Lelaki Greget - Bab 88 Pisau Terbang Membelah Biji Wijen

“Mudah saja!” Eugene Mo mengangkat Anton Zhang dari atas lantai dan berkata: “Kita masing-masing mencari dua orang. Kita letakkan sebutir kacang di atas kepala mereka. Yang bisa membelah kacang-kacang itu menjadi dua dengan mengunakan pisau terbang tanpa melukai mereka adalah pemenangnya.”

Setelah berkata demikian, orang-orang di sekeliling mereka mulai gaduh dan panik: “Berbahaya sekali! Dulu kita Cuma pernah tahu ada yang menaruh buah apel di atas kepala. Siapa yang berani menggunakan kacang tanah. Mana kelihatan dari jauh? Yang ada orang-orang itu akan tertusuk mati.”

“Belum tentu. Kamu tidak dengar. Mereka itu memang khusus pengguna pisau terbang. Apabila mereka berlatih sejak kecil, mungkin tidak ada masalah. Tidak tahu apakah bocah itu akan menyetujuinya.”

Mendengar diskusi orang-orang di sekitar mereka, Eugene Mo merasa makin berbangga diri. Dia mengedikkan mata ke arah Erik Luo dan berkata: “Berani tidak? Kalau tidak berani, cepat minta maaf pada Anton Zhang!”

“Mengapa tidak berani?” Kemudian Erik Luo menepuk-nepuk Vivi Su dan berkata: “Berdirilah di sebelah dinding itu.”

Biarpun Vivi Su sudah pernah melihat teknik pisau terbang Erik Luo, dia masih merasa sedikit khawatir. Biar bagaimanapun orang juga punya saat-saat di mana mereka dapat melakukan kesalahan. Tetapi dia tidak berani membantah perintah Erik Luo. Dengan menurut dia berjalan ke sebelah dinding itu.

Jarak di antara mereka kira-kira sejauh 30 meter. Eugene Mo sesaat tampak sedikit ragu, kemudian mendorong Anton Zhang dan berkata: “Cepat pergi. Letakkan sebutir kacang di atas kepalamu sendiri.” Jarak ini sudah merupakan batas terjauhnya yang dapat dia capai. Apabila lebih jauh lagi dari ini, takutnya dia akan merasa kesulitan.

Anton Zhang tahu betul teknik pisau terbang Keluarga Mo. Dia juga tidak khawatir. Dia menghampiri dinding itu dan berbaris di sana bersama Vivi Su. Dia meletakkan sebutir kacang di atas kepalanya dan dengan tatapan penuh kebencian berkata kepada Vivi Su: “Aku harap nanti kamu tidak akan tertusuk mati oleh pisau terbang. Aku tidak ingin mendapatkan tubuh yang sedingin es.”

Vivi Su terkikik: “Kelihatannya kamu belum cukup ditampar. Kamu sih sebaiknya mati tertusuk saja, kalau tidak, setiap kali aku melihatmu, aku akan menamparmu.”

“Huh. Sepertinya kamu terlalu meremehkan teknik pisau terbang Keluarga Mo. Temanmu yang tidak berguna itu, tidak mungkin bisa mengalahkan Tuan Muda Mo. Tunggu saja.”

Pada saat itu terdengar suara Erik Luo: “Vivi Su. Cari sebutir biji wijen dan letakkanlah di atas kepalamu. Butiran kacang itu terlalu mudah. Sama sekali tidak menantang.”

Orang-orang di sekeliling mereka terkejut dan menjadi gempar: “Apakah orang itu gila? Butiran kacang tanah saja sudah cukup sulit. Dia mau menggunakan biji wijen? Apakah bisa terlihat?”

“Ah. Anak muda zaman sekarang memang tidak tahu batas diri. Selalu saja ingin pelampiasan sesaat. Kalau sampai mencabut nyawa orang kan gawat juga.”

Raut wajah Eugene Mo juga berubah seketika. Dia mengerutkan alisnya dan berkata: “Jangan terlalu gegabah. Tidak baik apabila sampai ada nyawa orang yang hilang.”

Sandi Qian tertawa dan berkata: “Tuan Muda Mo tenang saja. Biarkan saja bila bocah ini ingin bertaruh yang besar. Apabila ada kesalahan dan nyawa orang hilang, juga tidak ada hubungannya denganmu.”

“Baik!” Eugene Mo menganggukkan kepalanya. Dalam benaknya dia berpikir, orang itu mau sampai kapan berpura-pura seperti itu. Kemudian dia merogoh sebilah pisau terbang keperakan dar pinggangnya dan menggenggamnya dalam tangan. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengatur napasnya.

Erik Luo masih saja duduk di depan meja itu. Dengan malas-malasan dia mengambil sebilah pisau terbang yang tidak mencolok mata. Pisau terbangnya memang hanya sekedar pisau terbang biasa. Kelihatan sangat tidak menarik dibandingkan dengan pisau terbang milik Eugene Mo. Pisau terbang Eugene Mo tampak jelas seperti pisau pesanan khusus yang mengandung perak. Erik Luo berpikir, mungkin suatu hari dia juga akan memesan untuk dibuatkan pisau terbang khusus, lalu dia akan mengukir sendiri formasi jimatnya agar pisau-pisau itu dapat melesat dengan jauh lebih cepat.

Di kejauhan. Vivi Su dengan sebutir wijen di atas kepalanya merasa agak gugup. Seluruh kaki tangannya pun kaku ketakutan. Bagusnya dia masih punya nyali yang cukup besar sehingga tidak ketakutan sampai ngompol di celana.

Orang-orang di sekelilingnya merasa kagum akan ketegarannya.

Tiba-tiba manajer hotel itu berlari menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Dia mengusap keringat di jidatnya kemudian tersenyum: “Tuan Muda Qian. Jangan membuat keributan besar seperti ini. Apabila terjadi sesuatu, akan sulit melanjutkan bisnis hotel kami.”

Sandi Qian tertawa sambil menepuk-nepuk pundaknya: “Tenang saja. Berapapun kerugian hotel kalian akan aku ganti. Apabila terjadi hal-hal tidak diinginkan, aku yang akan membereskannya. Tidak akan dikait-kaitkan dengan hotel kalian.”

“Ini…” manajer hotel itu diam-diam menghela napas. Dia hanya bisa mundur ke tepi.

Ada orang-orang yang usianya lebih tua di antara kerumunan orang itu, menasehati mereka: “Bocah. Sebaiknya tidak usah bertanding. Jangan sampai terambil nyawa orang. Biji wijen itu pasti tidak akan bisa dibidik.”

Erik Luo mengambil selembar kain serbet dan menutup matanya dan berkata: “Aku lebih terbiasa menggunakan pisau terbang sambil menutup mata.”

“Ya ampun. Orang ini banyak sekali lagaknya!” orang-orang di sekelilingnya sudah menyerah untuk mengatainya. Mereka marah: “Dia bahkan bisa menyuruh pacarnya untuk mengantar nyawa. Pria macam apa ini.”

“Kalau dia benar-benar sanggup mengenai biji wijen itu, aku akan menelan pisau terbang itu bulat-bulat.”

Eugene Mo sudah tidak ingin lagi menghabis-habiskan kata-kata. Dia melambaikan tangannya dan melepas pisau terbang itu.

Orang-orang bahkan tidak melihat jejak pisau tersebut. Ada beberapa orang yang bahkan belum sadar. Tiba-tiba saja mereka melihat bahwa pisau terbang itu sudah tertancap pada dinding tepat di atas kepala Anton Zhang.

Segera ada orang dari pinggir yang maju menghampirinya. Mengambil butiran kacang yang terbelah itu dan berkata dengan suara lantang: “Butiran kacang tanah ini terbelah dua!”

“Wah, Hebat sekali!”

Ada desahan suara kaget dan takjub dari antara kerumunan orang-orang itu, diikuti gemuruh tepuk tangan. Pada saat bersamaan, seluruh tatapan orang-orang itu jatuh pada diri Erik Luo. Mereka ingin melihat bagaimana orang muda yang sudah banyak omong besar ini bertindak selanjutnya.

Vivi Su bernapas dalam-dalam. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Lalu menutup kedua matanya.

Erik Luo menekan pisau terbang di tangannya. Dengan mata tembus pandang dia melihat menembus kain serbet dan melihat dengan jelas butiran wijen di atas kepala Vivi Su. Seketika itu pergelangan tangannya dihentakkan, dan pisau terbang itu pun sudah menghilang. Banyak orang yang melihat-lihat ke atas kepala Vivi Su, tetapi mereka juga tidak dapat melihat pisau terbang itu. Dengan bingung mereka bertanya: “Ke mana pisau terbang itu? Apakah orang ini bermain sulap?”

Ada beberapa orang yang lebih seksama berjalan mendekati Vivi Su. Kemudian mereka menemukan lubang halus yang dalam di atas dinding. Dengan takjubnya berkata: “Pisau terbang itu menembus hingga ke dalam dinding ini!”

“Apa!”

Air wajah Eugene Mo berubah drastis. Dia pergi menghampiri Vivi Su untuk melihatnya sendiri. Dia hanya menemukan pada dinding di atas kepala Vivi Su terdapat lubang sebesar uang logam. Di dalamnya dapat terlihat bagian dari pisau terbang. Yang lebih menakjubkan lagi adalah, biji wijen hitam di atas kepalanya tadi juga tampak di dalam. Dengan tangan gemetaran dan berhati-hati, dia mengulurkan tangannya dan mengambil kedua belahan biji wijen itu keluar dari dalam lubang. Dia terdiam untuk waktu yang cukup lama dan tidak bisa berkata-kata,

Seluruh aula itu juga menjadi hening. Ekspresi wajah Eugene Mo cukup untuk menjelaskan semuanya. Anak muda ini benar-benar bisa membelah biji wijen itu menjadi dua bagian. Dia bahkan melakukannya dengan mata tertutup!

Apakah dia manusia?

Banyak orang yang menatap Erik Luo seolah mereka sedang melihat monster. Erik Luo melepaskan kain serbet dan bertanya: “Tadi barusan, siapa yang berkata bahwa dia akan menelan pisau terbang ini bulat-bulat? Aku masih punya banyak.”

Tidak ada orang yang berani mengeluarkan suara di tempat itu. Semuanya masih dalam keadaan kaget dan ngeri melihat kehebatan tangan Erik Luo.

Vivi Su menghela napas panjang. Di dalam matanya yang indah juga tersirat ketakjuban. Baru sekarang ini dia sungguh-sungguh mengagumi kehebatan Erik Luo tanpa meragukan apa-apa lagi.

“Ah…” Eugene Mo membuang biji wijen yang berada di dalam tangannya. Menyeret Anton Zhang sampai ke hadapan Erik Luo dan berkata: “Minta maaf kepada Tuan ini.”

“Maaf! Maaf!” Anton Zhang mana berani membantah. Tidak henti-hentinya dia meminta maaf.

“Pergilah!” Eugene Mo menendangnya keluar pintu. Lalu dia memberi hormat kepada Erik Luo dan berkata: “Eugene Mo tidak bisa mengenali kehebatan Tuan dan telah melawan Tuan. Mohon pengertiannya.”

“Tidak apa-apa.” Erik Luo melambaikan tangannya. Dia bangkit berdiri dan berkata: “Sudah cukup makanan hari ini. Saatnya kita berangkat.”

“Tuan, mohon tunggu sebentar.” Eugene Mo dengan panik berkata: “Aku pikir apakah Anda juga hendak bersiap-siap pergi ke Kota Lop Nor untuk mengadu nasib. Bagaimana kalau kita berjalan bersama-sama. Biarkan aku melayanimu sembari aku memintamu untuk mengajariku beberapa hal.” Dia sungguh-sunggu memiliki banyak sekali pertanyaan.

“Boleh juga.” Tanpa ragu Erik Luo menyetujui permintaannya. Meskipun dia telah mengganti wajahnya, tetapi Vivi Su dan Dragon Tu masih bisa dikenali orang. Apabila mereka bergabung dengan kelompok perjalanan Keluarga Mo, mungkin dapat menjadi kamuflase yang baik.

Ketiga orang itu mengikuti Eugene Mo datang ke sebuah kamp penginapan. Kamp ini terdiri dari beberapa bangunan kecil. Seperti hotel dengan lingkungan yang elegan. Begitu masuk ke dalam, mereka langsung berpapasan dengan seorang wanita cantik yang cukup berisi dan berkata: “Siapa yang membolehkanmu membawa orang luar masuk ke sini?”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu