Get Back To You - Bab 294 Menjadi Ibu Yang Baik

Sebelum pergi, Maverick Sheng tak lupa untuk menenangkan Valentine Shu dulu.

Ia tak benar-benar memahami isi hati wanita, tapi ia tahu beberapa hal. Tak peduli sekuat apapun seorang wanita, ia pasti akan berpikiran aneh-aneh di saat seperti ini.

Apalagi tadi ia berkata seperti itu, Maverick Sheng yakin tak mungkin Valentine Shu sama sekali tak berpikiran aneh-aneh.

“Baik, pergilah, aku akan menemani Robin mengerjakan PR,” kata Valentine Shu.

Sebenarnya jika Valentine Shu bersikap seperti Olivia Shu, sering kali marah dan mengambek padanya, Maverick Sheng akan merasa lebih tenang, bukannya ia suka dimarahi, tapi...

Sebaliknya!

Jika ia sering cemburu, ia akan tampak pemarah dan tak bisa toleran pada orang lain, tapi jika ia tidak cemburu, tampaknya seperti ia tak mencintainya...

Maka sebelum pergi, di hadapan Tuan Besar, Nyonya Besar, dan Robin, Maverick Sheng menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Melihat sosoknya dari belakang saat ia berjalan pergi, sebenarnya Valentine Shu merasa agak kecewa.

Jika Christina Xiao dengan marah pergi meninggalkan restoran, ia akan merasa lebih lega.

Valentine Shu malah merasa lebih berbahaya jika Christina Xiao bersikap sesabar ini...

Ia memang sangat pandai...

Dan ini bukan hal yang baik.

Maverick Sheng, bisakah kau menahan godaan ini?

“Mommy...” Robin yang berada dalam pelukannya mendongak dan berkata, seolah ia bisa membaca pikiran Valentine Shu, “Seorang pria yang tak tahan pada godaan bukanlah seorang pria yang baik. Jika Daddy tak bisa menahan diri, Mommy berusaha mengekangnya pun takkan ada gunanya. Dengarkan aku, gunakanlah beberapa trik saat diperlukan, aku akan membantumu! Tapi saat ini, sebaiknya tak perlu melakukan apapun. Daddy pasti mengetahui arah jalan pulang, jika ia tak tahu, aku akan memandunya!”

Kata Robin sambil tersenyum, tampak sangat menggemaskan dan membuat orang merasa tenang.

Dalam hati Valentine Shu berpikir, ada apa dengannya, sampai-sampai seorang anak kecil harus menghiburnya.

Robin sangat memahami kejadian di sekitarnya, Valentine Shu juga baru mengetahuinya akhir-akhir ini.

Dan pemahaman Robin ini berbeda dengan pemahaman Ruby. Dengan getir Valentine Shu menyadari, bahwa dibandingkan Robin... Ruby sangatlah... bodoh.

Tapi bagaimanapun juga, ia takkan mencampakkan Ruby, sebenarnya ia merasa ini bukan masalah, meskipun bodoh... ia tetap sangat menggemaskan, dan keberadaan Ruby di sisinya membuatnya sangat gembira.

Meskipun sekarang tak ada Ruby lagi, tapi Robin selalu berada di sisinya, membuatnya merasa jauh lebih tenang.

“Baiklah, anak kecil tak perlu terlalu memikirkan hal ini, ini adalah urusan orang dewasa, kau cukup menjadi anak yang patuh,” Valentine Shu tersenyum dan mengelus wajah Robin.

Robin berkata, “Mommy, aku sejak dulu terus mengamati, dan aku merasa Daddy sangat tak berguna, tidakkah lebih baik Mommy mencampakkannya?”

“Baiklah, baiklah...” kata Valentine Shu berusaha menyenangkannya.

Ia tak menganggap serius perkataannya.

“Apakah guru memberimu PR? Mau tidak Mommy temani mengerjakan PR? Masih beberapa saat lagi baru Daddy akan kembali,” ini adalah pertama kalinya Valentine Shu menemani Robin mengerjakan PR.

“Ah, PR? Ada...”

“Kalau begitu...”

Sebelum Valentine Shu selesai berbicara, Robin berkata dengan penuh penyesalan, “Aku telah selesai mengerjakannya sejak tadi...”

“Ah...” Valentine Shu tampak agak terkejut, “Siapa yang mengajarimu?”

“Tak ada, aku menyelesaikannya sendiri! Aku adalah anak ber-IQ tinggi, jika aku tak bisa mengerjakan PR mudah ini, aku pasti akan ditertawakan. Aku adalah murid terpintar di TK ku!”

“Ah...” Valentine Shu serasa ingin menangis, “Benarkah...”

Apakah ia sudah tak berguna lagi sebagai Mommy?

Ia teringat saat Ruby masih TK kecil, hampir tak pernah ada PR, biasanya hari Jumat baru diberi sedikit PR, dan ia selalu menemaninya mengerjakannya, mengajari dan menjelaskan padanya dengan sabar.

Tiba-tiba kini, Robin tak butuh diajari olehnya...

Oh, bagaimana ini, aku merasa agak kecewa...

“Apakah Robin selalu mengerjakan PR sendiri?” entah apakah Valentine Shu menanyakan pertanyaan ini pada Robin atau pada Tuan Besar dan Nyonya Besar.

“Apakah anak TK sudah diberi PR?” kedua orang tua itu merasa heran dan bertanya balik.

Jelas sekali, bahkan jika Robin benar-benar mendapat PR, ia tak pernah dibimbing oleh Tuan Besar dan Nyonya Besar.

Dan Maverick Sheng juga sangat sibuk, semakin tidak mungkin lagi jika ia yang mengajarinya.

Maka, Valentine Shu yang ingin menunjukkan bahwa ia adalah ibu yang baik, telah gagal...

“Uh...” menyadari bahwa Valentine Shu merasa kecewa, Robin mengangkat tangannya dan berkata, “Kalau begitu bagaimana jika aku hapus lagi semua jawabannya lalu Mommy ajari aku untuk mengerjakannya? Tenanglah, Mommy akan kembali merasa percaya diri, aku akan menjawab aku tidak tahu untuk setiap soal.”

Valentine Shu tersenyum pahit, “Tidak, tidak perlu...”

Ia harus segera beradaptasi pada kehidupan dan lingkungan barunya.

Robin bukanlah Ruby, maka gaya parentingnya juga harus diubah...

“Ayo Mommy, masuk ke kamarku!” Robin menyeret Valentine Shu pergi, “Dah, Kakek, Nenek!”

“Pergilah, pergilah.”

Melihat sosok mereka berdua beranjak pergi, Tuan Besar dan Nyonya Besar menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

“Akhirnya Robin memiliki Mommy, ia memanggilnya Mommy dengan sangat akrab, siapa yang akan menyangka ini adalah hari pertama mereka saling mengenal?”

“Robin ini pasti akan memiliki masa depan yang cerah, kita harus mendidiknya baik-baik...” gumam Tuan Besar, pikirannya melayang memikirkan hal lain.

Inilah kelemahannya, setiap kali melihat bibit unggul, ia selalu merasa sayang jika tidak mendidiknya baik-baik...

Mendengarnya, Nyonya Besar merasa jengkel, “Jangan memukuli cucuku!”

.............

Kamar Robin.

Ini adalah pertama kalinya Valentine Shu memasuki kamar Robin.

Yang mengejutkannya, isinya tak seperti yang dibayangkannya.

Ia mengira kamarnya pasti akan penuh mainan, Transformers dan sebagainya...

Tak disangka kamar Robin sangat rapi dan bersih, dan di lantainya sama sekali tak ada mainan yang berserakan.

“Ini kamarmu? Tak ada mainan?”

“Ada, di gudang mainan. Setiap kakek dan nenek melihat mainan yang menarik, mereka selalu membelinya lalu meletakkannya di situ. Tapi aku tak tertarik memainkannya, semuanya mainan anak kecil, berikan saja...”

Ia hampir saja mengatakan, berikan saja semua mainan itu pada Ruby, tapi ia tak lanjut mengatakannya.

Ia pasti masih sedih jika teringat Ruby, Robin tak berani menyinggungnya.

“...” Valentine Shu tersipu, pengertian sekali anak ini?

Valentine Shu membuka-buka buku di rak bukunya, ada beberapa buku sejarah perang, beberapa buku pelajaran, dan buku-buku yang bahkan ia tak tahu ditulis dengan bahasa apa...

“Robin... kita tidak salah masuk kamar, kan? Ini rak bukumu?”

“Benar! Beberapa adalah buku milik kakek, setelah selesai membacanya kadang ia meletakkannya di rak bukuku, saat aku bosan aku akan membacanya.”

“... Kau mengerti?”

“Mengerti.”

“... Baiklah,” Valentine Shu membalik-balik beberapa halaman sambil berpikir, tidakkah ia membaca dongeng anak-anak? Ini sungguh tidak masuk akal.

Lalu Robin menariknya ke kasurnya dan berkata dengan riang, “Mommy, dongengi aku tentang Sejarah Tiga Kerajaan!”

Valentine Shu tak bisa berkata-kata...

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu