Mr. Ceo's Woman - Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
Berdasarkan perjanjian Jaylen Kou yang sebelumnya, Caily Man dan Jaylen Kou saat sini sedang berada di dalam perjalanan menuju ke barak militer.
Akan tetapi karena mereka berdua sudah bercerai, sehingga ekspresi mereka berdua saat ini terlihat canggung.
"Aku perjelas terlebih dahulu. kali ini hanyalah sebuah bisnis. Kamu jangan memanfaatkan kesempatan untuk berbuat yang tidak-tidak."
Dibanding dengan Caily Man yang duduk di baris belakang, Jaylen Kou lebih terlihat seperti sebuah batu yang tidak memiliki perasaan.
Akan tetapi.........
Apa yang dimaksud dengan bahwa dirinya jangan memanfaatkan kesempatan untuk berbuat yang tidak-tidak?
Jelas-jelas semua ini adalah permintaan dia, megapa dirinya yang terlihat seperti orang yang sengaja membuat semua ini terjadi?
Caily Man tersenyum dan sengaja memajukan badannya lalu mengangkat tangannya dan mengambar bentuk lingkaran pada dadanya yang keras lalu mengadahkan kepalanya dan mengerjapkan matanya kepada dia.
"Sayang, sebelumnya ketika kamu sedang memohon bantuan aku, kamu tidak berbicara seperti itu. Pada saat itu ucapanmu jauh lebih manis."
Sang supir hampir saja menabrak pembatas yang ada di depannya. Terlihat dengan sangat jelas bahwa ucapan Caily Man yang tadi dapat membuat semua orang menjadi salah paham.
"Maaf kolonel."
Wajah Jaylen Kou menggelap. Dia mengangkat tangannya mendorong Caily Man dan berkata: "Caily Man, kamu jangan semakin menjadi-jadi."
Hari ini demi bertemu dengan Tuan Besar Kou, dia sengaja mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, dia terlihat sangat cantik.
Jaylen Kou terpana menatap Caily Man.
"Semakin menjadi-jadi! Semakin menjadi-jadi!"
Di dalam mobil, ada teriakan tiba-tiba yang membuat wajah Jaylen Kou yang awalnya sudah tidak terlalu bagus menjadi semakin buruk.
Keduanya mengalihkan pandangan mereka ke samping, burung kerak jambul hitam di sangkar burung sedang menjulurkan kepalanya.
"Semakin menjadi-jadi! Semakin menjadi-jadi!"
Jaylen Koou berusaha menahan keinginan untuk membunuh burung kerak jambul hitam pada saat itu juga. Dia dengan rendah bertanya: "untuk apa kamu membawa dia kemari?"
"Hehe kamu tidak tahu bukan? Kakek dia paling menyukai memelihara burung dan menanam bunga. Aku sengaja membeli burung terpintar di pasar."
"Hehe, pintar! Pintar!"
Burung kerak jambul hitam itu membesarkan matanya dan memiringkan kepalanya untuk menilai Jaylen Kou.
Jaylen Kou tersentak, bahkan aura yang membuat orang ingin jauh-jauh darinya saja sudah menghilang.
"Huh, pantas saja dulu kakek sangat menyukai kamu. Kelihatannya kamu memang hebat menyenangi orang lain."
Caily Man memutar matanya dan berkata: "tutup mulutmu jika tidak bisa berbicara dengan benar. Ucapan burung kerak jambul hitam saja lebih enak didengar."
"Kamu!"
Jaylen Kou mendengus dan membalikkan kepalanya, dia tidak ingin menghiraukannya.
Selama perjalanan suasana sangat hening, untung saja burung kerak jambul hitam sangat periang dan lucu, sehingga suasana selama perjalanan tidak terlalu tertekan.
"Kakek, aku sangat merindukan kamu!"
Begitu Caily Man melihat Tuan Besar Kuo yang sedang duduk di halaman sambil berjemur di bawah matahari, dia bergegas memberikan sebuah barang yang ada di tangannya kepala Jaylen Kou dan memanggilnya dan berlari menghampirinya.
Begitu Tuan Besar Kuo langsung mengulas senyuman yang sangat lebar begitu melihat cucunya dan cucu menantunya datang bersama.
"Kamu ini akhirnya rela datang melihat aku?"
Meskipun dia berbicara seperti itu, tetapi di akhir pembicaraannya terdengar nada yang sangat memanjakan dia.
"Aduh aku salah, ini semua karena Jaylen Kou terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kamu lihatlah, bukannya begitu dia ada waktu luang aku langsung meminta dia membawaku melihat kamu?"
Jaylen Kou merasa kagum kepada Caily Man karena dia mudah sekali berubah hanya dalam beberapa detik.
Jelas-jelas tadi di dalam mobil dia tidak bersikap seperti itu.
Tuan Besar Kou mengadahkan kepalanya menatap Jaylen Kou yang berdiri tidak jauh dari mereka dan senyuman perlahan-lahan memudar.
"Huh, memangnya seberapa sibuknya kamu, mengapa bertemu denganmu jauh lebih sulit dibanding bertemu dengan seorang jendral."
Tuan Besar Kou menghabiskan seumur hidupnya di dalam dunia kemiliteran maka dari itu dia terbiasa berbicara dengan nada yang angkuh meskipun saat ini dia tidak lagi sehebat dulu. Dia juga merasa Jaylen Kou masih seperti anak bocah meskipun saat ini dia sudah sangat hebat.
"Haha......."
Caily Man tidak dapat menahan dirinya. Entah kapan lagi Caily Man dapat melihat Jaylen Kou terdiam tanpa bisa berkata apa-apa.
"Kakek kamu jangan menyalahkan dia, jika tidak aku akan merasa sedih."
Dia sambil berbicara sambil mengambil sangkar burung yang ada di tangan Jaylen Kou dan memberikannya kepada Tuan Besar Kou.
"Kakek, Anda lihat! Ini adalah burung kerak jambul hitam, aku sengaja membelinya di pasar. Dia dapat mengikuti ucapan manusia."
Kakek mengalihkan padangannya kepada burung kerak jambul hitam. Tentu saja dia sudah tidak menghiraukan Jaylen Kou lagi.
"Oh, burung apa yang begitu hebat. Apakah dia benar dapat mengikuti ucapan manusia?"
Caily Man merangkul Tuan Besar Kou ke dalam ruang tamu dan memintanya untuk duduk.
"Ehm, ehm."
Dia berpura-pura menjernihkan tenggorokkannya lalu menunjukan isyarat tangan yang mengartikan OK kepada Tuan Besar Kou dan berkata: "semoga kakek panjang umur dan sehat selalu."
Semilir angin bertiup kemari, ketiga orang tersebut berada di tengah-tengah semilir angin tersebut.
Caily Man dengan canggung melebarkan bibirnya dan kembali berkata: "semoga kakek panjang umur dan sehat selalu."
Burung kerak jambul hitam di dalam kandang seperti tidak mendengar apa-apa dan seperti tidak mengerti apa-apa.
Caily Man berjongkok dan melihat burung kerak jambul hitam yang ada di dalam kandang.
"Weh, weh, bukannya tadi di dalam mobil kamu berbicara terus-menerus? Kamu sekarang sudah menjadi tuna wicara?"
Jaylen Kou tertawa begitu melihat kelakuan Caily Man yang seperti anak kecil.
Sudah berapa umur Caily Man, mengapa dia masih dapat marah terhadap seekor burung?
"Tuna wicara! Tuna wicara!"
Tiba-tiba burung kerak jambul hitam ini membuka sayapnya dan kembali mengulangi ucapan Caily Man.
"Weh, aku menyuruhmu mengatakan panjang umur dan sehat selalu! Cepat katakan!"
"Mengapa kamu begitu bodoh, kata-kata begitu mudah saja kamu tidak bisa mengatakannya. Dasar burung bodoh!"
"Bodoh, bodoh!!"
Aksi ini membuat Tuan Besar Kou tertawa terbahak-bahak dan menepuk-nepuk Caily Man untuk memintanya duduk di sisinya.
"Cucu menantuku, aku sudah paham. Burung yang kamu beli ini sepertinya tidak bisa memuji orang, tetapi dia sangat hebat dalam mengutuki orang!"
Caily Man memiringkan kepalanya dan berkata: "sudahlah, sudahlah, tidak penting apa yang dia bisa lakukan, yang terpenting adalah kakek tercintaku ini akhirnya tertawa."
Tuan Besar Kou menjadi sangat senang setelah berbincang-bincang dengan Caily Man.
Dalam sekejap siang hari sudah menghampiri mereka. Caily Man berdiri dan menaikkan lengan pakaian dia.
"Kakek, aku akhirnya datang ke sini, kali ini aku harus membiarkan kamu mencicipi hasil masakan aku."
Setelah selesai berbicara, Caily Man pun bergegas berdiri dan tatapannya dipenuhi dengan rasa semangat dan percaya diri.
"Kamu masak sendiri?"
Jaylen Kou menatap dia dengan tatapan tidak percaya, karena di dalam ingatan dia, Caily Man tidak pernah memasak.
Lagipula wanita yang berasal dari keluarga kaya tidak mungkin dapat memasak, mereka pasti sangat dimanjakan oleh keluarganya.
Apakah makanan yang dia masak bisa dimakan?
Atau jangan-jangan dia sedang mencari cara lain untuk mengusili dia?
Hanya saja dia tidak enak hati mengatakannya di depan Tuan Besar Kuo, dia pun hanya dapat menahannya hingga wajahnya memerah.
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusSang Pendosa
DoniThe Richest man
AfradenMy Secret Love
Fang FangCinta Yang Tak Biasa
WennieMr. Ceo's Woman×
- Bab 1 Akhirnya cerai !
- Bab 2 Dia Menghormati Orang Tua dan Tidak Menyayangi yang Lebih Muda
- Bab 3 Mantan Suami!
- Bab 4 Karma Ya!
- Bab 5 Orang-Orang Kota Mempunyai Banyak Trik
- Bab 6 Misi Rahasia? Menyelesaikan Dari Akar Masalah!
- Bab 7 Kerjasama Win-Win
- Bab 8 Kenapa Tiba-Tiba Marah
- Bab 9 Dia Tidak Menyangka
- Bab 10 Pilihan Hidup Dan Mati
- Bab 11 Caily Terluka
- Bab 12 Komentar Netizen
- Bab 13 Pertama sekali bertemu
- Bab 14 Aku akan menerima tawaranmu
- Bab 15 Menambahkan sedikit hiburan
- Bab 16 Mantan suamiku yang tercinta
- Bab 17 Sakit, namun bahagia
- Bab 18 Tidak mempunyai kecocokan
- Bab 19 Bangkit untuk melawan
- Bab 20 Tidak akan tinggal diam !
- Bab 21 Mengunjungi Bangunan Tua Pada Malam Hari
- Bab 22 Tidak Bisa Mentolerirnya
- Bab 23 Sangat Konyol
- Bab 24 Jujur Atau Tantangan
- Bab 25 Putri Angkat Keluarga Man
- Bab 26 Gaun yang Misterius
- Bab 27 Membuat Mereka Menjadi Topik Pembicaraan!
- Bab 28 Aku Adalah Nona Muda Keluarga Man
- Bab 29 Dia Tidak Memiliki Hak Untuk Memiliki Nama?
- Bab 30 Mendapatkan Hadiah Tanpa Perlu Berusaha
- Bab 31 Surat Wasiat yang Tersembunyi
- Bab 32 Benar-Benar Sial
- Bab 33 Menepati Janji
- Bab 34 Konspirasi Dan Kecelakaan
- Bab 35 Teman yang Tulus
- Bab 36 Menyiram Minyak ke Dalam Api
- Bab 37 Aku Benar-Benar Merindukan Kamu
- Bab 38 Hebat Dalam Memarahi Orang
- Bab 39 Jika Tidak Berusaha, Maka Tidak Akan Mendapatkan Hasil
- Bab 40 Aku Ini Memang Orang yang Sangat Perhitungan
- Bab 41 Mengajari Cara Memancing
- Bab 42 Perebutan Gaun
- Bab 43 Kamu Adalah Istriku
- Bab 44 Perubahan yang Mendadak
- Bab 45 Matthew
- Bab 46 Kelanjutan Dari Ikatan Takdir yang Buruk
- Bab 47 Konferensi Skenario
- Bab 48 Hadiah Dari Penggemar
- Bab 49 Suatu Hal Kecil Membuat Masalah yang Besar
- Bab 50 Istirahat Sama Dengan Berhenti Kerja
- Bab 51 Terlambat
- Bab 52 Kemalangan yang terus terjadi
- Bab 53 Konfrontasi
- Bab 54 Hari yang spesial
- Bab 55 Hanya melakukan apa yang bisa dilakukan
- Bab 56 Kelicikan vs. Kelicikan
- Bab 57 Harus Tambah Uang
- Bab 58 Rencana Tersembunyi
- Bab 59 Jebakan Dalam Jebakan
- Bab 60 Pulau Terpencil
- Bab 61 Tunggu Aku
- Bab 62 Bertahan Hidup
- Bab 63 Efek Kupu-Kupu
- Bab 64 Lolos dari Bahaya
- Bab 65 Jebakan Demi Jebakan
- Bab 66 Masuk Penjara
- Bab 67 Nona Besar, Aku Datang Menjemputmu
- Bab 68 : Antara Cinta dan Benci
- Bab 69 : Mambawa Pergi Secara Paksa
- Bab 70 : Drama Tiga Wanita
- Bab 71 Membongkar Rahasia Diri Sendiri
- Bab 72 Menelusuri Sampai Akhir
- Bab 73 Mengulangi Kesalahan yang Sama
- Bab 74 Celah
- Bab 75 Undangan Herbert Song
- Bab 76 Perperangan empat orang
- Bab 77 Memulainya dengan menjadi teman
- Bab 78 Menimbulkan perselisihan
- Bab 79 Jebakan
- Bab 80 Kehilangan petunjuk
- Bab 81 Pertemuan Bahaya
- Bab 82 Terkena Jebakan
- Bab 83 Melewati Bahaya
- Bab 84 Tepi Antara Kenyataan dan Halusinasi
- Bab 85 Keegoisan Herbert Song
- Bab 86 Livia Mo
- Bab 87 Membuat Kesepakatan
- Bab 88 Licik
- Bab 89 Bukan Orang yang Sebelumnya
- Bab 90 Masa Mudanya Telah Dimakan Oleh Seekor Anjing
- Bab 91 Kamu Sangat Hebat!
- Bab 92 Tempat Ini Akan Selalu Menjadi Rumahmu
- Bab 93 Kejahatan Dilupakan Selama Ribuan Tahun
- Bab 94 Gosip
- Bab 95 Lakukan Semuanya Seperti Biasa
- Bab 96 Paling Menyedihkan Dari Semua Yang Hadir
- Bab 97 Dia Tidak Mengerti Dunia Orang Kaya
- Bab 98 Persaingan Dua Orang Pria
- Bab 99 Kaya, Bersikap Suka-Suka!
- Bab 100 Mendadak Terkenal
- Bab 101 Dikepung
- Bab 102 Pahlawan penyelamat wanita
- Bab 103 Dua orang yang perkataannya tidak sejalan dengan isi hati
- Bab 104 Sedikit tersentuh olehnya
- Bab 105 Pria bajingan masuk penjara
- Bab 106 Diculik
- Bab 107 Kebenaran Tahun Itu
- Bab 108 Memberi Wajah Kepada Keluarga Pei
- Bab 109 Tolong, Bawa Aku Pergi
- Bab 110 Aku Akan Menganggap Seekor Anjing Telah Menggigitku
- Bab 111 Drama Kembali Dilaksanakan
- Bab 112 Dunia Ini Benar-Benar Sempit
- Bab 113 Menjadi Wanita Tercantik
- Bab 114 Hehe Wanita
- Bab 115 Jus VS Arak
- Bab 116 Dare Yang Membuat Merona Dan Berdetak Kencang
- Bab 117 Seorang Manusia Serigala
- Bab 118 Cahaya Lampu Dan Bintang
- Bab 119 Pembagian Tim Syuting
- Bab 120 Keadaan Darurat
- Bab 121 Terhambat
- Bab 122 Jaylen Kou turun tangan
- Bab 123 Komunikasi antar pria
- Bab 124 Tamu tak diundang
- Bab 125 Pertemuan canggung di pemandian air panas
- Bab 126 Keangkuhan Dan Pemihakan
- Bab 127 Bibi Wang Sakit Kritis
- Bab 128 Mantan Pacar Yang Terus Menguntit
- Bab 129 Pemangsa Bertamu Ke Rumah Mangsa
- Bab 130 Musuhnya Musuh Identik Dengan Teman
- Bab 131 Mempersembahkan diri
- Bab 132 Hidup Kembali di Tengah Keputusasaan
- Bab 133 Maaf, datangnya terlambat
- Bab 134 Rumit
- Bab 135 Kalau tangannya sudah tidak mau, aku bantu kamu menghancurkannya
- Bab 136 Tidak Bisa Menjelaskan
- Bab 137 Foto yang Berharga
- Bab 138 Syuting di Kota X
- Bab 139 Menunjukkan Kekuatan
- Bab 140 Pembuat Onar
- Bab 141 Ledakan
- Bab 142 Gosip
- Bab 143 Menggunakan tangan orang untuk membunuhnya
- Bab 144 Adu domba
- Bab 145 Masalah yang terjadi di depan mata
- Bab 146 Dia adalah seorang pembunuh
- Bab 147 Pemaksaan
- Bab 148 Benar atau salah, tidak berani untuk mengatakannya
- Bab 149 Kamu adalah pembohong
- Bab 150 Menggumparkan Gosip