Lelaki Greget - Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
“Senjata rahasia apa?” mata Kak Zhang tampak mencari-cari ke sekeliling. Pandangan matanya terus menelusuri tidak lepas dari tubuh wanita itu. Sandi Qian cepat-cepat melambaikan tangannya dan berkata: “Amber, Parkit kemarilah dan temani Kak Zhang.”
Segera ada dua orang wanita cantik dengan tubuh semampai mendekat dan berdiri di sisi kanan dan kirinya. Kak Zhang tertawa terbahak-bahak dan mengulurkan lengannya untuk merangkul pinggang mereka lalu berkata: “Aku jadi merasa tidak enak. Coba kamu katakan sekali lagi, senjata rahasia apa?”
Sandi Qian langsung saja menceritakan kejadian barusan. Ekspresi wajah Kak Zhang berubah. Dia melihat ke arah Vivi Su dan berkata: “Dia?”
Melihat Vivi Su lumayan cantik, raut wajahnya langsung dipenuhi senyuman. Lalu dia menghampirinya dan duduk di sebelahnya sambil berkata: “Hai, Cantik. Coba kamu tunjukkan pada kakak senjata rahasia apa yang kamu miliki. Tidak mau kamu perlihatkan juga tidak apa-apa. Ayo temani aku minum beberapa gelas. Kita berteman dulu.”
Vivi Su sudah pernah menyaksikan kehebatan Erik Luo dan Dragon Tu. Dengan kedua ahli itu berada di sisinya, sifat jelek sombong dan pemarahnya pun tidak dia tutup-tutupi lagi: “Kamu kira kamu siapa? Memangnya kamu layak minum-minum dengan aku? Operasi plastik saja dulu! Perbaiki dulu bentuk wajahmu baru boleh bicara denganku. Tampangmu sangat menjijikkan, membuatku mau muntah saja.”
Wajah penuh senyuman Kak Zhang seketika itu juga berubah menjadi keunguan. Dengan suara seram berkata: “Wanita jalang. Kelihatannya kamu juga pernah berlatih seni bela diri. Apa kamu tahu lebih baik mengganggu serigala di padang rumput daripada membuat Anton Zhang marah!”
Sandi Qian memperingatkan: “Anton Zhang, Kak Zhang, adalah seorang ahli bela diri. Namanya dapat didengar di mana-mana. Aku sarankan sebaiknya kamu hati-hati berbicara. Beri ruang yang cukup untuk dirimu sendiri agar kamu bisa selamat.”
“Oh…” Vivi Su menjawab tanpa ekspresi: “Anton Zhang, ya. Belum pernah dengar, tuh. Orang seperti kamu bahkan tidak bisa disamakan dengan anjing, masa mau dibandingkan dengan serigala?”
“Kamu ini mau cari mati!” Anton Zhang menggebrak meja dan melompat berdiri. Meja kayu padat yang baru saja digebraknya pecah menjadi empat-lima bagian. Orang-orang di sekitarnya tampak kaget: “Apakah telapak tangan orang ini terbuat dari besi? Meja itu terbuat dari kayu padat, bahkan dengan kapak saja sulit untuk dibelah!”
"Sepertinya wanita cantik dari bagian barat ini menabrak sandungan keras. Meskipun dia memiliki senjata rahasia, belum tentu dapat mengalahkannya.”
“Tentu saja. Tuan Muda Qian mempunyai latar belakang seperti apa. Yang memiliki koneksi dengannya pasti juga orang-orang yang luar biasa. Tiga pengemis ini membawa senjata rahasia seperti anak-anak kecil yang mengangkut segentong uang. Tidak mungkin tidak direbut orang.”
Vivi Su juga ikut berdiri. Dia ingin menghajarnya, tetapi Erik Luo menariknya hingga terduduk kembali dan berkata: “Kamu bukan tandingannya.”
“Takut?” Sandi Qian terkekeh dan berkata: “Kalau kamu takut, cepat serahkan benda itu padaku. Kalau kalian bisa menyenangkan hati Kak Zhang, segala sesuatunya mudah untuk dibicarakan. Kalau tidak kalian tidak bisa terhindarkan dari tulang patah dan otot robek. Sampai saat itu mungkin kalian akan menyembah-nyembah untuk mohon ampun.”
Anton Zhang terkikik dan berkata: “Dik, ide untuk menunduk dan mohon ampun ini bagus juga. Baiklah, kita putuskan begitu saja. Kalian bertiga. Berlututlah dan tundukkanlah kepala kalian beberapa kali. Aku tidak akan melukai tubuh kalian. Tidak… tidak… Kalian, dua pria, berlututlah. Wanita cantik satu ini ikut saja denganku ke dalam kamar untuk membincangkan arti kehidupan.”
Orang yang waras pasti tahu apa maksudnya membicarakan arti kehidupan yang dia maksudkan. Sandi Qian dalam hatinya juga merasa sedikit tidak enak, tetapi bagaimana mungkin dia berani menantang Anton Zhang. Sesuka apapun dirinya terhadap wanita itu, dia harus rela memotong perasaannya itu sampai di sini. Dia memaksakan senyuman dan berkata: “Aku akan minta orang untuk naik dan menyiapkan kamar.”
Anton Zhang melirik ke arahnya sekali lewat dan mengangguk puas. Lalu ekspresinya berubah sambil melihat ke arah Erik Luo dan Dragon Tu, lalu berkata: “Karena kalian masih tidak tahu diri juga, biarkan Tuan Zhang turun tangan sendiri untuk menghabisi kalian!” sambil mengulurkan tangan untuk menangkap Erik Luo. Erik Luo mengambil sebutir kacang tanah dan menyentilkannya ke tengah-tengah perut Anton Zhang.
Anton Zhang merengut dan menyemburkan darah dari mulutnya. Dengan panik berkata: “Kamu… kamu merusak tenaga kungfu-ku!”
“Tampar dia!” Erik Luo malas melihatnya, sambil makan kacang pelan-pelan.
Vivi Su dengan cepat maju menghampirinya. Dengan sebelah tangannya yang menggunakan pelindung pergelangan tangan itu, dia menamparnya keras-keras.
Bagian bawah perut Anton Zhang terluka, seluruh tenaga kungfu-nya hancur. Bahkan kekuatannya sekarang tidak sebanding dengan orang biasa. Terkena tamparan keras itu, wajahnya langsung membengkak besar. Dia terus-terusan memuntahkan darah dari mulutnya.
Vivi Su belum pernah merasakan lengannya memiliki tenaga sebesar itu. Dia meneruskan menamparnya beberapa kali lagi sambil memakinya: “Bukankah kamu ingin membicarakan tentang arti kehidupan? Bicaralah!”
Tidak tahu ada berapa gigi Anton Zhang yang rontok terkena tamparannya. Pipinya juga bengkak besar sekali. Mana mungkin dia bisa bicara.
Vivi Su melihatnya makin lama makin kesal saja. Tangannya tidak berhenti menamparnya hingga belasan kali. Di mana-mana ada cipratan darahnya. Akhirnya Anton Su merasa takut. Dengan bergumam dia berkata: “Jangan pukul lagi. Kumohon padamu, jangan pukul lagi!”
Vivi Su mengangkat kaki, dan menginjaknya. Dia mendengus; “Aku paling benci dengan mahluk kasar dengan pikiran kotor dan nafsu besar seperti kalian ini. Terlahir jelek memang bukan salah kalian. Tapi sudah jelek, suka melecehkan orang lagi. Itu tidak benar. Pulang dan belajarlah lagi Kitab Kebajikan selama beberapa tahun. Apakah kamu mendengarnya?”
“Aku dengar. Aku dengar!” Anton Zhang berjanji dengan suara gemetaran,
“Siapa yang berani mengganggu orangnya Keluarga Mo?” Tiba-tiba ada sekelbat cahaya keperakan melesat dari arah luar. Sebilah pisau terbang melesat ke arah Vivi Su. Vivi Su bahkan belum sempat bereaksi. Pisau terbang itu akan segera menancap pada tubuhnya. Dengan perlahan Erik Luo mengambil sebutir kacang tanah dan menyentilkannya. Terdengar bunyi berdenting, kemudian pisau terbang itu terpental dari jalurnya. Butiran kacang tanah itu baik-baik saja, tetapi pisau terbang itu malah terhantam bengkok.
Tetapi tidak ada yang melihat kejadian ini. Seluruh mata orang-orang tersebut terpaku ke arah pintu masuk. Dari sana masuklah orang muda dengan tatapan cerah bercahaya. Begitu dia memasuki pintu, dia menatap lurus ke arah Erik Luo. Dengan tersenyum berkata: “Kamu juga biasa menggunakan pisau terbang? Kamu berani-beraninya menggunakan pisau terbang di hadapan Keluarga Mo. Seperti mengajari orang tua makan dadih saja.”
Dragon Tu melirik ke arahnya sesaat. Kalau Erik Luo menggunakan pisau terbang saja dia katakan mengajari orang tua makan dadih, di dunia ini siapa lagi yang layak untuk menggunakannya?
“Apa yang sedang terjadi?” Akhirnya orang muda itu melihat Anton Zhang. Anton Zhang memandang Erik Luo sambil gemetaran, dia ketakutan sampai tidak bisa bersuara.
Orang muda itu mendengus: “Tenang saja. Bicaralah dengan leluasa. Kami dari Keluarga Mo bicara apa adanya. Karena kamu telah bekerja demi Keluarga Mo, maka kami pasti akan mengusahakan keadilan bagimu.”
Melihat Anton Zhang tidak bisa bicara, Sandi Qian menceritakan kembali seluruh kejadiannya dengan suara rendah. Tetapi dia memanipulasi isi perkaranya. Dia menutupi bahwa mereka menghina dan melecehkan mereka. Dia hanya berkata bahwa mereka ingin melihat senjata rahasia, tetapi ditolak kemudian dihajar.
Setelah selesai mendengar perkataanya, wajah orang muda itu dipenuhi amarah. Dia membelalak ke arah mereka bertiga dan berkata: “Kalian betul-betul mengira Keluarga Mo mudah dipermainkan?”
“Keluarga Mo mana? Kamu siapa?” Erik Luo masih saja mengunyah-ngunyah kacang di sana, seperti makan kuaci, tidak bisa berhenti.
“Keluarga Mo dari Kota Jinbei. Eugene Mo.” Orang muda itu mengangkat tangannya. Dagunya juga sedikit terangkat dan wajahnya dipenuhi pembawaan terhormat.
“Tidak pernah dengar.” Erik Luo menggeleng-gelengkan kepala dan berkata: “Bawahanmu yang tidak punya otak ini melecehkan temanku. Orang-orang yang ada di sini semua adalah saksinya. Jadi aku memberinya sedikit pelajaran. Kamu tidak keberatan kan?”
Eugene Mo berkata: “Kami Keluarga Mo tidak bisa dipermainkan oleh orang-orang sembarangan seperti kalian! Aku lihat kamu juga biasa menggunakan pisau terbang. Bagaimana kalau kita bertanding dengan menggunakan pisau terbang? Siapa kalah, dialah yang akan meminta maaf dan mengakui kesalahannya.”
“Kamu yakin kamu ingin bertanding menggunakan pisau terbang denganku?” Erik Luo menatapnya sambil agak menahan tawa.
Eugene Mo berkata dengan bangganya: “Jangan merasa kesenangnan terlalu awal. Keahlian menggunakan pisau terbang keluarga Mo adalah yang pertama di dunia. Belum pernah terkalahkan sebelumnya. Jangan anggap bahwa dengan bisa satu atau dua gaya kamu sudah tidak terkalahkan. Aku akan membuatmu menyaksikan apa teknik pisau terbang yang sebenarnya!”
Erik Luo tersenyum riang dan berkata: “Katakanlah. Kamu mau bertanding seperti apa?”
Novel Terkait
Lelaki Greget
Rudy GoldHarmless Lie
BaigeThe Sixth Sense
AlexanderThe Richest man
AfradenMy Goddes
Riski saputroLove Is A War Zone
Qing QingLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)