Lelaki Greget - Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
Mendengar nama Aditya Yang, semua wanita muda segera bergegas ke pintu, beberapa wanita berteriak: “Dewaku, akhirnya melihatnya lagi!”
“Ya, dia tinggi, tampan dan berbakat, kalau saja aku bisa menikah dengannya!”
“Jangan bermimpi, yang disukai pria itu adalah Beti Ye! Lihat dirimu, bagaimana bisa pria ini mau bersamamu.”
Bahkan Beti Ye menantikannya, meskipun dia belum menghampirinya, tapi ekspresi harapan di matanya tidak berkurang.
Erik Luo menggelengkan kepalanya dan tersenyum, dia berjalan ke samping dan duduk untuk makan, dia sudah tidak terlalu memikirkan Beti Ye, kali ini tugasnya untuk melindunginya, jadi selama dia tidak kenapa-kenapa, Erik Luo tidak akan bergerak.
Saat sedang makan, tiba-tiba ada banyak orang duduk di kursi yang berlawanan.
Mendongak, dan melihat seorang wanita dengan gaun kuning cerah panjang, rambutnya diletakkan di belakang kepalanya, dia tampak bermartabat, mata dan alisnya sangat menawan, dia adalah seorang wanita cantik yang tidak kalah cantik dari Beti Ye.
Dia seolah-olah bagaikan berlian, kemanapun dia pergi, dia akan menjadi pusat perhatian, dia menatap Erik Luo dengan memegang segelas wine di tangannya.
“Halo, namaku Amanda Lu!”
Wanita itu mengulurkan tangannya, Erik Luo menggelengkan ujung jarinya dan bertanya dengan ragu: “Apakah kamu kenal aku?”
Amanda Lu berkata sambil tersenyum: “Sebelumnya tidak kenal, sekarang kita kenalan.”
“Oh!”
Erik Luo menanggapinya dan menudukkan kepalanya untuk melanjutkan makan, wanita ini memiliki aura yang kuat, tetapi Erik Luo selalu berfokus dengan apa yang dilakukannya, bahkan jika presiden negara besar duduk di sini, dia masih fokus dengan makannya.
Amanda Lu menjadi lebih tertarik, dia jarang melihat siapapun yang bisa begitu tenang saat bertemu dirinya, barusan, tentu saja, dia juga mendengar perkataan Erik Luo, tatapan matanya yang tidak peduli membuatnya merasa bahwa pria ini benar-benar ambisius atau benar-benar sakit mental.
Tidak jauh dari situ, suara kerumunan orang terdengar, Erik Luo melihat, dan melihat bahwa semua orang yang seorang pria muda dengan pakaian yang menarik yang dikelilingi orang berjalan kemari, dia tampan, semua pakaian yang digunakannya adalah pakaian merek kelas atas, hanya saja tidak ada ekspresi di sepasang matanya dan dia berjalan dengan susah payah, terlihat dia terlalu mengumbar penampilannya.
Beti Ye juga ikut saling berbisik dengan orang di sampingnya, mereka berdua tersenyum dari waktu ke waktu, seolah-olah mereka berbicara dengan sangat asyik.
“Ini suami Beti Ye.” Syifa Ding datang kemarin untuk memperkenalkannya terlebih dahulu dan berkata dengan senang hati: “Aditya Yang, barusan dia bilang dia bisa menghancurkanmu sampai mati dengan tangannya.”
Pria tampan itu tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Erik Luo dan berkata: “Halo, aku Aditya Yang, teman baik Beti Ye, senang bertemu denganmu.”
“Iya.” Erik Luo tidak mengangkat kepalanya, dan terus memotong steak, seolah-olah dia sedang bertemu dengan bawahannya.
Ekspresi Aditya Yang menjadi marah, ekspresinya sangat malu. Banyak wanita yang mengikutinya tidak senang, dan berteriak: “Mengapa pria ini begitu tidak sopan, dia sama sekali tidak tahu bagaimana membalas rasa hormat, dan tidak tahu bagaimana orang tuanya mengajarinya.”
“Jadi orang itu sopan sedikit, jika kamu tidak memiliki kemampuan, jangan memandang rendah orang seperti ini, apa yang bisa kamu capai dalam hidupmu?”
Darwin Zhang berkata sambil tersenyum: “Tuan Erik Luo masih harus belajar lebih banyak dari Aditya Yang, setelah belajar bagaimana bersikap sopan kepada orang, kamu akan sangat berguna ke depannya.”
Syifa Ding berkata: “Aditya Yang adalah orang yang berbakat, dari lahir dia sudah diajarkan bagaimana bersikap sopan kepada orang, dia seorang tentara apakah bisa mempelajarinya? Suamiku, kamu sebaiknya tidak mempermalukannya.”
Aditya Yang berkata sambil tersenyum: “Tidak perlu berkata seperti itu, semua orang memiliki kemampuannya masing-masing, aku percaya Beti Ye tidak akan mungkin salah lihat orang.”
Beti Ye tersenyum canggung, dia merasa sangat tidak puas dengan Erik Luo, dia tidak mengerti mengapa pria ini begitu sombong seperti ini.
Erik Luo akhirnya melanjutkan makan steak-nya, menarik serbetnya dan menyeka mulutnya, melihat Aditya Yang, dia berkata: “Kamu sebaiknya jangan terlalu mencari perhatian di depanku, di mataku, kamu bukan apa-apa!”
Beti Ye akhirnya kesal dan berteriak: “Erik Luo, apa maksudmu? Apakah kamu tidak suka melihat orang lain yang lebih baik darimu, kan? Jika kamu tidak suka, bandingkan kemampuanmu dengan Aditya Yang, untuk apa berpura-pura di sini?”
Aditya Yang segera menahannya dan berkata: “Beti Ye, jangan marah, Tuan Erik Luo mungkin sedang dalam suasana hati yang buruk, mari kita pergi ke sana dan biarkan dia tenang dulu, ayo jalan.”
Dia menarik Beti Ye dan berjalan ke sisi lain, orang lain menggelengkan kepala dan menghela napas: “Benar saja, dia hanya seorang tentara, mengenai sikapnya, dia benar-benar sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Aditya Yang.”
“Benar, jika aku bertemu orang seperti ini, aku tidak akan tahan, Aditya Yang sama sekali tidak marah, tidak heran kalau dia begitu disukai.”
Seolah tidak ada yang terjadi pada Erik Luo, dia menuangkan wine ke gelas dan memberi isyarat kepada Amanda Lu yang ada di seberangnya, Amanda Lu tersenyum dan mengangkat gelasnya dan meneguknya: “Mengapa kamu bersikap seperti itu kepada Aditya Yang? Apakah benar-benar ada rasa cemburu atau ada alasan lain?”
“Cemburu?” Erik Luo berkata dengan tersenyum: “Orang-orang seperti ini, sama sekali bukan apa-apa bagiku, sama sekali tidak ada rasa cemburu, hanya saja mereka berbicara terlalu berisik.”
Di sisi lain, Aditya Yang berbicara dengan percaya diri dan tenang, dan semua orang berfokus mendengarkannya, seolah-olah sudah melupakan Erik Luo.
Tepat saat itu pintu terbuka lagi, dan hawa dingin masuk ke dalam, seorang pria paruh baya masuk, diikuti oleh seorang pria muda, dan kemudian empat pengawal berbaju hitam, orang-orang ini memiliki tatapan mata yang sangar.
Pria paruh baya berbadan tinggi itu, wajahnya sangat menakutkan, seseorang berbisik: “Pria ini adalah Thomas Han, di sampingnya adalah adik iparnya, namanya Fendi Gao, walaupun dia berbadan kecil, tapi dia sangat kejam.”
Tiba-tiba seseorang di aula bertanya: “Siapa Thomas Han?” Nada suara itu tidak keras dan juga kecil, tetapi kebetulan didengar oleh semua orang, dan suasana di ruang makan segera hening.
Begitu kata itu dilontarkan, pria kecil yang bernama Fendi Gao ini tiba-tiba bergegas menghampiri orang itu dan meninjunya dengan keras, yang membuat mulut orang itu berdarah, dia dengan marah berkata: “Kamu seharusnya memanggilnya Tuan Thomas Han, cuihh!” Seteguk dahak meludahi wajah orang itu.
Pemuda itu jelas tidak tahu identitas Thomas Han dan berteriak: “Kalian berani memukulku, aku akan memanggil polisi!” Mengeluarkan ponsel untuk menelepon, keempat pengawal segera menekan pria muda itu, dan Fendi Gao mengeluarkan ikat pinggangnya dan berkata: “Aku menyuruhmu untuk memanggil polisi, hah!”
Dia mengayunkan lengannya dan memukul orang itu, dan seketika orang itu menjerit kesakitan, awalnya, pria itu masih bersuara, tetapi akhirnya, dia pingsan dan jatuh ke lantai.
Fendi Gao berhenti, menyeka darah yang terciprat di wajahnya dan menunjuk ke orang lain di aula: “Siapa lagi yang ingin memanggil polisi?”
Orang lain diam, melangkah mundur, mereka ketakutan bahkan untuk kentut saja tidak berani, apalagi mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi.
Dengan tatapan menakutkan, Thomas Han melihat ke sekeliling dan berjalan ke arah Beti Ye.
Beti Ye melangkah mundur dan meraih baju Aditya Yang.
“Keponakanku, sudah lama tidak bertemu.” Thomas Han menyeringai.
Wajah Beti Ye memucat dan berkata dengan tersenyum ketakutan: “Halo Paman Thomas Han, bagaimana kabarmu?”
“Aku baik-baik saja, aku sedang mencari anakku.” Thomas Han mengeluarkan foto hitam putih almarhaum Riski Han. Beti Ye gemetar dan berkata: “Aku... aku belum pernah melihatnya.”
“Tidak, kamu sudah pernah melihatnya, ikutlah denganku, Paman ingin membicarakan sesuatu denganmu.” Wajah Thomas Han tidak ada ekspresi, dan nadanya bicaranya sangat menakutkan.
Beti Ye mulai cemas, dia tahu bahwa jika dia keluar dari ruangan ini, dia akan kesakitan, tapi hanya ada Aditya Yang di sampingnya, dia segera meraih lengannya dan berkata dengan cemas: “Aku tidak mau pergi bersamanya.”
Aditya Yang yang penuh dengan keringat, segera berkata: “Tuan Thomas Han, mari kita bicarakan baik-baik, tolong kamu hargai aku...”
“Kamu mau dihargai!” Fendi Gao mengulurkan tangannya dan menamparnya, dia menjambak rambutnya dan menamparnya berkali-kali, sambil menampar, dia bertanya: “Memangnya siapa kamu? Ya? Kamu tidak bisa melihat siapa dirimu ini!”
“Maafkan aku!” Rambut Aditya Yang berantakan, wajahnya berlumuran darah, dan dia terus memohon belas kasihan, seorang pebisnis yang baru saja datang dan berbicara dengan tenang menjadi lebih sengsara daripada pengemis.
Fendi Gao menendang wajah Aditya Yang dengan keras dan memperingatkannya: “Aku akan memotong lidahmu jika kamu berani berbicara lagi! Sialan, kenapa seharian ini aku bertemu dengan orang bodoh seperti ini!”
Aditya Yang benar-benar takut bahwa pria itu akan memotong lidahnya, dia segera diam dan melangkah mundur.
Tatapan mata Fendi Gao yang menakutkan mengamati kerumunan dan berkata: “Lebih baik tutup mulut kalian, siapa yang berani macam-macam, jangan salahkan aku karena bersikap kasar, apakah kalian mendengarku?”
Selesai berbicara, dia berjalan menghampiri Beti Ye dan berkata sambil tersenyum: “Wanita cantik, ayo pergi, jangan takut, ayo kita keluar dan bersenang-senang, aduh, lihatlah aku.”
“Jangan sentuh aku!” Beti Ye menyingkirkan tangan Fendi Gao yang mengarah ke dadanya, dan wajahnya memucat.
Senyum Fendi Gao menghilang, melihat Beti Ye menyingkirkan tangannya, wajahnya menjadi malu: “Pelacur, kamu pikir dirimu siapa!”
Sebuah tangan tiba-tiba berada di samping Fendi Gao dan dengan kuat menggenggam pergelangan tangan Fendi Gao.
Novel Terkait
Behind The Lie
Fiona LeeThe Great Guy
Vivi HuangAfter The End
Selena BeeDark Love
Angel VeronicaUnlimited Love
Ester GohMy Greget Husband
Dio ZhengLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)