Lelaki Greget - Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
Melihat Erik Luo yang begitu ganas, dia merasakan bahwa si gilak itu pasti benar-benar bisa membunuhnya, dia pun dengan segera menganggukkan kepalanya, bersujud di bawah lantai dan berkata: “Maafkan aku, maafkan aku!”
Erik Luo pun menendangnya dengan satu kakinya dan berkata: “Sampah seperti ini tidak pantas menghadiri pernikahanku, pergi kamu!”
Riski Han dan beberapa teman-teman serta bawahannya pun dengan cepat kabur menuju pintu keluar.
Aula itu pun seketika hening, siapa sangka pengantin pria yang banyak direndahkan oleh orang-orang , tiba-tiba menjadi ganas.
Erik melihat ke arah seluruh tamu undangan dan berkata: “Aku adalah orang yang kasar, tidak mengerti caranya berpura-pura baik, orang yang menghormati aku silahkan untuk minum segelas bir dengan baik, jika kalian meremehkanku, maka janganlah mencari masalah.”
Setelah itu acara bersulang berjalan dengan lancar dari sebelumnya, semua orang pun tidak berani lagi merendahkannya dan segera meminum bersih bir yang ada di tangan mereka.
Ekspresi suami-istri keluarga Ye yang duduk di kejauhan tampak kaget, wajah ibu mertua Santi Tang pun menjadi pucat, lalu berkata kepada Wahyu Ye: “Sungguh bahaya sekali jika sudah membuat masalah dengan Riski Han, dia pasti akan kembali untuk membalaskan dendamnya, kenapa Erik malah mencari masalah dengannya, seterusnya pasti bertubi-tubi masalah yang akan datang.”
Wahyu pun berkata dengan nada dingin: “Kalau saja waktu itu aku tidak merebut bisnis pertama dari tangan Thomas Han, bagaimana mungkin bisa jadi seperti sekarang ini, menjadi seorang pria harus berani dan tidak boleh pasrah jika ditindas begitu saja, benar-benar wanita.”
“Kamu...”
......
Acara pernikahan pun selesai pada sore hari, tamu undangan satu persatu pun pulang, hanya tertinggal beberapa saudara dan teman yang mengikuti mereka pulang ke villa keluarga Ye, bermain dan mengobrol bersama Beti Ye.
Erik Luo tidak bisa mengobrol dengan orang-orang seperti mereka, jadi dia hanya mengobrol dan minum bersama suami-istri Surya Li.
Langit pun dengan cepat menjadi gelap, satu persatu saudara dan teman mulai berpulangan, sepertinya efek alkohol dari bir pun mulai naik di tubuh Erik, dia merasa tubuhnya sangat panas, dengan terlunta-lunta dia berjalan masuk ke kamar pengantin, begitu pintu dibuka, dia melihat Beti Ye yang sedang mengganti baju, tubuhnya yang putih bersih itu pun samar-samar terlihat dari matanya, pinggangnya yang ramping, serta kedua kakinya yang lembut......
“Ahh!” Beti Ye pun terkejut, dengan cepat dia mengambil bajunya dan menutup tubuhnya, dengan marah berkata: “Siapa yang suruh kamu masuk, keluar!”
Erik yang tadinya senang, begitu melihat wajah terkejutnya, dia pun menaikkan alis dan berkata: “Ini adalah kamar pengantin, kalau tidak tidur di sini aku mau tidur di mana?”
Beti pun menjawab dengan dingin: “Terserah mau tidur di mana pun, aku tidak peduli, lain kali jangan sembarangan masuk ke kamarku dan jangan menyentuhku, kalau tidak, kita akan cerai!”
Erik Luo menutup pintu dengan keras lalu pergi naik ke atap.
Angin malam berhembus datang, dia pun sudah lumayan sadar, dia berpikir Beti Ye tidak menyukainya dan nantinya pasti memintanya untuk bercerai, saat itu juga paman Ye pun tidak akan terlalu bersedih, dan dia sendiri juga tidak termasuk mengingkar janji terhadap permintaan ibunya itu.
Dan jika masalah ini selesai, maka dia akan pergi mengembara dan menjadi seorang pengembara yang bebas.
Satu hal yang paling sedih adalah setengah bulan yang lalu saat terakhir dia sedang bertugas, dia kehilangan “Mata jarak jauh” yang dia banggakan.
Erik Luo menyadari bahwa penglihatan jarak jauhnya tidak seperti orang-orang pada umumnya, dia bisa melihat dengan jelas sesuatu yang jaraknya 1 Km lebih, setelah menjadi tentara, tim khusus pun tertarik kepadanya, setelah berlatih selama dua tahun dia pun ke luar negeri untuk berperang, hanya dengan sekali tembakan bisa dengan tepat sasaran, bahkan dia sampai dijuluki sebagai “Hantu tembak”.
Hanya saja dua bulan yang lalu saat sedang melaksanakan tugasnya, dia mengalami kecelakaan, sebuah bola kecil yang berwarna kuning mengenai tubuhnya dan masuk ke dalam organ dalamnya, sehingga mengakibatkan kemampuannya pun mulai menurun drastis dan mempengaruhi mata jarak jauhnya itu, jadi dengan pasrah dia pun dipulangkan ke negaranya sendiri.
Sebenarnya bola kuning itu apa? Sampai-sampai bisa sehebat itu masuk ke dalam bagian tubuhnya?
Tanpa disadari dia mengusap bagian pusarnya, sampai sekarang bagian itu masih merasakan adanya hawa-hawa panas seperti adanya tenaga dalam yang sedang bergerak di dalam.
Saat mendongakkan kepala melihat langit, tiba-tiba saja di dalam tubuhnya ada sesuatu yang mengalir dan bergerak seperti udara panas lalu menyebar ke seluruh tubuh.
Perasaan aneh ini pun tidak pernah dia rasakan sebelumnya, udara panas seketika mengalir di dalam tubuhnya, dan saat mengalir melewati kedua matanya, seketika itu pula dia merasa matanya cerah, sampai-sampai dia pun bisa melihat kumbang kotoran yang sedang berguling di bawah tanah dengan sangat jelas, perasaan ini seperti perasaan yang dia kenali dan mengejutkan seluruh tubuhnya.
Erik Luo memandang langit semalaman, sampai matahari terbit dia pun baru berhenti, dia merasakan semangatnya menjadi beratus kali lipat, penglihatannya pun sampai bisa melihat nyamuk yang beratus meter jauhnya, dia pun merasa tubuhnya lebih bertenaga dari sebelumnya, dan ini semua adalah efek dari panas yang menjalar dari perutnya itu.
Erik Luo pun merasa sangat senang sekali, dia tidak menyangka kesialan kali ini membawa keberuntungan baginya, dia tidak tahu efek baik apa lagi yang diberikan oleh tenaga dalamnya itu?
Melihat langit sudah cerah, Erik pun turun ke bawah dan bersiap-siap untuk mandi, lalu pergi berjiarah ke makan ibunya, tetapi dia malah bertemu dengan wanita cantik yang memiliki tubuh langsing di dalam kamar mandi, dia hanya mengenakan tank top yang sedikit transparan, setelah dilihat-lihat, ternyata itu adalah adik ipar, Bella Ye.
Dari awal dia tidak menyukai Erik Luo, pernikahan semalam dia pun juga tidak hadir dan malah pergi bermain bersama dengan teman-temannya, walaupun dia melihat Erik, dia juga tidak menyapanya dan hanya pergi begitu saja.
Erik Luo pun juga tidak perhitungan dengannya, setelah makan sarapan, Wahyu Ye berkata: “Hari ini adalah hari kematian ibunya Erik Luo, tinggalkan urusan kalian semua dan kita akan pergi berjiarah, Bella Ye, jika kamu masih mau kabur, maka aku akan mematahkan kakimu setelah pulang nanti!”
“Kenapa berbicara seperti itu, anakmu sekarang sudah besar, masih pakai acaman untuk mematahkan kaki? Seperti preman saja......” Santi Tang mengoceh tanpa henti. Erik Luo setelah selesai mengganti bajunya, dia pun membawa barang-barang dan menunggu di dalam mobil.
Baru saja masuk ke dalam mobil, Bella Ye pun sudah mengejeknya: “Wah, pakaianmu formal sekali, saat ibumu meninggal waktu itu dia tidak melihatmu, dan sekarang malah kamu berpura-pura menjadi orang hebat, apa gunanya?”
Awalnya hati Erik sudah berat, tetapi setelah mendengar kata-kata ini hatinya pun semakin sakit.
Saat itu dia sedang menjalankan tugas di luar negeri sehingga tidak bisa pulang, sampai-sampai tidak bisa melihat wajah terakhir ibunya, dia pun tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri, jadi dia pun tidak menyangkal kata-kata dari Bella Ye, hanya saja matanya memerah.
Erik Luo mengendarai mobil ke pemakaman pinggiran kota, tempat ini sepi sekali dan tidak terlihat satupun orang, semakin berjalan mendekati makam ibunya, hati Erik Luo pun semakin berat.
Akhirnya dia sampai di depan batu nisan ibunya, melihat foto ibunya yang tersenyum berseri-seri, Erik Luo pun tidak tahan lagi, kedua kakinya bersujud di hadapannya, di dalam pikirannya dia teringat masa-masa ibunya yang memeluknya dan membaca cerita untuknya, air matanya pun mengalir deras dan tidak bersuara.
Keluarga Ye saling bertatapan dan hanya terdiam.
Tidak tahu sudah berapa lama, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang amat ribut dari belakang, Wahyu pun melihat ke arah asal kaki itu, dan terlihat Riski Han membawa segerombolan orang ke arah mereka dengan mengangkat alisnya.
“Wah, bukankah ini adalah menantu sampah keluarga Ye si Erik Luo? Kebetulan sekali!” Riski Han pun tertawa kuat dan berjalan ke arah mereka.
Wahyu berkata: “Bocah, hari ini adalah hari kematian ibunya, lebih baik kamu jangan mencari masalah.”
“Paman Ye garang sekali, sesombong itukah mendapat menantu sampah seperti dia?”
Riski Han tertawa dingin dan melihat ke arah Beti Ye, lalu berkata: “Kamu begitu cantik, tubuh kamu juga sangat indah, kenapa malah menikah dengan seorang tentara jelek seperti dia? Aku rasa sebaiknya kamu menikah denganku, kedua keluarga kita bergabung dan menjadi kuat, dan kita pun tidak akan takut siapapun lagi di kota Hedong ini.”
“Hati-hati kata-katamu! Kalau tidak ada urusan lebih baik pergi dari sini!” kata Wahyu Ye dengan marah.
“Ada urusan, tentu saja ada urusan!” raut wajah Riski Han pun terlihat mulai serius, sorot matanya melihat ke Erik Luo yang sedang bersujud di lantai dan berkata: “Wah, ibumu mati? Bagaimana matinya?”
Erik Luo seperti tidak mendengar kata-katanya, dia hanya terdiam dan melihat batu nisan itu.
“Brengsek, hei, tuan muda sedang bertanya padamu!” pengawal yang berada di sebelahnya pun menendang seluruh persembahan di depan batu nisan itu, buah-buahan pun terjatuh berserakan di lantai, “Phiang” suara gelas teh terjatuh dan pecah.
Novel Terkait
Marriage Journey
Hyon SongKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMy Secret Love
Fang FangDark Love
Angel VeronicaYour Ignorance
YayaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiSomeday Unexpected Love
AlexanderPria Misteriusku
LylyLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)