Lelaki Greget - Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
Beberapa bodyguard itu serentak maju, siap menangkap Bella Ye.
Satu kepalan tinju Wahyu Ye mendarat pada salah satu bodyguard itu. Dia berteriak: “Jangan coba-coba menyentuh anakku!”
Bagaimana pun juga dia dulu bekas tentara. Waktu dia muda juga tidak jarang berkelahi. Tangannya menyambar pecahan batu bata di tanah dan memukulkannya ke kepala bodyguard yang satunya lagi hingga kepalanya bocor.
Orang paruh baya bermata satu yang mengikuti Jason Ye dari belakang akhirnya mulai bergerak juga. Tiba-tiba dia muncul di belakang Wahyu Ye, mengangkat kedua kakinya dan menendangnya hingga dia berlutut di atas tanah. Para bodyguard di sekitarnya langsung maju dan menekan tubuh Wahyu Ye hingga dia tidak dapat bergerak.
Jason Ye melangkah dengan cepat menghampirinya. Lalu dia menginjak perut Wahyu Ye keras-keras, dengan kejam berkata: “Mahluk tua ini pandai juga berkelahi. Ayo, dicoba lagi?”
Wahyu Ye menggeram. Dia meringkuk kesakitan.
Jason Ye kembali mengangkat tangan dan menamparnya. Lalu dia mencengkram kepalanya dan berkata: “Aku beri tahu suatu hal. Kalau kamu meninggalkan Keluarga Ye, kamu bukan lagi siapa-siapa. Tinggallah baik-baik di Kota Hedong seperti seekor anjing. Jangan pernah berpikir untuk bangkit kembali. Karena kamu tidak memiliki kesempatan semacam itu. Seumur hidup kamu tidak akan bisa melampaui kami, Keluarga Ye. Kamu hanya bisa mengidam-idamkannya. Apakah kamu mengerti? Keluarga Ye, kok, dari Kota Hedong? Puih!” Dia melambai-lambaikan tangannya: “Pukul dia sampai setengah mati. Biar dia mengerti siapa jati dirinya yang sesungguhnya. Bawa kedua wanita ini ke atas mobil. Terserah mau kalian permainkan seperti apa!”
Pada bodyguard itu bersorak-sorai dan tertawa terkekeh-kekeh. Mereka menyeret Bella Ye dan Santi Tang ke arah mobil.
Bella Ye menjerit: “Kakak ipar!”
Jason Ye tertawa dan berkata: “Kamu memanggil Kakak ipar mu? Kamu panggil Kakek mu pun tidak ada gunanya!”
Siuunng!
Tiba-tiba ada suara berdesing tajam yang menyakitkan telinga datang dari kejauhan. Tangan bodyguard yang mencengkram Bella Ye mengendur. Lalu pergelangannya terlepas dari tangannya. Darah segar menyembur keluar. Bodyguard itu kaget, ngeri dan berteriak sambil memegangi lengannya: “Tanganku putus! Tanganku putus!”
Para bodyguard lain di sekitarnya cepat-cepat melepaskan tangan mereka lalu berbondong-bondong bersembunyi di tepian.
Erik Luo datang dari kejauhan. Pisau terbang yang berada di tangannya terlihat menari-nari di ujung jarinya, seolah-olah siap melesat kapan saja.
“Siapa kamu? Berani sekali kamu melukai bodyguard-ku!”
Jason Ye melihat Erik Luo, tetapi pandangannya lebih banyak mengarah pada Beti Ye yang berdiri di sebelahnya.
Erik Luo sekilas tampak mengangkat pisau terbang dan membidik ke arah kedua bodyguard yang sedang menahan Wahyu Ye di atas tanah. Kedua orang tersebut berteriak ketakutan, membalikkan badan dan langsung kabur begitu saja. Pelan-pelan Wahyu Ye bangkit berdiri dan mundur ke tepian. Dia tahu, apabila menantunya itu sudah datang, tidak ada lagi kepentingannya di sini.
“Barusan, tangan mana yang kamu gunakan untuk memukul Ayah mertuaku?” Erik Luo berada pada jarak sekitar 10 meter di hadapan Jason Ye dan memandangnya dengan tatapan yang dingin menusuk.
Jason Ye tertawa terbahak-bahak: “Apakah orang-orang ini idiot? Apakah kamu tahu siapakah aku? Apakah kamu tahu sehebat apa kedudukan Keluarga Ye di Kota Beijing?”
Erik Luo membalasnya: “Kalau kamu tidak mau memberitahuku, akan kucabut kedua tanganmu!”
Jason Ye dengan mengejek berkata: “Kamu kira kamu siapa? Ingin mencabut tanganku? Coba saja di kehidupan selanjutnya!”
Siuunngg!
Sekali lagi terdengar suara berdesing yang tajam. Sejerat cahaya keperakan di tengah gelapnya malam, tajam seperti cahaya laser yang menembus pergelangan tangan Jason Ye. Raut wajah orang separuh baya bermata satu itu pun langsung berubah. Belum juga dia sempat untuk bertindak. Pisau terbang itu sudah memutuskan sebelah tangan Jason Ye.
Melihat sebelah tangannya yang putus di atas tanah, wajah Jason Ye menjadi pucat. Setelah lewat beberapa saat dia baru merasakan kesakitan yang luar biasa. Dia memegangi lengannya dan berteriak histeris. Dengan menjerit: “Bunuh dia! Cepat bunuh dia!”
Orang separuh baya bermata satu itu tidak bergerak. Dia bertanya dengan suara dalam: “Siapa dirimu sebenarnya?”
Di dunia ini, Guru Besar Tingkat Surga yang terkenal, sangat sedikit. Dapat dihitung dengan jari. Pada dasarnya dia mengenal mereka semua. Sedangkan orang muda ini adalah seorang Guru Besar yang tingkatannya sudah mencapai puncak Tingkat Surga. Tetapi dia malah belum pernah melihatnya.
“Masih ada sebelah tangan lagi!” Erik Luo tidak menjawabnya. Lagi-lagi muncul sebilah pisau terbang di tangannya.
“Kalau bisa dimaafkan, maafkan saja dia. Memangnya kamu mau memulai peperangan dengan Keluarga Ye?” teriak si orang separuh baya bermata satu. Dia menghadang di depan tubuh Jason Ye. Meskipun tidak ada angin, pakaiannya tampak beterbangan di belakangnya. Tenaga Qi nya sudah terkumpul sampai puncak.
Siuuunngg!
Pisau terbang melintas di udara membentuk lintasan putih keperakan, langsung menuju depan dada orang separuh baya bermata satu. Dengan gesit dia mencoba menggerakkan kungfu untuk menangkisnya dengan kedua tangan di depan tubuhnya. Tetapi pisau terbang itu melesat dengan sangat cepat. Jleb. Pisau itu menembus kedua tangannya.
Untung pada saat yang tepat dia segera mengangkat kedua tangannya itu, sehingga arah pisau terbang bergeser, menembus pundaknya sebelum akhirnya tertancap pada kaca mobil yang berada di belakangnya.
Itu hanyalah sebilah pisau terbang biasa. Di tangan Erik Luo, benda itu bisa menghasilkan daya kekuatan yang lebih besar daripada peluru yang ditembakkan.
Wajah orang separuh baya bermata satu pucat pasi. Dia mundur dua langkah. Pundaknya sudah hancur lebur. Dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk menyerangnya.
Lebih-lebih lagi ekspresi wajah Jason Ye. Jauh lebih jelek lagi. Sambil mengeratkan gigi dia berkata: “Kamu akan menyesalinya. Kamu telah memutuskan tanganku. Orang-orang Keluarga Ye tidak akan melepaskanmu. Aku pastikan seluruh anggota keluargamu akan dihabisi!”
Sekali lagi muncul sebilah pisau terbang di tangan Erik Luo. Dia tersenyum dan berkata: “Aku akan membiarkanmu hidup. Pulanglah dan beritahu Keluarga Ye di Kota Beijing. Mulai hari ini hanya ada satu Keluarga Ye, yaitu Keluarga Ye dari Kota Hedong!”
“Keterlaluan….. Ah!” Jason Ye sekali lagi berteriak histeris. Tangannya sebelah lagi juga sudah dipenggal putus.
Orang separuh baya bermata satu itu tidak memedulikan luka di tubuhnya sendiri. Dia memunguti tangan-tangan yang putus itu dari atas tanah, kemudian berteriak: “Cepat bantu angkat Tuan Muda ke dalam mobil!”
Dengan panik, para bodyguard itu maju ke depan dan beraksi. Dengan serabutan mengangkat Jason Ye masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan tempat itu. Di sana hanya tersisa si wanita cantik dengan rambut berekor kuda yang ditinggal di tempatnya. Erik Luo baru sadar, ternyata dia adalah Ivy Ai. Dia menganggukkan kepala dan berkata: “Mau masuk dan makan bersama?”
Ivy Ai cepat-cepat menggelengkan kepala. Matanya merah. Dia berkata: “Aku ingin pulang. Terima kasih.” Sebelum dia pergi, dia melirik Beti Ye yang berada di sebelahnya sekali lewat, lalu cepat-cepat pergi.
Bella Ye bertanya dengan penasaran: “Kalian kenal? Mengapa dia berterimakasih padamu?”
Kata Erik Luo: “Sebagian besar karena keluarganya ingin mencari keuntungan dari Keluarga Ye, makanya dia diberikan kepada Jason Ye. Apabila hari ini bukan karenaku, dia pasti akan jadi bahan buli-bulian dan mainan Jason Ye. Maka dari itu dia bilang terima kasih.”
Bella Ye menghela napas panjang dan berkata: “Untung sekali Ayahku bukan orang seperti itu.”
Wahyu Ye mendengus: “Kalau kamu tidak menurut juga, lihat saja nanti aku akan menikahkanmu dengan siapa.”
“Aku penurut, kok! Ayah. Tadi Ayah dipukuli, apakah Ayah baik-baik saja? Perlukah kita periksa di rumah sakit?” Tiba-tiba Bella Ye berubah menjadi anak baik-baik. Dia merangkul lengan Wahyu Ye dan menanyakan keadaannya dengan penuh perhatian.
Wahyu Ye mengibaskan tangannya dan berkata: “Ayahmu kulitnya kasar dan dagingnya tebal. Tidak masalah. Ayo kita masuk untuk makan.”
Mereka sekeluarga memasuki pintu ruang makan. Beti Ye menggandeng lengan Erik Luo. Dia membalikkan kepala dan melihat bayangan Ivy Ai yang pelan-pelan menghilang, kemudian berbisik: “Sepertinya gadis kecil itu menyukaimu.”
“Jangan bicara sembarangan!” kata Erik Luo sambil meremas-remas pinggangnya yang lansing.
“Sungguh. Perasaanku tidak akan salah…”
Beberapa orang itu masuk ke dalam sebuah ruang privat. Bos rumah makan itu turun tangan untuk melayani mereka dan mengatur orang-orang untuk mendatangkan makanan.
Bella Ye masih penasaran dan berkata: “Ayah, Ibu. Apa sebenarnya hubungan kita dengan Keluarga Ye di Kota Beijing?”
Wahyu Ye dan Santi Tang terdiam. Setelah lewat beberapa saat, Wahyu Ye berkata: “Erik kali ini sangat berjasa. Sepertinya sudah saatnya kami memberitahu kalian. Sebenarnya nama asliku adalah William Ye. Kakek dan Nenek kalian adalah anggota dari Keluarga Ye di Kota Beijing. Karena kemampuanku melebihi banyak orang, secara umum aku dipilih menjadi Kepala Keluarga Ye. Di seluruh negeri ini, aku termasuk tokoh yang sangat dihormati. Lalu aku pergi menjadi tentara. Tidak tahunya begitu aku kembali, segala sesuatunya telah berubah. Kakek dan Nenek kalian dimasukkan ke dalam penjara karena tuduhan korupsi. Kemudian mereka meninggal karena sakit di dalam penjara. Mereka menjadi pencemar nama baik dan penghinaan bagi Keluarga Ye. Setelah itu, aku pun diusir keluar dari rumah tu. Akhirnya aku datang ke sini dan mulai berbisnis.”
Beti Ye melihat bahwa ekspresi ayahnya tidak tenang. Dia sadar bahwa hal ini tidak sesederhana itu.
Wahyu Ye meneguk 3 gelas arak. Lalu menghantamkan gelas itu ke atas meja dengan keras. Dia menggertakkan giginya sambil berkata: “Sesudah itu aku baru menemukan bahwa semua ini adalah plot tersembunyi yang dilakukan oleh Kepala Keluarga Ye yang sekarang sedang menjabat, Philip Ye. Demi merebut kekuasaan untuk mengendalikan Keluarga Ye, dia bahkan tega menjebloskan paman dan bibi kandungnya sendiri ke penjara. Dia juga membiarkan orang meracuni mereka, membuat mereka seolah meninggal karena sakit!”
Novel Terkait
After The End
Selena BeeAkibat Pernikahan Dini
CintiaMr Huo’s Sweetpie
EllyaGet Back To You
LexyPredestined
CarlyHanya Kamu Hidupku
RenataLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)