Lelaki Greget - Bab 36 Hadiah Sekadarnya
Erik Luo menoleh dan melihat seorang gadis asing. Setelah berpikir lama, dia tetap tidak dapat mengingat dimana dia pernah bertemu dengan gadis itu, tetapi samar-samar dia merasa kenal dengannya.
“Kamu masih dirawat di rumah sakit kami kemarin”, katanya dengan berkedip nakal.
Ternyata dia merupakan salah satu perawat di rumah sakit itu. Erik Luo tersenyum dan berkata, “Kebetulan sekali, kamu juga datang untuk merayakan pesta ulang tahun.”
“Iya, aku datang bersama dengan temanku. Namaku Ailin Wang, kamu pasti tidak tahu namaku, tapi aku tahu namamu Erik Luo”, katanya Ailin Wang.
Dia mengulurkan tangan putih kecilnya. Erik Luo menjabat tangannya, dan memiliki kesan yang baik tentang gadis kecil yang lembut ini.
“Ailin, siapa dia?” tanya seseorang.
Beberapa pria dan wanita berjalan mendekati mereka, dan pemimpinnya adalah seorang pria muda bermata besar. Dia melirik Erik Luo dengan was-was dan berkata, “Ayo, Ailin, Nona Lu akan keluar sebentar lagi, aku akan membawamu ke sana, mungkin saja nanti kita bisa berbicara dengannya.”
“Oh, kalian duluan saja, aku akan berbicara sebentar dengan temanku”, kata Ailin Wang. Dia ingin berbicara lebih lama lagi dengan Erik Luo, karena melihat Erik Luo cukup jantan, dia pun menjadi sangat penasaran padanya.
Tetapi pria muda bermata besar itu tampaknya sedikit tidak senang, “Ailin, bukankah kamu sendiri yang bilang ingin bertemu dengan Nona Lu sebelumnya, kakak besar kita sudah berusaha keras untuk membawamu masuk, karena itu, jangan melewatkan kesempatan ini”, katanya dengan tidak senang.
Ailin Wang pun terjerat dalam kebingungan, lalu Erik Luo berkata sambil tersenyum, “Tidak mudah untuk bertemu dengan Amanda Lu, ikut aku saja, aku akan membawamu menemuinya.”
Pria muda bermata besar itu tertawa dan mencibir, “Kamu pikir kamu siapa? Kamu pikir siapa saja bisa dengan gampangnya bertemu dengan Nona Lu? Lihat dirimu, datang ke perjamuan ini dengan penampilan seperti itu, kamu datang ke sini hanya untuk makan dan minum gratis saja, kan? Hahaha!”
Seorang gadis pendek di sebelahnya menutupi mulutnya dan tersenyum, “Lihat, di pinggangnya masih tergantung sebuah botol labu, kuno sekali! Bagaimana mungkin Nona Lu mengenal orang yang begitu kuno, masih berani membual dan menyombongkan diri di sini, benar-benar tidak malu!” katanya dengan sinis.
Pria muda bermata besar itu memeluk tangannya sendiri dan berkata, “Aku pikir sebaiknya kamu segera pergi dari sini, jika tidak aku akan memanggil satpam untuk mengeluarkanmu dari sini.”
Ailin Wang berwajah tidak senang dan berkata, “Apa yang kamu lakukan? Dia datang untuk mengikuti pesta perjamuan, memangnya kamu berhak mengusirnya? Jika kamu ingin mengusirnya, usir aku juga.”
Pria muda bermata besar itu mendengus dan menjadi lebih tidak senang lagi. Dia menarik pelayan yang ada di sebelahnya dan berkata, “Hei, di sini ada orang yang masuk untuk makan dan minum gratis, dia bahkan mengaku sebagai teman Nona Lu, cepat keluarkan dia.”
Pelayan itu melirik Erik Luo dan menjadi sedikit ragu-ragu, sepertinya dia juga setuju dengan kata-kata pria muda itu.
“Kami akan pergi!” kata Ailin Wang sambil menarik Erik Luo dan hendak pergi. Tiba-tiba, ada keributan di kerumunan yang tidak jauh dari sana, kemudian terdengar seseorang berteriak, “Nona Lu sudah turun!”
Semua orang menoleh dan melihat Amanda Lu berjalan perlahan menuruni tangga. Dia mengenakan gaun panjang merah tua dengan rambut terikat di belakang kepalanya. Dia tampak sangat bermatabat dan mempesona, matanya seperti mata phoenix elegan yang memandang ke semua orang, dan tatapannya seperti mengeluarkan aura menekan yang anggun.
“Nona Lu memang pantas menjadi salah satu kembang bunga di Kota Beijing kita. Dia cantik seperti dewi khayangan!” kata seseorang berbisik.
“Benar, nona keluarga Ye itu memang mempesona dan cantik, tetapi dia kalah elegan dari Nona Lu”, kata yang lainnya.
Ketika menuruni tangga, Amanda Lu dengan cepat melihat seluruh isi aula, dan akhirnya tersenyum dengan ringan setelah menemukan Erik Luo di sudut aula.
“Dia tersenyum padaku! Dia tersenyum padaku! Aku tahu dia pasti masih ingat padaku!” teriak pria muda bermata besar itu dengan wajah memerah karena kegembiraan.
Beberapa detik setelah Amanda Lu turun, seketika ada banyak orang yang langsung mengelilinginya. Dia menyapa mereka sambil berjalan menuju tempat Erik Luo berada.
Pria muda bermata besar itu terengah-engah karena kegembiraannya. Dia menarik napas dalam-dalam, merapikan penampilannya, dan berkata pada orang-orang di sekitarnya, “Perbaiki citra kalian, Nona Lu akan datang untuk berbicara denganku.”
Yang lain buru-buru merapikan pakaian mereka dan memperbaiki dandanan mereka di cermin kecil.
Tidak lama kemudian, Amanda Lu berjalan mendekati mereka. Pria muda bermata besar itu hendak maju untuk berbicara, tetapi Amanda Lu tidak melihatnya dan langsung berjalan ke depan Erik Luo sambil tersenyum, “Kenapa tidak memberitahuku dulu sebelumnya, jadi aku bisa mengirim seseorang untuk menjemputmu”, kata Amanda Lu.
Pria muda bermata besar itu benar-benar tercengang, dan butuh waktu yang lama untuknya kembali ke akal sehatnya. Rugi sekali dia bilang Nona Lu datang untuk berbicara dengannya sebelumnya, dia tidak menyangka ternyata Nona Lu datang mencari orang kuno ini.
Dia merasa tidak adil dan juga malu, wajahnya menjadi panas, dia mendorong temannya dan berjalan keluar sambil menundukkan kepalanya.
Amanda Lu melangkah maju dan meraih lengan Erik Luo, “Kamu tidak boleh pergi sebelum pesta perjamuannya selesai”, kata Amanda Lu.
“Baiklah!” jawab Erik Luo sambil melambaikan tangan ke Ailin Wang yang ada di sebelahnya, “Ini adalah teman baruku, Ailin Wang!”
Ailin Wang tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari Amanda Lu yang terkenal di kota Beijing itu akan berbicara padanya. Dia seketika panik dan wajahnya pun memerah, “Kakak…Amanda Lu…halo!” katanya tergagap.
Amanda Lu tersenyum sambil meraih tangannya dan berkata, “Halo, gadis cantik, ayo kita potong kue dan tiup lilin di sana.”
“Oh, oh!” jawab Ailin Wang sambil berjalan dengan pusing. Ini adalah pertama kalinya dia diperhatikan oleh begitu banyak orang dalam hidupnya, dan itu membuatnya merasa gugup dan sedikit bangga.
Di tengah aula terdapat kue besar bertingkat 10, karena tamu yang datang hari ini sangat banyak.
Ada seorang gadis yang sedang sibuk menancapkan lilin di depan kue. Dia menoleh, melihat Amanda Lu datang, dan juga melihat Erik Luo yang sedang digandeng olehnya, “Amanda, dia siapa?” kata gadis itu sambil mengernyit.
“Seorang teman baik yang aku kenal di Kota Hedong, namanya Erik Luo!” kata Amanda Lu, kemudian dia menunjuk gadis itu dan berkata, “Ini adalah sahabat baikku, Malvia Li.”
Malvia Li mengangguk sopan. Dia melirik botol labu yang ada di pinggang Erik Luo dan mengernyit lagi, kemudian dia kembali sibuk dengan menancapkan lilin sambil berkata, “Perjamuan sebentar lagi akan dimulai, tidak tahu kenapa tunanganmu itu masih belum datang juga.”
Dia seperti sengaja mengingatkan Erik Luo, dan tidak lupa menoleh untuk meliriknya sebentar.
Wajah Amanda Lu menegang, “Jangan menyebut orang yang menyebalkan seperti itu di hari yang baik ini”, kata Amanda Lu.
“Aku rasa Erwin Tang cukup bagus. Kamu harus mempertimbangkannya demi keluargamu, kedepannya kamu akan menjadi inti dari keluarga Lu-mu, karena itu kamu tidak boleh seenaknya saja”, kata Malvia Li mengajarinya dengan sungguh-sungguh, tetapi Amanda Lu tidak setuju dengannya dan mendesaknya, “Ayo cepat nyalakan lilin itu!”
Malvia Li pun menyalakan lilin. Ketika Amanda Lu bersiap-siap untuk berdoa, tiba-tiba ada seseorang yang masuk dari luar sambil tertawa dan berkata, “Amanda, aku terlambat datang karena ada urusan! Aku harap kamu tidak menyalahkanku!”
Para tamu hadirin menyingkir, dan seorang pria muda berjas biru berjalan mendatangi mereka. Dia cukup tampan, dan di belakangnya diikuti oleh pria jelek yang besar. Tubuhnya kekar dan berotot, dan dia terlihat hebat dalam seni bela diri.
Ada orang yang berbisik, “Dia adalah Erwin Tang, tunangan Amanda Lu! Dia juga merupakan bintang artis generasi muda di Kota Beijing kita!”
“Selamat ulang tahun, Amanda!” kata Erwin Tang.
Dia berjalan ke depan Amanda Lu, dan menyerahkan sebuah kotak kecil padanya.
Amanda Lu berwajah datar dan tidak bergerak sedikit pun. Malvia Li yang ada di sebelahnya mendesaknya dengan suara rendah, “Cepat ambil, jangan mempermalukannya di hadapan banyak orang yang melihat kalian.”
Amanda Lu tidak berdaya. Dia hanya bisa mengulurkan tangannya, menerima hadiahnya dan memasukkan ke dalam tas Malvia Li. Kemudian, dia tiba-tiba menatap Erik Luo dengan tatapan penuh dengan harapan.
Erik Luo tahu bahwa dia meminta hadiah pada dirinya. Saat ini, hadiah yang dia keluarkan pasti akan membuat Erwin Tang tidak senang, tetapi dia tidak peduli, dia bahkan tidak takut untuk menyinggungnya. Dia mengeluarkan kotak kecil dan tersenyum sambil berkata, “Selamat ulang tahun.”
“Terima kasih!” kata Amanda Lu.
Dia mengulurkan tangannya dan menerima hadiah itu tanpa bisa menyembunyikan senyuman ringan di wajahnya.
Erwin Tang jelas telah menangkap ekspresi ringan itu, dan senyuman di wajahnya perlahan-lahan berubah.
Malvia Li memutar bola matanya dan berkata, “Hadiah seperti ini benar-benar tidak menghormati orang lain, bisakah kamu menggunakan hatimu untuk memilih hadiah? Hadiah ini bahkan tidak bisa dibandingkan dengan hadiah yang diberikan oleh tunangan Amanda!”
Novel Terkait
Akibat Pernikahan Dini
CintiaVillain's Giving Up
Axe AshciellyUnperfect Wedding
Agnes YuBlooming at that time
White RoseThe Great Guy
Vivi HuangMy Lifetime
DevinaIstri Yang Sombong
JessicaUangku Ya Milikku
Raditya DikaLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)