Lelaki Greget - Bab 7 Kecelakaan
Erik Luo menekan amarahnya dan berpikir untuk waktu yang lama: "Kamu membunuh Riski Han dan tidak bisa menghindari akibat ditembak mati, siapa yang akan merawat Linda kalau itu terjadi? Apakah kamu membiarkannya hidup dalam kesakitan selama sisa hidupnya? Biar aku yang menghadapi Riski Han, kamu merawat Linda dengan baik, dan berusaha membuatnya segera pulih, kemudian tinggal di tempat lain."
Surya Li diam saja dan tidak tahu apa yang dipikirkannya.
Hati Erik Luo tidak bisa tenang, berpikir bahwa hal semacam ini dapat diselesaikan dalam satu tembakan di medan perang luar negeri, tetapi mengapa Riski Han merasa seenaknya di sini? Bahkan jika kasusnya dipecahkan, ia dapat menemukan kambing hitam untuk disalahkan, dan kemudian terus melakukan kejahatan. Mengapa orang jahat seperti itu bisa terus melakukan kejahatan, tetapi orang baik bisa dibunuh?
Setelah beberapa saat, seorang polisi tiba-tiba berjalan keluar dan membuka pintu: "Kalian sudah boleh pergi."
Erik Luo segera membawa Surya Li keluar, dan Beti Ye duduk di aula untuk menunggu, wajahnya tidak terlihat baik. Setelah melihat mereka berdua, dia berdiri dan berjalan keluar.
“Kapten, kakak ipar, terima kasih, aku akan pergi ke rumah sakit untuk menemui Linda terlebih dahulu.” Surya Li tampak muram, dan setelah mengatakan ini, dia berbalik dan berjalan keluar dari kantor polisi.
Pada saat ini, Wahyu Ye tiba-tiba turun dari lantai atas dan menepuk bahu Erik Luo: "Cepat, bicarakan saja di mobil."
Beti Ye sudah lama menunggu di mobil. Ketiganya kembali ke villa. Santi Tang dan Bella Ye sama-sama berbaring di sofa menonton TV. Bella Ye tersenyum dan berkata, "Waah, pahlawan Erik kita sudah kembali."
Mereka bertiga duduk di depan meja, dan Beti Ye akhirnya tidak bisa menahan dan berkata: "Tolong jangan sembarangan menyerang lain kali, kamu tidak tahu betapa sulitnya Ayah menghabiskan waktu ini untuk mengeluarkanmu."
Wahyu Ye menggosok dahinya dan berkata: "Thomas Han sudah bilang, kamu menendang Riski Han hingga tiga tulang rusuknya patah di depan polisi. Mereka menuduhmu melakukan kejahatan pembunuhan yang disengaja. Mungkin kamu bisa dihukum tembak mati. Untungnya, aku memiliki beberapa hubungan dengan direktur biro keamanan, jadi masalah ini bisa diselesaikan dengan uang."
Erik Luo mengerutkan kening: "Apakah tidak ada hukum lagi? Jelas Riski Han yang melakukan kejahatan, dia telah menyakiti istri teman seperjuanganku dulu sampah sangat parah ..."
“Apa buktinya?” Wahyu Ye menyela. “Kamu harus memiliki bukti untuk menuntutnya, apakah kamu memilikinya? Bahkan jika ada bukti, dia hanya akan pergi mencari kambing hitam lainnya, masalah ini hanya bisa berakhir seperti ini, orang keluarga Han sudah sering melakukan kejahata, dan mereka tidak bisa ditangkap."
Erik Luo merasa dingin di hatinya dan bertanya, "Jadi masalahnya selesai begini saja? TIdak bisa menghukum binatang itu?"
Beti Ye juga berkata dengan sedikit kesal "Apakah kamu masih belum dewasa? Apakah kamu seorang tentara bodoh? Ini tidak sesederhana yang kamu pikirkan. ayah dan anak itu sudah banyak melakukan kejahatan diam-diam dan mereka masih hidup dan sehat-sehat saja. Aku menyarankanmu untuk tidak mencari masalah dengan mereka lagi. Ayahku tidak bisa melawan orang-orang seperti ini, kamu hanya bisa menghindari mereka sejauh mungkin, kami juga turut prihatin dengan musibah yang menimpa teman seperjuanganmu itu, tapi kamu tidak bisa melawan keluarga Han demi dia, dan menyeret keluarga Ye kami, kehidupan di dunia memang seperti ini, jadi terima saja kenyataannya."
“Itu benar!” Bella Ye cemberut: “Masalah ini disebabkan oleh kamu. Jika kamu tidak memukul Riski Han di pesta pernikahan, bagaimana mungkin kawanmu berakhir seperti ini? Kamu sudah pantas menerimanya."
Erik Luo memejamkan mata dan bersandar di sofa dan berkata, "Kalian tenang saja, aku tidak akan menyeret kalian."
Sinta Tang mencibir: "Apa yang kamu inginkan? Membunuh orang dengan pistolmu? Sadarlah, ini adalah masyarakat yang diperintah oleh hukum. Tidak peduli seberapa kuat kamu sebelumnya, kamu harus mematuhi peraturan di sini. Di sini kita harus berbicara tentang hukum, kekuatan, kekuasaan dan kedudukan orang lain, ini berbeda dengan medan perang, tahu diri sedikit, apa kamu mengerti!"
Bella Ye berkata dengan gembira: "Bu, jangan bicara padanya lagi, bagaimana orang yang buta huruf seperti dia bisa mengerti, nanti juga dia akan mengerti sendiri untuk lebih tahu diri."
Erik Luo kesal dan bangkit dan berjalan menuju atap.
Malam ini dia tidak berlatih atau menutup matanya. Otaknya penuh dengan senyum jahat Riski Han, mata Surya Li yang mati rasa, dan ejekan ibu dan anak keluarga Ye itu.
Jika orang seperti Riski Han ada di medan perang, Erik Luo dapat membunuhnya 10.000 kali.
Ponsel Erik Luo berdering ketika hari mulai fajar. Dia mengangkat telepon Surya Li dan dengan cepat terhubung. Suara rendah Surya Li datang darinya: "Kapten, aku ... aku pergi hari ini, aku akan membawa Linda pergi untuk tinggal di pedesaan dan aku tidak ingin dia ada apa-apa lagi. "
Setengah jam kemudian, Erik Luo bergegas ke rumah sewaan Surya Li, dan dia sudah mengemas semua lencana penghormatan masuk ke truk kecil, siap berangkat.
Linda sedang duduk di mobil, wajahnya pucat, memandangi kaca di depannya dengan linglung, dan dia tidak menanggapi saat ada orang berbicara dengannya.
Erik Luo sangat tertekan dan bertanya kepada Surya Li: "Apakah dokter mengatakan bahwa Linda punya harapan untuk sembuh?"
Surya Li berkata dengan sedih, "Dibawa ke psikiater mungkin akan bisa ada harapan. Linda selalu mengatakan bahwa dia ingin pergi ke pedesaan. Pemandangan di sana bagus, mungkin di sana kondisinya bisa lebih baik."
Erik Luo mengeluarkan kartu bank dan meletakkannya di tangan Surya Li: "Ambil uang ini, dan pergi menenangkan diri, kamu harus membawa Linda untuk menemui psikiater terbaik, jika kamu tidak punya cukup uang, beri tahu aku kapan saja, sekarang aku bersama wanita kaya itu, uang tidak masalah."
Faktanya, uang itu adalah tabungannya selama bertahun-tahun, dan dia tidak pernah mengambil sepeser pun dari keluarga Ye.
Surya Li memang butuh uang, dan langsung berterima kasih padanya: "Kapten, terima kasih."
"Pergilah! Aku akan mengunjungi kalian jika ada waktu!" Erik Luo melambaikan tangannya, menyaksikan Surya Li masuk ke dalam mobil, dan pergi.
Setelah mengendarai mobil lebih dari sepuluh meter, Surya Li tiba-tiba menjulurkan kepalanya dan berkata: "Kapten, ada barang bagus yang aku bawa kembali dari luar negeri di bawah pohon kedua di belakang rumahku, kamu harus membawanya."
Erik Luo melambaikan tangannya dan menyaksikan mobil van Surya Li yang terus berjalan dan menghilang dari pandangannya dan kemudian pergi masuk ke rumah Surya Li.
Ini adalah rumah sewaan di pinggiran kota, dan di belakangnya adalah tempat sampah, memang ada beberapa pohon tua yang tumbuh sangat kuat, Erik Luo meminjam sekop untuk menggalinya, dia terus menggali sampai langit gelap, baru akhirnya dia menggali sampai menyentuh sebuah kotak hitam panjang.
Melihat kotak ini, Erik Luo tiba-tiba berdebar, dan ketika tidak ada orang di sekitarnya, dia dengan cepat mengeluarkan kotak itu dan menutupinya lalu pergi.
Setelah kembali ke villa, Erik Luo pertama-tama naik ke atap dari belakang dan menyembunyikan kotak itu, barulah memutar ke pintu masuk utama.
Santi Tang dan kedua putrinya bermain poker, tetapi setelah melihat Erik Luo, mereka mengabaikannya.
Wahyu Ye berkata, "Kemari, seseorang dari Shaoxing membawakanku anggur berusia 80 tahun, ayo coba."
Erik Luo khawatir tentang kotak yang ada di lantai atas. Setelah minum sedikit, dia langsung pergi. Tiba-tiba berita di TV menarik perhatiannya. Dia mendongak dan melihat bahwa stasiun lokal setempat menyiarkan berita: "Pagi ini, sebuah mobil truk kecil bertabrakan dengan mobil van di jalan Jinhu, dan kedua penumpang di mobil van itu tewas di tempat. Sudah diverifikasi bahwa kedua korban adalah penduduk kota ini, bernama Surya Li dan Linda Yan ... "
Wajah Erik Luo berubah drastis, dan gelas di tangannya jatuh dan pecah berkeping-keping.
Semua orang menatap TV, dan dia tidak berbicara sepatah kata pun untuk sementara waktu.
Tiba-tiba telepon Erik Luo berdering, dia mengangkatnya, dan mendengar suara menyeringai Riski Han: "Bagaimana kabarmu, apakah kamu menyukai hadiah yang aku berikan?"
Erik Luo tampak dingin, menutup telepon, berdiri, dan berjalan ke atap tanpa sepatah kata pun.
"Ada apa dengannya?"
"Beti, naiklah dan lihat, jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang bodoh!"
Beti Ye berlari ke atap dan tertegun: "Tidak ada orang!"
Erik Luo telah pergi membawa kotak hitam itu ke sebuah gang kecil dan gelap, kondisinya masih sadar dan tenang, tidak ada lagi kemarahan di hatinya, hanya ada satu pikiran di otaknya, yaitu, membunuh Riski Han.
Novel Terkait
Love at First Sight
Laura VanessaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMy Lifetime
DevinaHis Soft Side
RiseAir Mata Cinta
Bella CiaoInnocent Kid
FellaLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)