Lelaki Greget - Bab 75 Pemberontakan
“Bawa proyektor ke sini agar semua orang dapat ikut melihat. Kami, Keluarga Ye, menjunjung tinggi keadilan pada setiap tindakan kami. Pasti tidak akan mengada-ada atau menyalahgunakan kekuasaan!” Seorang pria separuh baya yang duduk di baris depan berkata dengan lantang. Kemudian langsung ada orang yang berlari membawakan proyektor dari belakang.
Wajah Wahyu Ye menunjukkan rasa terima kasih, dan mengangguk kecil kepadanya.
Orang ini adalah kakak sepupu Wahyu Ye. Namanya adalah Josep Ye. Hubungan mereka berdua lumayan baik sejak kecil. Sekarang dia jelas-jelas masih berada di pihaknya.
Tidak berapa lama kemudian, proyektor pun sudah dibawa ke depan. Wahyu Ye menghubungkan ponselnya kemudian mulai menayangkan. Segera, dinding aula itu dipenuhi sebuah gambaran yang berisi video saat Jason Ye sedang mempermalukan Wahyu Ye. Dari kata-katanya yang menghina hingga bagaimana dia memaksanya untuk berlutut dan menamparnya.
Setelah selesai menyaksikan video itu, mereka merasa dia sudah cukup keterlaluan. Meskipun ayah dan ibu Wahyu Ye telah berbuat kesalahan, bagaimana pun juga dia lebih tua. Dipaksa berlutut dan ditampar di hadapan orang banyak seperti itu. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa tidak nyaman.
Raut wajah Maurice Ye terlihat gelap. Dia berkata: “Ternyata selama bertahun-tahun aku bersemedi mengurung diri, tradisi turun-temurun dalam keluarga ini sudah habis dimakan anjing! Jason Ye! Apa bunyi peraturan keluarga nomor tiga?”
Dengan berkeringat dingin Jason Ye menjawab: “Menghormati orang tua, berbakti kepada guru…. Tetapi dia kan bukan lagi bagian dari Keluarga Ye. Mana bisa dianggap sebagai orang tua kami! Lagipula saat itu dia juga memarahiku. Tentu saja aku harus balas memukulnya.”
Ibu Jason Ye juga berkata: “Iya, benar. Bagaimana mungkin kita membiarkan orang lain meremehkan Keluarga Ye. Bagaimana kita bisa menjaga gengsi Keluarga Ye?”
“Tutup mulutmu!” Josep Ye berkata dengan wajah dingin: “Apa itu gengsi? Bocah satu ini sudah bertahun-tahun menyalahgunakan kekuasaan keluarga di luar sana. Bahkan menyiksa wanita. Memang kamu kira aku tidak tahu sifatnya? Gengsi Keluarga Ye justru hancur di tangan orang seperti dirinya!”
“Josep Ye! Apa maksudmu?” Oh. Kamu yang paling baik? Pria-pria dan wanita-wanita di dalam keluargamu semuanya lemah dan tidak berguna. Apakah dengan begitu berarti mereka baik?”
“Cukup!” teriak Maurice Ye. Matanya terbelalak ke arah Jason Ye dan berkata: “Kekuatan dan kebesaran Keluarga Ye bukanlah modalmu untuk menyombongkan diri. Tidak heran dan layak juga kamu kehilangan kedua tanganmu. Mulai hari ini, dendam Keluarga Ye terhadap Erik Luo dianggap lunas!”
Dia melihat ke arah Erik Luo dan berkata: “Kamu tidak salah. Aku, Maurice Ye, yang telah gagal mengajari mereka. Aku minta maaf.”
Dia berdiri dengan tegap, kemudian membungkuk memberi hormat.
Erik Luo mau tidak mau terkagum-kagum dengan kelapang-dadaan Maurice Ye. Dia dapat memilih pilihan terbaik di saat yang tepat. Dia tidak sayang untuk mengorbankan gengsinya demi tujuan akhir yang harus diperoleh. Benar-benar ada pembawaan seorang kepala keluarga yang baik. Dia menghela napas dan berkata: “Ya sudahlah. Tadinya aku ingin membiarkan kalian membayar ganti rugi sebanyak beberapa puluh miliyar untuk menyelesaikan masalah ini. Tetapi melihatmu begitu tulus, masalah ini aku sudahi saja. Tetapi aku tetap harus mendapatkan kejelasan mengenai kebersihan nama ayah dan ibu dari ayah mertuaku.”
“Tentu saja!” Maurice Ye mengangguk setuju. Sekarang ini, apabila Erik Luo menyuruh seluruh anggota Keluarga Ye bersama-sama menyanyikan lagu “Anak Kambing Saya” saja dia akan menebalkan kulit mukanya dan menuruti permintaannya. Apalagi kemampuannya jelas-jelas terpampang jelas. Kalau mereka berani menolak, pasti akan kena tampar satu per satu.
Wahyu Ye menarik napas panjang. Dia menggeser layar ponselnya. Kemudian proyektor itu menampilkan dua buah foto di atas dinding.
“Kedua orang ini adalah orang tuaku. Harusnya saudara-saudari yang sekarang berada di sini pernah bertemu mereka. Dulunya mereka adalah pengarah penanggung jawab paling baik di Keluarga Ye!”
Melihat foto itu, Maurice Ye terdiam. Bagaimana pun juga mereka adalah anak kandungnya dan menantunya sendiri. Saat itu mereka berhasil membawa bisnis Keluarga Ye di atas keempat keluarga besar lainnya, hingga terkenal sampai ke luar negeri. Sayangnya kemudian mereka berbuat kesalahan…
“Tapi!” nada suara Wahyu Ye langsung berubah: “Mereka dicelakai orang!”
Aula itu dipenuhi dengan desas-desus suara orang-orang yang saling berdiskusi siapa yang telah mencelakai mereka.
Wahyu Ye menunjuk Philip Ye sambil berkata: “Kamu mau berpura-pura sampai kapan?”
Philip Ye berkata dengan dingin: “Omong kosong tidak ada buktinya. Kalau kamu mau memfitnah orang, setidaknya tunjukkan buktinya. Kamu menuduhku mencelakai Paman Kesembilan. Aku rasa kamulah yang membuat mereka mati kesal!”
“Kamu mau bukti.” Wahyu Ye lagi-lagi menggeser layar ponselnya dua kali. Muncul sebuah rekaman yang agak suram di dinding. Sepertinya direkam diam-diam dari sebuah lubang bulat. Orang yang berada di dalam rekaman itu tampak tua. Dia terdiam sejenak kemudian berkata: “Akulah yang mencelakai kedua suami-isteri Keluarga Ye itu. Pada saat itu Philip Ye memberiku uang yang cukup banyak. Dia memintaku untuk menyelidiki dan mengerti dengan mendalam mengenai kasus ini secepat mungkin. Aku takut suatu hari nanti setelah keluar dari penjara mereka akan membongkar kasus ini. Philip Ye berkata tidak apa-apa. Beberapa hari lagi dia akan membuat mereka hilang untuk selamanya. Ternyata benar, setelah lewat beberapa bulan, kedua orang ini mati di penjara. Dengar-dengar sih karena keracunan makanan. Tetapi aku rasa tidak sesederhana itu. Keracunan makanan mana mungkin hanya bisa meracuni dan membunuh dua orang saja? Yang pasti Philip Ye memiliki banyak intrik. Kasus ini tahu-tahu sudah selesai begitu saja…”
Rekaman itu berhenti sampai di sini. Wahyu Ye dengan mata kemerahan berkata: “Banyak di antara kalian yang pasti juga mengenal orang ini. Dia adalah mantan hakim ketua di pengadilan yang sudah tidak lagi menjabat. Philip Ye. Apa lagi yang hendak kamu katakan?”
Dengan tenang Philip Ye berkata: “Kamu kira dengan bekerja sama dengan orang ini kamu dapat menjerumuskanku? Aku pun bisa saja menunjukkan setumpuk besar bukti-bukti semacam ini. Jangan menganggap mereka ini orang-orang bodoh.”
“Bagus sekali!” kata Wahyu Ye sambil menepuk-nepuk tangan: “Sebentar lagi saksiku akan datang.”
“Lebih baik cepatlah sedikit. Kita tidak punya sebanyak itu waktu untuk kamu sia-siakan.”
Tepat pada saat itu terdengar suara derap langkah kaki yang bergemuruh. Beberapa puluh orang berlari masuk ke dalam aula dalam barisan yang rapi. David Li, Kevin Tang dan Filbert Ao bergegas menghampiri Erik Luo dan membungkuk: “Master!”
“Ketua Perserikatan!” Saudara Yin dan Yang, Andre Liu, Markos Xing juga ikut datang. Mereka bersama-sama dengan para murid yang lain serentak memberi hormat padanya.
Erik Luo melambaikan tangan. David Li menyeret seseorang yang wajahnya buruk rupa ke hadapan Wahyu Ye dan berkata: “Tuan Ye. Ini orangnya.”
Orang separuh baya yang buruk rupa itu mengangkat kepalanya perlahan. Tatapan matanya seperti racun dan berkata: “Philip Ye. Apa kamu tidak mengenaliku!”
Raut wajah Philip Ye langsung berubah. Dia berkata dengan ketakutan: “Bagaimana mungkin! Ka… kamu…”
“Aku belum mati?” Orang separuh baya itu terkekeh-kekeh: “Sayang sekali saat itu kamu meminta orang lain untuk menembak dadaku, tetapi aku belum mati. Lalu aku ditolong oleh William Ye.”
“Tidak mungkin!” teriak Philip Ye. “Kamu jelas-jelas sudah mati. Aku sendiri yang memastikannya!”
“Oh?”
Seluruh isi aula itu terkejut dan memandangi Philip Ye. Orang buruk rupa itu melanjutkan: “Kamu menyuruhku meracuni suami-isteri Ye. Kamu telah berjanji akan memberiku uang 20 juta RMB (sektiar 40 miliar rupiah) dan mengirimku ke luar negeri. Tapi kamu malah mau membunuhku. Kamu lebih rendah daripada babi dan anjing!”
“Philip Ye. Apakah bukti ini cukup?” kata Wahyu Ye dengan lantang. David Li memberi isyarat dengan melambaikan tangan: “Tangkap dia!”
Philip Ye berkata: “Siapa yang berani mendekat! Paman Ketujuh!”
Dari sekeliling ruangan itu tiba-tiba muncul bodyguard-bodyguard berbaju hitam yang tidak terhitung jumlahnya. Kemudian ada orang tua yang muncul di sebelah Philip Ye.
Maurice Ye berseru dengan murka: “Apakah kalian semua mau memberontak? Cepat mundur!”
Tapi bodyguard-bodyguard berbaju hitam itu tidak bergerak. Mereka semua menunggu aba-aba Philip Ye. Raut wajah Maurice Ye berubah: “Philip Ye! Kamu benar-benar ingin memberontak?”
Philip Ye mendengus: “Tuan Besar. Sekarang ini bukan lagi zaman kalian. Anda sudah tua. Sudah saatnya mengundurkan diri. Sisanya serahkan saja padaku untuk ku atasi.”
“Kamu benar-benar ingin memberontak!”
Josep Ye bangkit berdiri. Orang-orang yang berada di aula itu juga satu per satu bangkit untuk meminta pertanggung jawabannya. Orang-orang tersebut seketika itu juga terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok yang satu mendukung Josep Ye. Kelompok yang lain berdiri di pihak Philip Ye.
Josep Ye jelas terlihat jauh lebih lemah. Jumlah orang yang mendukungnya pun tidak sebanding.
Philip Ye menertawakannya: “Tangkap semua orang itu. Interogasi satu per satu. Tanyakan dengan jelas apakah mereka segerombolan dengan William Ye, si pengkhianat itu!”
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniPejuang Hati
Marry SuThe Winner Of Your Heart
ShintaBlooming at that time
White RoseLove Is A War Zone
Qing QingLelaki Greget×
- Bab 1 Pertumpahan Darah Di Acara Pernikahan
- Bab 2 Ditindas Di Depan Makam Ibu
- Bab 3 Ancaman Adik Ipar
- Bab 4 Katakan Semuanya dengan Jelas
- Bab 5 Masa Lalu
- Bab 6 Tidak Ada Cara Untuk Menuntutnya
- Bab 7 Kecelakaan
- Bab 8 Mati Mengenaskan
- Bab 9 Penculikan
- Bab 10 Dasar Sampah
- Bab 11 Mengakui Kesalahan
- Bab 12 Aku Sedang Mencari Anakku
- Bab 13 Orang Ini Sudah Gila
- Bab 14 Kekuatan
- Bab 15 Menginjak Keluarga Han
- Bab 16 Tidurlah di Kamarku
- Bab 17 Sangatlah Kuat
- Bab 18 Pengunjung Dari Luar
- Bab 19 Indra Lao
- Bab 20 Habislah kamu
- Bab 21 Master di Aliran Huajin
- Bab 22 Duduk di Penjara
- Bab 23 Pahlawan Menggunakan Kekerasan untuk Melanggar Hukum
- Bab 24 Tidak Pernah Meleset
- Bab 25 Roda Tenaga Dalam
- Bab 26 Tiga Keluarga Terdesak
- Bab 27 Kakak Sepupu dari Luar Negeri
- Bab 28 Sekolah Bela Diri Naga Terbang
- Bab 29 Sampah
- Bab 30 Demi Kebebasan
- Bab 31 Night Fury
- Bab 32 Tiga Ribu Prajurit Berarmor Emas
- Bab 33 Riky Hai
- Bab 34 Lolos dari Maut
- Bab 35 Mendapatkan Keberuntungan dalam Sebuah Kemalangan
- Bab 36 Hadiah Sekadarnya
- Bab 37 Guru Besar Henglian
- Bab 38 Menguasai Beberapa Jurus
- Bab 39 Memberontak
- Bab 40 Pisau yang Sampai Sebelum Orangnya
- Bab 41 Jurus Hit The Heaven
- Bab 42 Riska
- Bab 43 Menjadi Pahlawan
- Bab 44 Apakah Kamu Sudah Puas
- Bab 45 Nama dari Sebuah Sasana
- Bab 46 Kristal Api
- Bab 47 Membuka Sekolah Bela Diri
- Bab 48 Keluarga Ye di Kota Beijing
- Bab 49 Kucabut Kedua Tanganmu
- Bab 50 Perserikatan Seni Bela Diri Galaxy
- Bab 51 Yin Yang Bersaudara
- Bab 52 Perjalanan Ke Qizhou
- Bab 53 Bakat Keluarga Tang
- Bab 54 Orang Udik
- Bab 55 Hidup dan Mati
- Bab 56 Konferensi Seni Bela Diri Dimulai
- Bab 57 Tiga Belas Guru Besar
- Bab 58 Dewa Petir Terlahir Kembali
- Bab 59 Berbakat
- Bab 60 Tanah Harta Karun Pelatihan Diri
- Bab 61 Tuan Muda Ye
- Bab 62 Tampar Muka Sendiri
- Bab 63 Menghabiskan 10 Miliar RMB
- Bab 64 Pergi ke Beijing Sekali Lagi
- Bab 65 Menikah
- Bab 66 Lancang
- Bab 67 Mengalahkan Lawan dalam Dua Serangan
- Bab 68 Tuan Besar Keluarga Ye
- Bab 69 Kekalahan
- Bab 70 Menembus Tingkatan
- Bab 71 Pisau Terbang Hitam
- Bab 72 Menghancurkan Keluarga Tang
- Bab 73 50 miliar RMB
- Bab 74 Menuntut Keadilan
- Bab 75 Pemberontakan
- Bab 76 Orang-orang Keluarga Lu Datang
- Bab 77 Adik Perguruan Lu
- Bab 78 Raja Dongbei
- Bab 79 Ancaman Tuan Besar Zhang
- Bab 80 Perjalanan Mencari Harta Karun
- Bab 81 Pembunuhan Diam-Diam yang Ceroboh
- Bab 82 Profesor Yang
- Bab 83 Master yang Tidak Berhasil Menembak
- Bab 84 Perserikatan Huseng
- Bab 85 Mengganti Wajah Baru
- Bab 86 Makan dan Minum Gratis
- Bab 87 Perbaiki Dulu Bentuk Wajahmu, Baru Bicara
- Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen
- Bab 89 Menuju Lop Nor
- Bab 90 Terlalu Lambat
- Bab 91 Nine Stars in Line
- Bab 92 Raja Dongbei Muncul
- Bab 93 Pintu Masuk Terbuka
- Bab 94 Senjata Suci
- Bab 95 Kesulitan Keluarga Ye
- Bab 96 Pertarungan Keras Kepala
- Bab 97 Menjadi Pelayan
- Bab 98 Hukuman dari Ketua
- Bab 99 Pesta Kelas
- Bab 100 Anak di Luar Nikah
- Bab 101 Kaya
- Bab 102 Siapa yang Berani Menyentuh Orang Keluarga Ai
- Bab 103 Berlutut dan Meminta Maaf
- Bab 104 Satu Kata untuk Pemusnahan
- Bab 105 Anak Tuhan
- Bab 106 Tidak Masuk Akal
- Bab 107 Formasi Besar
- Bab 108 Ruang Senjata
- Bab 109 Ayahku Akan Segera Tiba
- Bab 110 Musuh Hebat Berkumpul
- Bab 111 Kutukan Setan
- Bab 112 Desa Heilong
- Bab 113 Racun
- Bab 114 Melepas Kutukan
- Bab 115 Bertemu Musuh Lagi
- Bab 116 Tuan Muda Yi Ketiga
- Bab 117 Perjamuan Makan Malam Memicu Pertumpahan Darah
- Bab 118 Pembalasan Patah Tangan
- Bab 119 Menghancurkan Keluarga Yi
- Bab 120 Hanya Wanita
- Bab 121 Rantai Besi
- Bab 122 Penopang Kehidupan
- Bab 123 Gerald Yi
- Bab 124 Petir Datang
- Bab 125 Aneh
- Bab 126 Kuil Qinling
- Bab 127 Diam-Diam pergi
- Bab 128 Di Luar Dugaan
- Bab 129 Tangkap Dia
- Bab 130 Tuan Husheng Asli
- Bab 131 Jurus Iron Mountain
- Bab 132 Membantai Huseng
- Bab 133 Teknologi dan Pembinaan Bersatu
- Bab 134 Sedikit Pelajaran
- Bab 135 Lucas Mo
- Bab 136 Perjamuan Harta Karun Unik
- Bab 137 Buku Kuno
- Bab 138 Tinggalkan Celah dalam Melakukan Segala Hal
- Bab 139 Harta Kekuatan Negara
- Bab 140 Rio Ma
- Bab 141 Hukuman Berat untuk Memaksa Pengakuan
- Bab 142 Melawan Paul Lagi
- Bab 143 Memenggal Leher
- Bab 144 108 Pisau Terbang
- Bab 145 Merasakan Formasi Jimat
- Bab 246 Ada yang Menyerang Masuk
- Bab 147 Metode Rahasia
- Bab 148 Tetua Han
- Bab 149 Penyergapan
- Bab 150 Memecahkan Formasi
- Bab 151 Menyerang Kuil
- Bab 152 Tingkat Kedewaan
- Bab 153 Tetua Taishang Sudah Mati
- Bab 154 Aliran Energi Suci
- Bab 155 Tamu Terhormat
- Bab 156 Kamu Saja Bisa Kupukuli
- Bab 157 Bunga Mingshi
- Bab 158 Bukan Manusia Bumi
- Bab 159 Tingkat Dewa
- Bab 160 Samudera Pasifik
- Bab 161 Pulang ke Rumah
- Bab 162 Murid Perguruan Xinghai
- Bab 163 Ruang Teleportasi
- Bab 164 Masuk ke Gujing
- Bab 165 Kampung Tianyang
- Bab 166 Babak Final
- Bab 167 Mencari Celah
- Bab 168 Kemenangan Mutlak
- Bab 169 Memainkan Permainan dengan Sempurna
- Bab 170 Pemenang
- Bab 171 Diketahui
- Bab 172 Meratakan Istana Dewa Salju
- Bab 173 Menjadi Raja Langit (Tamat)