Lelaki Greget - Bab 74 Menuntut Keadilan
Erik Luo berkata dengan wajah dinginnya: “Seharusnya kamu tahu, apa akibatnya jika mengusik keluargaku."
Jonathan Ye berkata: “Tuan besar orang yang sangat murah hati, mengingat William Ye adalah bagian dari keluarga Ye, jadi hanya mengurung mereka saja, tapi kamu berbeda, bagaimanapun kamu ini adalah orang luar, kamu terus-menerus menantang kekuasaan keluarga Ye, hari ini kamu harus mati!”
Mendengar keadaan Beti Ye baik-baik saja, Erik Luo sedikit lebih lega lalu berkata: “Aku ingin bertemu dengan mereka.”
“Ingin bertemu dengan mereka? Nanti saja setelah kamu berhasil lolos dariku!” Jonathan Ye lagi-lagi mengeluarkan sebuah kapak, kemudian berkata dengan dingin: “Tuan Besar bilang lukamu perlu waktu setidaknya setengah tahun untuk bisa pulih, kamu terlalu terburu-buru, hari ini aku akan menebas sepasang tanganmu, untuk membalaskan dendam putraku!”
Dia senantiasa masih mengingat dendam putranya yang tangannya ditebas, dia kemudian mengangkat kapaknya dan mengarahkannya ke arah Erik Luo.
“Gerakannya terlihat bagus tapi tidak berguna dalam pertarungan!”
Erik Luo kemudian mengeluarkan tendangannya, segera Jonathan Ye merasa seluruh tubuhnya seperti terkena aliran listrik, lalu memuntahkan darah dan mundur ke belakang, kapaknya juga terlepas dari genggaman, dia tergeletak lemas di atas lantai, lalu dia berteriak dengan marah: “Kamu......kamu melumpuhkan meridianku!”
Erik Luo perlahan berjalan maju ke depan dan berkata: “Hasil didikanmu pada putramu begitu tidak bagus, ini jelas membuktikan bahwa dirimu juga tidak ada apa-apanya. Mengingat statusmu yang merupakan mantan sepupu dari ayah mertuaku, aku akan mengampuni nyawamu dan membiarkanmu menginstropeksi diri.” Dia kemudian menendangnya ke samping, lalu berjalan masuk ke dalam ruang tengah villa.
Ruang tamu ini sangat luas, bisa menampung seratus orang lebih secara bersamaan, sementara sekarang ini di dalam ruangan juga memang sudah duduk seratus orang lebih, Maurice Ye duduk di kursi utama, dua sisinya disusun berdasarkan tingkatan senioritas dalam keluarga.
Wahyu Ye sekeluarga mereka berempat diborgol dan berdiri di bagian tengah ruangan, ekspresi orang-orang di sekitarnya terlihat berbeda-beda, ada yang terlihat meremehkan, ada yang terlihat puas, ada yang terlihat dingin, serta ada juga yang tampak menyayangkannya.
Melihat Erik Luo masuk ke dalam ruangan, ratusan pasang mata tertuju padanya, Jason Ye tertawa lepas dan berkata: “Benar apa yang dikatakan ayahku, seperti dugaan kamu memang datang untuk menyerahkan diri untuk mati!” Dia sudah kehilangan sepasang tangannya, sekarang tampak seperti orang yang tidak berguna, dia menatap Erik Luo dengan penuh rasa benci.
Erik Luo dengan santai mengeluarkan dan mengarahkan pisau terbangnya lalu berkata: “Ayah dan anak sama saja kelakuannya, kalian jadi makhluk tidak berguna saja!”
Jason Ye berteriak dengan histeris, seketika itu lengannya terpotong dan putus.
“Argghhh!”
Di dalam ruangan ada beberapa orang bukan merupakan seniman bela diri, mereka tidak pernah menyaksikan situasi penuh darah seperti ini, mereka merasa ketakutan dan berteriak keras.
Maurice Ye memukul meja dan berdiri, lalu berseru: “Keterlaluan, kamu datang untuk memohon ampunan dan mengakui kesalahan, sudah seharusnya kamu menunjukkan sikap mengakui kesalahanmu! Berani sekali kamu main tangan di hadapanku seorang Maurice Ye?”
“Mengakui kesalahan?” Erik Luo terkejut lalu tertawa dan berkata: “Siapa bilang kedatanganku adalah untuk mengakui kesalahan? Kedatanganku hari ini, adalah bertujuan untuk melakukan perhitungan, bajingan tua, kamu dan orang bodoh itu hampir membunuhku waktu itu, hari ini mari kita buat perhitungan dengan baik.”
Seorang paruh baya yang duduk di samping Maurice Ye berkata: “Tuan besar, kurasa tidak perlu basa-basi dengannya lagi, orang seperti ini sama sekali tidak tahu diuntung, sekarang dia malah ingin melawan keluarga kita, anda langsung saja menyerangnya.”
Orang yang lainnya juga ikut berkata: “Tuan besar serang saja dia, buat si bodoh yang tidak tahu diri ini menjadi berkeping-keping.”
Orang di sisi lain sebaliknya berkata: “Anak muda memiliki emosi yang tinggi itu wajar, kurasa kita perlu memperjelas masalah William terlebih dahulu.”
Maurice Ye menahan amarahnya dan berkata: “Anak muda, jika kamu meminta maaf dengan baik, aku bisa tidak mempermasalahkan hal tadi.”
Erik Luo tertawa sejenak, lalu datang ke hadapan Wahyu Ye, dia menjulurkan tangannya dan memutar borgol Wahyu Ye hingga putus, selanjutnya berturut-turut melakukan hal yang sama, menghancurkan borgol tiga orang lainnya seperti sedang memainkan tanah liat, kemudian dia mengusap pipi Beti Ye dan bertanya: “Apakah mereka menindas kamu?”
“Tidak.” Beti Ye tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu menggenggam tangan Erik Luo dan tidak ingin melepaskannya.
Wahyu Ye sedikit menggerak-gerakkan pergelangan tangannya dan berkata: “Kulihat semuanya sudah berkumpul di sini, kalau begitu mari kita bahas dengan jelas tentang orangtuaku yang dijebak kala itu.”
Ekspresi wajah orang paruh baya yang duduk di sisi Maurice Ye tampak berubah: “Orangtuamu melakukan korupsi dan kriminal hal itu sudah terbukti, apa lagi yang perlu dibahas?”
Wahyu Ye tampak meremehkan dan berkata: “Philip Ye, kamu takut? Aku belum mengatakan apapun, untuk apa kamu panik? Atau jangan-jangan kamu menyembunyikan sesuatu? Aku ingin bertanya apakah kamu merasa nyaman menduduki posisi sebagai kepala keluarga selama beberapa tahun ini?”
Philip Ye mendengus: “Posisi sebagai kepala keluarga diberikan oleh Tuan Besar, aku tidak merasa ada yang salah.”
“Bagus sekali!” Wahyu Ye mengangguk dan berkata: “Kupikir semua orang juga sangat tertarik untuk mendengarkan fakta tentang pasangan suami istri Mike Ye yang masuk penjara kala itu.”
Seorang anak muda yang berdiri di belakang Philip Ye kemudian berkata: “Tentu saja pasti harus mendengarnya, tapi persilahkan si bodoh yang datang dari luar ini keluar terlebih dahulu!” Anak muda ini kelihatannya baru berumur lima belas atau enam belas tahun, dia menunjuk Erik Luo, dengan wajahnya penuh keangkuhan.
Erik Luo menatapnya sejenak lalu berkata: “Kamu adalah anak dari Philip Ye?”
Anak muda ini menjawab dengan sombong: “Kamu masih tidak pantas untuk tahu!”
Erik Luo mengangguk dan berkata: “Dikarenakan orangtuamu tidak mengajarimu cara bersikap, maka aku saja yang akan mengajarimu!” Saat berbicara, pisau terbangnya lagi-lagi keluar, mengarah ke arah telinga anak muda ini.
“Beraninya kamu!”
Maurice Ye memukul meja dan bangkit berdiri, seketika dia mengeluarkan pedangnya, untuk menangkis pisau terbang itu, selanjutnya dia langsung mengangkat pedangnya dan menusuk ke arah Erik Luo, dengan keras dia berseru: “Kamu terlalu lupa diri!”
Erik Luo perlahan-lahan mengangkat pisau terbang berwarna hitam yang ada di tangannya itu, pisau itu dikelilingi oleh cahaya listrik, dia seperti sedang memegang sebuah kilat.
Anak muda itu tertawa dan berkata: “Orang ini benar-benar bodoh, hanya menggunakan pisau buah seperti ini saja ingin membunuh, tuan besar bisa membelahnya menjadi dua bagian hanya dengan sekali tebas menggunakan pedangnya!”
Dikarena dia selalu dimanjakan, jadi ucapannya sama sekali tidak dijaga.
Cahaya listrik di tangan Erik Luo semakin lama semakin kuat, saat Maurice Ye berjarak sekitar sepuluh meter darinya, tiba-tiba dia melemparkan pisau terbangnya.
Ekspresi wajah Maurice Ye berubah drastis, dia menggunakan segenap tenaganya untuk menangkis pisau itu dengan pedangnya, kemudian terdengar suara besi yang terjatuh “trang”, pedang pusaka itu terbelah menjadi dua, kecepatan pisau terbang itu tidak berkurang, menembus bahu Maurice Ye, lalu kemudian berturut-turut menembus beberapa buah dinding, akhirnya tidak tahu terbang ke mana.
“Tuan besar!”
Suara orang yang terkejut tidak berhenti terdengar dari dalam ruangan, Maurice Ye tidak bisa menahan untuk mundur ke belakang, kemudian dia terjatuh dan terduduk di atas kursi, dengan memegang bahunya dan berkata dengan sangat terkejut: “Jurus flying daggers, ba......bagaimana mungkin kamu bisa memiliki kemajuan yang secepat ini.”
Erik Luo meletakkan tangannya di belakang punggung dan berkata: “Aku ampuni nyawamu kali ini, ini karena aku melihat kamu tidak menyakiti ayah mertuaku.”
Raut wajah Maurice Ye tampak pucat, dia menggunakan tenaganya untuk menutupi meridian yang ada di dekat lukanya: “William Ye bagaimanapun juga merupakan anak dari keluarga Ye, aku tidak akan sampai mencelakainya, tapi kamu yang terlebih dahulu memotong sepasang tangan cucu keluarga Ye, untuk masalah ini aku harus membuat perhitungan denganmu.”
“Jadi sekarang mulai bicara soal logika?” Erik Luo terkekeh-kekeh dan berkata: “Baik, kalau begitu mari kita berbicara soal logika.”
Dia mengeluarkan sebilah pisau terbang dari dalam labu kuning, lalu menunjuk anak muda yang berbicara tadi: “Semua ini, dikarenakan keturunan keluarga Ye yang kurang mendapat didikan!”
Pisau terbang di tangannya kemudian dilemparkan, lalu dia memotong telinga anak muda itu.
Anak muda itu menutupi telinganya dan berteriak histeris, Philip Ye merasa sangat terkejut, kemudian dengan panik dia berkata: “Cepat panggilkan dokter, panggilkan dokter!”
Di dalam ruangan menjadi tidak tenang, Erik Luo menggerakkan tubuhnya, kemudian mengeluarkan Jason Ye yang bersembunyi di kegelapan, lalu menghempaskannya ke lantai dan berkata: “Orang ini memaksa ayah mertuaku untuk berlutut dan menamparnya di hadapan banyak orang, Maurice Ye, apakah ini ide darimu?”
Ekspresi wajah Maurice Ye tampak berat, dia menatap Jason Ye dan berkata: “Apa benar begitu?”
Ibu dari Jason Ye bergegas mengatakan: “Tuan besar, pasti William Ye yang terlebih dahulu menindas Jason kami sehingga memaksa dia untuk bertindak, dia itu adalah anak yang baik, bagaimana mungkin dia memukul orang sembarangan?”
“Haha!” Wahyu Ye tertawa sejenak, namun wajahnya tidak tampak tersenyum, “Kebetulan sekali, rekaman video pada hari itu aku sengaja mencari orang untuk menduplikasinya.
Novel Terkait
Bretta’s Diary
DanielleDiamond Lover
LenaUnplanned Marriage
MargeryPredestined
CarlyCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMy Secret Love
Fang FangLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)