Beautiful Lady - Bab 63 Senapan Mini

Bukan hanya membuat Darian Wu ketakutan setengah mati, senjata yang dibawa bibi gemuk juga memicu kerumunan penonton berseru.

Senjata ini, yang merupakan senjata termahal dan terkuat dalam permainan, memiliki tiga lubang peluru. Dengan daya tembak penuh, benda itu bisa menembakkan enam ratus peluru dalam satu menit. Itu berarti masing-masing lubang bisa menemak dua ratus peluru!

Membayangkannya sungguh menakutkan. Dalam sangkar besi yang ruang geraknya lumayan terbatas, bakal ditembaki senjata sekuat itu tentu membuat Darian Wu putus asa!

“Pria kecil yang tampan, dibandingkan dengan “senjatamu”, senjata yang kubeli dengan harga mahal ini lebih kuat atau tidak ya? Semoga “senjatamu” lebih kuat deh!”

Bibi gemuk itu mengarahkan ujung senjatanya ke selangkangan Darian Wu. Ia membuat tawa aneh seperti ayam betina!

Si pria menurunkan senjata si bibi dan berusaha membujuk: “Kamu bisa mendapatkan tubuhku, tetapi tidak dengan hatiku. Melon yang dipetik paksa tidak akan terasa manis, buat apa kamu buang-buang uang untuk ini?”

“Kamu benar, melon yang dipetik paksa memang tidak manis. Tetapi, tidak manis pun tetap bisa memuaskan dahagaku. Aku lapar dan haus sekarang, jadi tidak peduli melonmu manis atau tidak!”

Mendengar respon bibi gemuk itu, Darian Wu tidak bisa berkata-kata serta mendebat!

Setelah semua kontestan naik ke atas panggung, permainan siap dimulai.

“Tunggu sebentar, masih ada aku!”

Tepat ketika pembawa acara hendak mengumumkan permainan dimulai, dari bawah panggung terdengar suara yang manis!

Di bawah perhatian semua orang, sesosok wanita cantik menyusul ke atas panggung!

Ia adalah Coco Lin. Wanita itu berpakaian menyerupai koboi. Atasannya jaket kulit, bawahannya celana kulit, ikat pinggangnya juga kulit-kulitan. Di bahunya tergantung sederet peluru!

Tetapi, di tangannya, ia hanya memegang senapan mini!

“Haha…... adik kecil, dengan senapan mini, kamu ingin merebut priaku? Kamu bodoh ya?”

Dengan menatapnya jijik, bibi gemuk menertawai dan mengejek Coco Lin.

“Kakak jangan emosi. Aku hanya beli seratus peluru, jadi tujuan berpartisipasinya hanya untuk senang-senang! Aku tidak berencana merebut si pria tampan darimu!”

Wanita itu menghampiri sangkar besi dengan senyum lebar. Lalu, dengan menempelkan wajah ke jeruji sangkar, ia berujar pada Darian Wu yang ada di dalam, “Kakak Ipar, ada aku, kamu harus tenang. Aku pasti akan menyelamatkanmu dari musibah!”

“Tidakkah kamu lihat senjata apa yang dibeli bibi gemuk? Kamu hanya punya senapan mini dan seratus butir peluru. Atas dasar apa kamu percaya diri melawannya!”

Keikutsertaan si adik ipar agak mengejutkan si kakak ipar. Coco Lin adalah wanita yang pelit. Rela menghabiskan lima puluh hingga enam puluh ribu yuan demi menyelematkannya, itu sudah pencapaian yang luar biasa buatnya!

“Coco! Jika kamu benar-benar ingin menyelamatkan aku, kamu harus lebih serius. Cepat ganti senjata yang bagus dan beli lebih banyak peluru, baru kamu bisa punya kesempatan menang! Jangan khawatir, tidak peduli berapa banyak uang yang kamu habiskan, aku akan menggantinya!” Darian Wu memberi jaminan!

“Tidak perlu ganti senjata, senapan mini lebih enak dipakai! Kemampuan menembakku sangat bagus, punya seratus peluru pasti bisa menembak target seratus kali! Aku jamin aku bakal menang! Ingat, begitu permainan dimulai, kamu harus banyak-banyak lari. Perhatikan selalu pistol bibi gemuk dan berusahalah menghindari pelurunya. Kita harus mendapatkan banyak uang darinya. Dia membeli sepuluh ribu butir peluru, kita harus membuat semuanya tertembak sia-sia! Lalu kita akan kaya! “

Sekalinya membahas uang, wajah wanita itu gembira sampai kemerahan. Matanya juga bersinar keemasan!

“Aku sudah dalam kondisi begini, kamu masih berpikir untuk menghasilkan uang? Aku beritahu kamu, kalau malam ini kamu gagal menyelamatkanku dan membuatku kehilangan keperjakaan pada seorang bibi, aku tidak akan mau berhubungan lagi denganmu untuk selamanya!”

Sejak jadi semakin dekat dengan Coco Lin, Darian Wu menemukan fakta bahwa hidupnya semakin lama semakin menyedihkan. Ia selalu dijebak oleh wanita itu. Dia sudah berulang kali “menjual”-nya buat dapat uang, tetapi ia dengan bodohnya malah masih bantu dia hitung uang!

Darian Wu terkadang curiga. Apakah otaknya tidak cukup digunakan, jadi ia selalu masuk dalam jebakannya?

Nyatanya bukanlah dirinya tidak pintar, melainkan ia tidak punya hati yang antisipatif pada wanita yang satu ini. Alhasil, ia bisa masuk jebakan dengan mudah!

“Kakak Ipar, jangan takut. Ada aku di sini, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu!”

Wanita itu menunjukkan kepalan tangan. Tanpa menunggu respon kakak iparnya, ia berbalik badan dan kembali ke tempat menembak!

Jadilah, Coco Lin berpartisipasi tanpa mengganti senjata atau membeli lebih banyak peluru! Melihat tingkahnya yang meremehkan dan tidak bertanggung jawab ini, amarah Darian Wu menggebu-gebu!

Begitu pembawa acara menekan tombol, permainan resmi dimulai.

Lampu panggung menyala terang. Berbeda dengan Coco Lin, enam kontestan lain sudah berada dalam posisi kuda-kuda dan mengangkat senjata penuh peluru.

Coco Lin sendiri sedang meniup permen karet. Senjatanya masih tergantung di bahu, sementara pelurunya belum dimasukkan ke senjata. Wanita itu kelihatan sangat santai!

Darian Wu merasa tidak berdaya dan tidak memendam terlalu banya harapan untuk adik iparnya. Hanya ia sendiri yang bisa menyelamatkan diri!

Peluru-peluru harus dihindari, jadi si pria tidak bisa berdiri diam. Kalau tidak, ia akan langsung seratus tembakan oleh seseorang dalam hitungan detik!

Meski tidak terlalu berharap pada Coco Lin, Darian Wu tetap ingin memperjuangkan secercah harapan yang terpendam. Ia menantikan momen adik iparnya menciptakan keajaiban!

Setelah bel berbunyi, tembak-menembak dimulai. Suara tembakan terdengar seperti hujan!

Darian Wu sangat pandai. Begitu bel dibunyikan, pria itu langsung tengkurap di sangkar. Ini cara terbaik untuk menghindari ronde pertama tembak-tembakan.

Entah ada berapa peluru yang menghampirinya, yangf jelas semua tertahan di jeruji sangkar besi. Hanya dalam beberapa detik, setiap jeruji sudah penuh warna!

Meski peluru-peluru ini hanyalah peluru cat, tetapi di ujungnya mereka tetap memiliki karet kecil. Karet-karet ini sudah dilengkapi dengan sensor. Sekalinya mengenai tubuh manusia, peluru itu akan tercatat dalam sistem pemantauan!

Dengan cara ini, mengetahui seberapa banyak peluru yang sudah tertembak ke tubuh pria panggung sangatlah mudah. Apalagi, tiap-tiap peluru punya kode berbeda. Siapa yang berhasil menembakkan seratus peluru duluan akan diketahui secara akurat!

Darian Wu berguling-guling di bagian bawah kandang dan lolos dari tiga putaran tembakan. Tubuhnya secara mengejutkan belum tertembak satu peluru pun. Ini sesuatu yang layak digembirakan!

“Ah…... aku ingin menembakmu sampai mati!”

Tiga putaran tembakan gagal total, bibi gemuk marah. Tanpa rasa kasihan, ia menggunakan kekuatan penuhnya. Tiga lubang peluru pun menembakkan peluru secara bersamaan!

Peluru ditembakkan ke Darian Wu seperti jaring. Meski reaksi berguling-gulingnya cukup cepat, karena jaring peluru terlalu padat, ia akhirnya kena tembakan. Bibi gemuk berhasil menembakkan dua peluru ke lehernya Pria itu merasakan sensasi panas. Gila, sakit sedikit sih!

Untunglah penembak yang harus dilawan Darian Wu hanya berjumlah tujuh. Jika jumlahnya sampai belasan seperti pria panggung sebelumnya, sekujur tubuhnya pasti sudah penuh warna!

Selain Coco Lin, enam kontestan lainnya sudah berusaha menembak mati-matian. Lima menit berlalu, empat kontestan yang tidak punya banyak peluru sudah menghabiskan stok pelurunya! Sadar diri tengah menghadapi bibi gemuk yang kaya-raya, mereka dengan bijak memilih untuk menyerah dan tidak beli amunisi lagi!

Kini yang tersisa hanya bibi berwajah kuning dan bibi gemuk……

Hanya perlu melawan dua orang, Darian Wu merasa jauh lebih rileks. Tetapi, berhubung jaring peluru terlalu padat, tubuhnya tetap jadi berwarna-warni. Ia setidaknya sudah kena lima puluh tembakan!

Kekuatan fisik pria itu mulai melemah, Coco Lin masih belum bergerak. Ah, setelah dirinya tidak kuat lari-lari lagi, ia pasti akan dengan mudah ditembak seratus kali oleh bibi gemuk!

Beruntung, seperti bisa mendengar keluhan hati Darian Wu, si adik ipar bersiap bergerak!

Menaruh senjata ke depan dada, mengisi senjata dengan peluru, dan mempersiapkan kuda-kuda membidik. Dalam hitungan detik, Coco Lin melakukan semua ini dengan halus dan keren. Ia sungguh mirip penembak jitu yang percaya diri semua pelurunya akan kena sasaran!

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu