Lelaki Greget - Bab 89 Menuju Lop Nor

"Bibi ketiga, sini aku perkenalkan."

Eugene Mo berdiri di samping Erik Luo, dengan semangat berkata: "Tuan ini adalah seorang jagoan pisau terbang yang aku jumpai hari ini, lebih hebat dari aku, aku undang kemari khusus untuk mengajariku."

Nyonya ini memasang wajah datar, beberapa kali melihat ketiga orang dan berkata: "Kamu tahu identitas mereka? Tahu semua nama mereka?"

"Ini......Aku belum sempat menanyakannya......" Eugene Mo sedikit canggung, sepanjang perjalanan dia mendiskusikan masalah pisau terbang, belum sempat menanyakan nama Erik Luo dan yang lainnya.

Nyonya itu menyeringai: "Bahkan nama pun tidak tahu masih berani bawa kemari, kamu melakukan hal pakai otak tidak?"

"Bukan, Bibi ketiga, dia benar sangat hebat......" Eugene Mo masih menjelaskan, Bibi ketiga ini sudah pergi dengan marah, dia kelihatan canggung, berkata kepada Erik Luo: "Maaf, tidak tahu ada apa dengan Bibi ketiga ku hari ini, mungkin perasaan sedang buruk, dia biasanya tidak begini, silakan kalian ikuti aku."

Dia membawa mereka bertiga ke hotel, karena kamar sewaan sedikit, manager hotel hanya memberikan dua kamar, Erik Luo dan Dragon Tu sekamar, Vivi Su satu kamar.

Setelah membereskan tempat tinggal, Eugene Mo mengundang mereka bertiga minum teh di restoran teh lantai atas, meminta ajaran bagaimana Erik Luo melatih pisau terbang sampai begitu hebat.

Erik Luo melihat dia begitu tulus, langsung mewariskannya sedikit, seneguk teh dan berkata: "Pisau terbang butuh menggunakan tiga barang, kamu pikir-pikir tiga barang apa?"

Vivi Su penasaran dan bertanya: "Bukankah menggunakan tangan dan mata?"

Erik Luo menggeleng kepala berkata: "Pisau terbang yang dilempar menggunakan tangan dan mata adalah kaku, kamu harus menggunakan hati, pisau terbang baru akan bernyawa, pisau terbang bernyawa, akan lebih tepat." Pengalaman berharga ini diasah Erik Luo di medan perang, dulu sewaktu dia menjadi penembak akan menganggap seluruh peluru adalah barang bernyawa, berharap mereka sewaktu ditembakkan, bisa langsung menembak musuh, sehingga tidak peduli berapa jauh, peluru akan menuruti perintahnya, dengan jarah ribuan meter menembak mati musuh.

Eugene Mo dengan bingung menganggukkan kepala, mengeluarkan pisau terbangnya dan menatapnya.

Erik Luo berkata: "Kamu harus menganggap pisau terbangmu sebagai barang bernyawa, setiap hari makan dan tidur bersamanya, berimaginasi bahwa dia satu-satunya harapanmu, bisa berbicara dengannya, menemaninya bicara, sampai suatu hari kamu merasakan pisau terbang dengan kamu memiliki hubungan yang erat tak terpisahkan, maka kamu sudah berhasil."

"Ternyata begitu." Eugene Mo tiba-tiba menyadari, dengan pelan menyentuh pisau terbang yang ada di tangannya.

Di saat ini, tiba-tiba terdengar suara tertawa dari meja sebelah, ada seorang pemuda bermata kecil dan bermulut tajam berdiri dan berkata: "Aku kira di mana Eugene Mo mencari seorang jagoan kemari, ternyata hanyalah orang gila, masih makan dan tidur bersama pisau terbang, mengapa kamu tidak melahirkan anak dengan pisau terbang, sialan, haha, sangat lucu!"

Eugene Mo memukul meja dan berdiri, dengan marah: "Stephen Mo, jangan membuat malu di sini, dengan keterampilanmu yang rendah itu juga pantas berdebat ajaran dengan Tuan?”

"Aiya, Tuan, mungkin kepalamu disepak keledai! Pisau terbang kita keluarga Mo adalah nomor satu di dunia, seberapa hebat pun dia masih bisa sehebat kakek kita?" Semua orang di meja Stephen Mo tertawa, menggelengkan kepala dan melihat Eugene Mo.

"Kamu tidak meminta ajaran dengan kakek, malah meminta ajaran orang luar, apakah otakmu bermasalah?"

Orang di seberang semua tertawa, dengan wajah mengejek melihat ke arah Eugene Mo.

Eugene Mo marah dan wajahnya memerah, baru mau berdebat, melihat Erik Luo dengan tenang duduk di sana, tidak enak membalikkan keadaan, dengan marah duduk kembali.

Erik Luo tersenyum berkata: "Berlatih pisau terbang, teknik mengambil napas juga penting, sebelum pisau terbang dilempar, hati harus tenang, tidak senang juga tidak sedih, tidak peduli di luar terjadi apa, walau langit runtuh, juga harus menunggu sampai pisau terbang dilemparkan baru dibicarakan."

"Aku sudah mengerti!" Eugene Mo mengangguk kepala, mengingat kata-katanya di dalam hati, dan terus mengulangnya.

Tapi sekelompok orang Stephen Mo memprovokasi lagi: "Berdasarkan yang kamu bilang, sewaktu orang mengambil pisau menusukmu kamu juga membiarkannya?"

Erik Luo tidak menghiraukannya, Stephen Mo semakin menjadi, dengan meremehkan: "Tidak bicara lagi? Orang bodoh sepertimu juga pantas mengucapkan pisau terbang dua kata ini, pisau terbang keluarga Mo nomor satu di dunia, tidak membicarakan kakekku, bicarakan saja kakak sepupuku Jessica Mo, dia menggunakan sebatang tusuk gigi saja sudah bisa mengalahkanmu, masih dengan berlagak membicarakan pisau terbang kepada orang keluarga Mo, dasar tidak tahu mati......ah!"

Sewaktu bicara tiba-tiba menjerit kesakitan, tangannya sudah tertancap sebatang tusuk gigi, Erik Luo dengan santai mengambil gelas tehnya dan berkata: "Manusia tidak perlu berdebat dengan lalat, tapi terkadang jika terusik dan perlu dipukuli sampai mati."

Stephen Mo mencabut tusuk gigi tersebut, memegang tangannya dan melarikan diri, sebelum pergi berjerit: "Eugene Mo, beraninya kamu menyuruh orang luar menghadapi aku, tunggu saja, sekarang aku pergi panggil kak Jessica kemari."

Keempat orang menunggu sangat lama tapi tidak ada yang datang, kembal ke kamar masing-masing dan beristirahat.

Dragon Tu tidak menahan diri berkata: "Senjata kamu itu begitu saja berikan kepada orang? Sangat disayangkan, jika kamu berikan kepadaku, aku masih bisa melakukan sesuatu untukmu."

"Pelindung siku yang kamu maksud?" Erik Luo menatapnya, melemparkannya dua buah berkata: "Di tempatku bertumpuk seperti gunung, mau berapa ada berapa, sepertinya kamu akan bekerja sampai mati demi aku."

Dragon Tu mengambil pelindung siku dan memasang di tangannya, merasa sepasang tangannya penuh tenaga, dengan senang: "Kekuatan bertarungku naik melebihi dua kali lipat, sekarang aku tidak hanya cepat, juga bertenaga."

Erik Luo melemparkan sebuak kotak giok lagi dan berkata: "Oleskan di luka."

Dragon Tu membuka kotak giok, bau obat langsung menyelimuti seluruh ruangan, dia dengan kaget berkata: "Ini obat ajaib! Kamu benar-benar adalah praktisi spiritual!"

Mengoleskan obat ajaib ke lukanya, luka yang dalam dengan cepat sembuh, tidak sampai setengah menit sudah sembuh, setelah bekas luka hilang, kulit kilat seperti baru.

"Ini adalah obat ajaib!" Dragon Tu tidak merelakan kotak giok yang ada di tangannya, bergairah dan wajahnya memerah.

‘’Jika suka untuk kamu saja, aku beri kamu sepasang sepatu bot, biar kamu lari semakin cepat." Erik Luo melemparkannya lagi sepasang sepatu bot, Dragon Tu dengan tidak sabar memakainya, menghilang dalam sekejap. Tidak sampai dua menit muncul kembali, di tangannya memegang dua ekor ayam bakar, matanya basah dan berkata: "Aku ke jarak lima kilometer sana beli dua ekor ayam bakar pulang, sebelumnya aku tidak pernah merasakan dengan kecepatan seperti ini, aku seperti mau terbang, sangat menabjukkan!"

Dia memang selalu berwajah dingin, di saat ini kelihatan sangat hidup, terharu sampai ingin menangis.

Tidak berapa lama kemudian, Dragon Tu akhirnya tenang kembali, melihat ke arah Erik Luo berkata: "Bilang saja, kamu ingin apa, tidak ada barang yang tidak bisa kuambil di dunia ini."

Erik Luo berbaring di sofa, melipat kakinya: "Ambil apa? Barang yang kuberikan kamu main, tidak perlu bayar, jika ingin melakukan sesuatu, berikan aku segelas air."

Dragon Tu heran, dengan wajah bingung menuangkan segelas air, memberikannya ke Erik Luo dan berkata: "Kamu benar tidak ingin aku melakukan sesuatu untukmu?"

Erik Luo tertawa: "Muridku sangat banyak, semuanya berbakat, mereka akan melakukannya untukku." Dia bermaksud mewariskan teknik mengontrol arah angin yang dipelajari Riky Hai, tapi takut Dragon Tu tidak bermaksud baik, akhirnya tidak jadi mewariskan kepadanya.

Berselang beberapa hari seluruh keluarga Mo berangkat menuju Lop Nor, beberapa orang yang mencegat Erik Luo dari awal sudah tidak sabar, sekalian bersembunyi di tempat penyimpanan barang berharga, bahkan seekor lalat pun tidak bisa terbang masuk.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu