pintu, dan menghadapi hujan deras yang menghujani seluruh kota.
Karena Ibu Wang tiba-tiba jatuh sakit, meski hatinya penuh dengan duka, Caily Man tetap harus memaksakan dirinya untuk melakukan perencanaan pemakaman.
Dia memilih untuk memakamkannya di Pemakaman Gunung X yang dikelilingi oleh pegunungan dan sungai, dan terletak di pinggiran kota.
Meski terdapat banyak tempat pemakaman, alasan Caily Man memilih tempat ini karena di tempat ini terdapat tempat penampungan sementara bagi hewan-hewan liar.
Memikirkan belas kasihan dan kecintaan Louise Wang pada hewan liar, mungkin memilih rumah abadinya di sini adalah pilihan yang terbaik untuknya.
Langit menggelap, dan tetesan hujan deras menghantam payung.
Pemakaman ini direncanakan dengan terlalu buru-buru, lalu ditambah dengan tidak banyak orang yang hadir, suasana di sini bahkan terasa lebih suram.
Seorang pendeta berpakaian rapi berdiri di tengah kerumunan, ekspresinya serius dan terlihat suci.
"Ayah yang penyayang, kami di sini hari ini berdoa untuk saudara kami, dia telah menyelesaikan perjalanannya di dunia ini, dan dia telah dipanggil oleh Tuhan......"
Caily Man melihat nama yang akrab di batu nisan dan tidak bisa menahan rasa sakit di dalam hatinya.
Jelas-jelas dia masih sangat muda, bagaimana dia bisa dianggap telah menyelesaikan perjalanannya di dunia ini?
"Caily Man, kamu mau kemana?"
Seseorang di sebelahnya ingin tahu kemana dia akan pergi.
"Kalian pergilah terlebih dahulu, aku teringat ada seorang di sini yang ingin kukunjungi."
Dia melangkahkah kakinya, dan akhirnya menemukan tempat yang familiar di tempat terpencil.
"ibu."
Wanita di atas batu nisan tersenyum dengan lembut.
Ketika mengungkit kematian, ibu-nya yang berjuang di kamar pasien adalah kesan pertamanya tentang kematian, dan sekarang ditambah dengan Louise Wang.
Dia masih ingat hari ketika ibunya meninggal, cuaca yang cerah dan aroma wangi bunga osmanthus samar-samar melayang di udara, tetapi ketika dia bergegas ke kamar pasien pribadi seperti biasanya, yang dia lihat hanyalah sebuah ruangan yang kosong.
Tidak ada sama sekali.
Hanya dokter yang mendesah pelan.
"Kami sudah mencoba yang terbaik."
Semua masa lalu muncul di benaknya, dan dia tiba-tiba berlutut seperti anak kecil yang gemetar sampai tak terkendali.
"ibu--"
Caily Man memanggilnya dengan lembut, karena dia sepertinya merasakan angin sejuk baru saja meniup dirinya.
Angin terus bertiup, dan akhirnya tidak bertiup lagi.
Pada akhirnya, dia masih saja sendirian.
Panggilan demi panggilan berubah menjadi isakan, dan payung di tangan tidak tahu sudah diterbangkan kemana oleh angin.
Sampai dia merasa hujan badai yang mengamuk tidak lagi membasahi tubuh kurusnya, dia baru mengangkat kepalanya.
Menghadapi tetesan hujan yang menyentuh tanah, dia hanya bisa samar-samar melihat sosok tinggi entah karena dia menangis terlalu lama atau karena hujan.
Sosok ini tiba-tiba mengingatkannya pada seorang pria, tetapi pria itu mungkin akan tertawa jika melihat tampangnya yang sekarang?
Tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya merasa pandangannya menggelap dan tidak dapat melihat apa pun.
"Tuan Muda, ini..?"
Pengurus rumah tangga melihat Herbert Song menggendong Caily Man di pelukannya, dan seketika dia tidak bisa bereaksi.
Herbert Song tidak memegang payung karena sedang menggendong Caily Man, sehingga saat ini kedua orang tersebut tampak basah di dalam pandangan pengurus rumah tangga, yang memang terlihat seperti sedang membuat film horor.
Meskipun dia tahu bahwa Tuan Muda-nya selalu baik dan lembut, tetapi menjemput seseorang di kuburan ini, dia benar-benar sedikit tidak bisa menerimanya.
"Ayo pergi."
Herbert Song hanya membuka mulutnya untuk mengatakan kalimat ini, lalu setelah itu dia tidak berbicara lagi.
Dia awalnya datang untuk memberi penghormatan kepada seseorang hari ini, tetapi dia tidak menyangka dia akan bertemu dengan Caily Man lagi.
Hanya saja dia berbeda dengan dirinya yang lincah dan bangga yang dia temui beberapa kali yang lalu, kali ini dia terlihat sangat putus asa dan sepertinya telah kehilangan seluruh dunianya dan menyentuh tempat yang lembut di hatinya.
Ketika Caily Man tersadar, semua dekorasi di depannya menunjukkan kesenangan pemilik yang luar biasa, tetapi dia tidak mengenal tempat ini.
Dia mengalami sakit kepala yang luar biasa, dia tidak tahu siapa yang mengganti pakaiannya menjadi pakaian bersih, dan tiba-tiba dia merasa lebih pusing.
Ketika memikirkan pekerjaan yang ada, dia segera bangun dan berencana untuk pergi, ketika dia menyusuri koridor dan turun ke lantai 2, dia melihat Herbert Song yang sedang makan dengan perlahan pada saat ini.
"Kamu sudah bangun? Ayo makan sarapan, perutmu pasti sudah mencapai batasnya, kan?"
Mata Herbert Song tampak penuh dengan bunga persik yang harum di bulan Maret, dan dia berinisiatif mengisyaratkan tempat duduknya.
"Jadi kamu yang membawaku kembali kemarin? Terima kasih."
Herbert Song mengerucutkan bibirnya dan tersenyum, dan berkata: "Sebenarnya, ada orang yang selalu ingin melihatmu, jika dilihat dari waktunya, dia pasti sudah hampir sampai."
"Ding dong-"
Seolah ingin mengkonfirmasi ucapannya, bel pintu tiba-tiba berbunyi.
Caily Man masih belum bereaksi dari arti yang dalam dari ucapannya, dan sebuah kepala sudah langsung masuk ke dalam pelukannya dan menggosoknya dengan keras.
"Kakak yang cantik, aku sangat merindukanmu!"
Suara manis anak kecil terdengar di telinganya, suara ini seperti angin musim semi yang meniup kabut gelap di dalam hati Caily Man.
"Merindukanku? Kenapa?"
Kepala kecil di dalam pelukannya sedikit terangkat dan memperlihatkan sepasang mata berair yang besar, dan menyipit menjadi sebuah garis lurus pada saat ini.
"Karena kakak tidak hanya cantik, tetapi juga penyelamat Mathew!"
Mendengar suara lembut anak laki-laki itu dan raut wajahnya yang cerah, Caily Man akhirnya teringat di mana dia bertemu dengan bocah kecil yang manis ini.
"Oh kamu, baru beberapa hari tidak melihatmu, kamu tampaknya sudah sedikit lebih tinggi daripada sebelumnya."
Setelah berkecimpung di dunia industri selama bertahun-tahun, Caily Man tidak suka dengan anak-anak dan orang tua yang selalu menganggap dirinya hebat, oleh karena itu, dia sering menjauh dari Keluarga Kou.
Hanya saja, tentu saja, si mungil nan manis di dalam pelukannya itu sangat lucu seperti boneka yang lembut dan menggemaskan, tidak peduli dari penampilan atau nada bicaranya.
Ketika memikirkan hal ini di dalam benaknya, dia tidak bisa menahan dirinya untuk mencubit wajah Mathew.
Hm, kulit lembut dan licin ini membuatnya sedikit iri.
"Mathew, cepat bangun, kamu membuat dia tidak bisa makan."
Setelah mendengarkan ucapan dari Herbert Song, Mathew sedikit cemberut dan dengan enggan keluar dari pelukan Caily Man.
"Baik, baik, aku hanya terlalu senang, kupikir kamu berbohong padaku."
Melihat anak lucu yang sekarang muncul di hadapannya, entah kenapa, dia selalu merasakan kehangatan yang samar di dalam hatinya.
"Kakak, bisakah kamu bermain dengan Mathew hari ini?"
Ketika selesai makan, Mathew memegang tangan Caily Man seolah-olah dia telah menerima perintah dan wajahnya penuh dengan harapan.
"Hari ini, orang tuaku melemparkanku ke paman karena ada suatu masalah, maukah kamu menemaniku ke taman hiburan? Ya, ya, ya?"
Mathew awalnya ingin bertanya lagi, tetapi Herbert Song mengulurkan tangannya dan menarik kerahnya.
"Kakak masih memiliki pekerjaan, dia tidak bisa bermain denganmu, hari ini kamu kerjakan tugasmu saja, jika hari ini kamu sembarangan berpergian lagi, hukuman kali ini akan lebih dari seminggu. Kamu tahu itu, Matthew."
Novel Terkait
Menantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMy Goddes
Riski saputroLelaki Greget
Rudy GoldIstri Pengkhianat
SubardiMy Cute Wife
DessyHalf a Heart
Romansa UniverseMr. Ceo's Woman×
- Bab 1 Akhirnya cerai !
- Bab 2 Dia Menghormati Orang Tua dan Tidak Menyayangi yang Lebih Muda
- Bab 3 Mantan Suami!
- Bab 4 Karma Ya!
- Bab 5 Orang-Orang Kota Mempunyai Banyak Trik
- Bab 6 Misi Rahasia? Menyelesaikan Dari Akar Masalah!
- Bab 7 Kerjasama Win-Win
- Bab 8 Kenapa Tiba-Tiba Marah
- Bab 9 Dia Tidak Menyangka
- Bab 10 Pilihan Hidup Dan Mati
- Bab 11 Caily Terluka
- Bab 12 Komentar Netizen
- Bab 13 Pertama sekali bertemu
- Bab 14 Aku akan menerima tawaranmu
- Bab 15 Menambahkan sedikit hiburan
- Bab 16 Mantan suamiku yang tercinta
- Bab 17 Sakit, namun bahagia
- Bab 18 Tidak mempunyai kecocokan
- Bab 19 Bangkit untuk melawan
- Bab 20 Tidak akan tinggal diam !
- Bab 21 Mengunjungi Bangunan Tua Pada Malam Hari
- Bab 22 Tidak Bisa Mentolerirnya
- Bab 23 Sangat Konyol
- Bab 24 Jujur Atau Tantangan
- Bab 25 Putri Angkat Keluarga Man
- Bab 26 Gaun yang Misterius
- Bab 27 Membuat Mereka Menjadi Topik Pembicaraan!
- Bab 28 Aku Adalah Nona Muda Keluarga Man
- Bab 29 Dia Tidak Memiliki Hak Untuk Memiliki Nama?
- Bab 30 Mendapatkan Hadiah Tanpa Perlu Berusaha
- Bab 31 Surat Wasiat yang Tersembunyi
- Bab 32 Benar-Benar Sial
- Bab 33 Menepati Janji
- Bab 34 Konspirasi Dan Kecelakaan
- Bab 35 Teman yang Tulus
- Bab 36 Menyiram Minyak ke Dalam Api
- Bab 37 Aku Benar-Benar Merindukan Kamu
- Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
- Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
- Bab 40 Aku Ini Memang Orang yang Sangat Perhitungan
- Bab 41 Mengajari Cara Memancing
- Bab 42 Perebutan Gaun
- Bab 43 Kamu Adalah Istriku
- Bab 44 Perubahan yang Mendadak
- Bab 45 Matthew
- Bab 46 Kelanjutan Dari Ikatan Takdir yang Buruk
- Bab 47 Konferensi Skenario
- Bab 48 Hadiah Dari Penggemar
- Bab 49 Suatu Hal Kecil Membuat Masalah yang Besar
- Bab 50 Istirahat Sama Dengan Berhenti Kerja
- Bab 51 Terlambat
- Bab 52 Kemalangan yang terus terjadi
- Bab 53 Konfrontasi
- Bab 54 Hari yang spesial
- Bab 55 Hanya melakukan apa yang bisa dilakukan
- Bab 56 Kelicikan vs. Kelicikan
- Bab 57 Harus Tambah Uang
- Bab 58 Rencana Tersembunyi
- Bab 59 Jebakan Dalam Jebakan
- Bab 60 Pulau Terpencil
- Bab 61 Tunggu Aku
- Bab 62 Bertahan Hidup
- Bab 63 Efek Kupu-Kupu
- Bab 64 Lolos dari Bahaya
- Bab 65 Jebakan Demi Jebakan
- Bab 66 Masuk Penjara
- Bab 67 Nona Besar, Aku Datang Menjemputmu
- Bab 68 : Antara Cinta dan Benci
- Bab 69 : Mambawa Pergi Secara Paksa
- Bab 70 : Drama Tiga Wanita
- Bab 71 Membongkar Rahasia Diri Sendiri
- Bab 72 Menelusuri Sampai Akhir
- Bab 73 Mengulangi Kesalahan yang Sama
- Bab 74 Celah
- Bab 75 Undangan Herbert Song
- Bab 76 Perperangan empat orang
- Bab 77 Memulainya dengan menjadi teman
- Bab 78 Menimbulkan perselisihan
- Bab 79 Jebakan
- Bab 80 Kehilangan petunjuk
- Bab 81 Pertemuan Bahaya
- Bab 82 Terkena Jebakan
- Bab 83 Melewati Bahaya
- Bab 84 Tepi Antara Kenyataan dan Halusinasi
- Bab 85 Keegoisan Herbert Song
- Bab 86 Livia Mo
- Bab 87 Membuat Kesepakatan
- Bab 88 Licik
- Bab 89 Bukan Orang yang Sebelumnya
- Bab 90 Masa Mudanya Telah Dimakan Oleh Seekor Anjing
- Bab 91 Kamu Sangat Hebat!
- Bab 92 Tempat Ini Akan Selalu Menjadi Rumahmu
- Bab 93 Kejahatan Dilupakan Selama Ribuan Tahun
- Bab 94 Gosip
- Bab 95 Lakukan Semuanya Seperti Biasa
- Bab 96 Paling Menyedihkan Dari Semua Yang Hadir
- Bab 97 Dia Tidak Mengerti Dunia Orang Kaya
- Bab 98 Persaingan Dua Orang Pria
- Bab 99 Kaya, Bersikap Suka-Suka!
- Bab 100 Mendadak Terkenal
- Bab 101 Dikepung
- Bab 102 Pahlawan penyelamat wanita
- Bab 103 Dua orang yang perkataannya tidak sejalan dengan isi hati
- Bab 104 Sedikit tersentuh olehnya
- Bab 105 Pria bajingan masuk penjara
- Bab 106 Diculik
- Bab 107 Kebenaran Tahun Itu
- Bab 108 Memberi Wajah Kepada Keluarga Pei
- Bab 109 Tolong, Bawa Aku Pergi
- Bab 110 Aku Akan Menganggap Seekor Anjing Telah Menggigitku
- Bab 111 Drama Kembali Dilaksanakan
- Bab 112 Dunia Ini Benar-Benar Sempit
- Bab 113 Menjadi Wanita Tercantik
- Bab 114 Hehe Wanita
- Bab 115 Jus VS Arak
- Bab 116 Dare Yang Membuat Merona Dan Berdetak Kencang
- Bab 117 Seorang Manusia Serigala
- Bab 118 Cahaya Lampu Dan Bintang
- Bab 119 Pembagian Tim Syuting
- Bab 120 Keadaan Darurat
- Bab 121 Terhambat
- Bab 122 Jaylen Kou turun tangan
- Bab 123 Komunikasi antar pria
- Bab 124 Tamu tak diundang
- Bab 125 Pertemuan canggung di pemandian air panas
- Bab 126 Keangkuhan Dan Pemihakan
- Bab 127 Bibi Wang Sakit Kritis
- Bab 128 Mantan Pacar Yang Terus Menguntit
- Bab 129 Pemangsa Bertamu Ke Rumah Mangsa
- Bab 130 Musuhnya Musuh Identik Dengan Teman
- Bab 131 Mempersembahkan diri
- Bab 132 Hidup Kembali di Tengah Keputusasaan
- Bab 133 Maaf, datangnya terlambat
- Bab 134 Rumit
- Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya
- Bab 136 Tidak Bisa Menjelaskan
- Bab 137 Foto yang Berharga
- Bab 138 Syuting di Kota X
- Bab 139 Menunjukkan Kekuatan
- Bab 140 Pembuat Onar
- Bab 141 Ledakan
- Bab 142 Gosip
- Bab 143 Menggunakan tangan orang untuk membunuhnya
- Bab 144 Adu domba
- Bab 145 Masalah yang terjadi di depan mata
- Bab 146 Dia adalah seorang pembunuh
- Bab 147 Pemaksaan
- Bab 148 Benar atau salah, tidak berani untuk mengatakannya
- Bab 149 Kamu adalah pembohong
- Bab 150 Menggumparkan Gosip