Yama's Wife - Bab 91 Tak Tahu Malu
Wanita itu tidak meminta maaf, hanya berkata kepada anak itu dengan sangat lembut, “Tidak boleh menendang kakak ya, celana kakak kotor karena ditendang kamu."
Anak itu hanya menatapku, dan setelah beberapa saat mulai lagi ….
Aku ingin mengatakan anak itu masih kecil, masih banyak hal yang tidak diketahui anak, orang dewasa yang tidak menghormati orang lain, apapun alasannya, itu disebut tidak tahu malu. Alam semesta kecil di hatiku sangat ingin meledak, tapi sejak aku masih kecil, aku punya kepribadian yang relatif lemah, dalam situasi seperti ini, pada akhirnya aku menahannya, meskipun aku berada di ambang ledakan, tapi aku tidak memperlanjutnya.
Aku juga tidak mau mengakui bahwa aku memiliki karakter pengecut, hanya saja keluargaku lebih mengekangku ketika aku masih muda, aku diajari untuk tidak berkonflik dengan orang-orang di luar begitu saja, jadi ini harusnya lebih sebagai semacam toleransi.
Setelah beberapa saat, aku sedikit mengantuk, kemudian aku bersandar di kursi dan tidur siang. Dalam keadaan linglung, aku merasa ada seseorang yang sedang menggerakkan tas ransel di pangkuanku, aku membuka mata dengan waspada, lalu melihat anak yang menendangku sebelumnya sedang membuka ritsleting tas ranselku, dia sudah mengeluarkan barang-barangku dari dalam tas ransel tersebut. Sedangkan ibunya malah sedang berbicara sambil tertawa dengan lawan bicaranya secara diagonal.
Apa yang dilihat anak ini adalah makanan di tasku, yang disiapkan orang tua untukku sebelum aku pergi. Sebenarnya, awalnya, jika anak ini berperilaku sangat baik, aku akan memberinya makanan, tetapi sekarang aku menolak, aku tidak ingin meladeninya, jadi aku mengambil tangannya, melepaskannya dari ransel, lalu menutup ransel, awalnya kupikir begini saja tidak masalah, siapa sangka anak itu malah menangis.
Ibunya menoleh dan bertanya, “Sudah tanya?"
Anak itu menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu berkata, "Kakak mendorongku …."
Ibu anak itu bertanya dengan wajah tenang, "Mengapa kamu mendorong anakku?"
Aku berkata, "Aku tidak mendorong anakmu, anakmu-lah yang sembarangan membuka ritsleting ranselku dengan seenaknya, aku hanya melepaskan tangannya dari ranselku saja."
Wanita itu tiba-tiba menjadi lebih marah, "Anakku masih sangat muda, apa maksudmu anakku itu mencuri barang-barangmu? Dia merasa itu asik, jadi menyentuh barangmu, apa perlu sebegitu perhitungannya dengan anak kecil? Dari penampilan, sepertinya kamu anak sekolahan ya? Apakah setelah belajar bertahun-tahun itu kamu tidak mendapat hasil apapun?"
Pasangan yang duduk di seberangku mengerutkan kening, mungkin berpikir bahwa wanita itu sedikit menyebalkan dan terlalu berlebihan, tetapi mereka juga tidak berbicara.
Awalnya aku sudah sangat kesal dengan perjalanan jarak jauh ini, tapi malah menjumpai hal semacam ini, amarahku juga muncul, “Kakak, kulihat sepertinya kamu tidak pernah bersekolah ya, jadi menurutmu apa itu masuk akal? Mana mungkin aku tidak mendapat hasil apapun dari sekolahku, kamu hidup lebih lama dariku, sepertinya hidupmu juga sia-sia. Anakmu itu dari awal sembarangan menendang-nendang aku, kubilang apa? Sembarangan menyentuh barang orang lain, tidak takut nanti kalau sudah besar jadi anak yang tidak baik? Aku hanya melepaskan tangannya dari ranselku, tapi dia malah berkata aku mendorongnya, apa boleh sembarangan menyentuh barang milik orang lain, lalu orang lain itu merasa sangat hebat? Aku hanya sedang melindungi privasiku, aku tidak merasa telah melakukan kesalahan, lebih baik kamu urusi saja anakmu sendiri. Selalu bilang yang muda menghormati yang tua, kamu mengurusi anakmu seperti ini, cepat atau lambat anak ini akan hancur di tanganmu!"
Wanita itu tidak terima dikatai seperti itu olehku, dia mulai menimbulkan masalah pada orang-orang sekitar, segala macam alasan dia keluarkan, tidak masuk akal, tidak berkualitas. Aku juga malas meladeninya, jadi aku memalingkan muka dan menatap ke luar jendela, tidak meladeninya.
Aku tidak meladeninya, dan dia terus berbicara lebih semangat, dia semakin merasa anaknya dianiaya, seolah aku melepaskan tangan itu, di matanya seperti aku menampar anak itu saja.
Ketika dia berbicara lebih semangat, dia masih menolak sikapku yang mengabaikannya, jadi dia meraih lenganku dan berkata, “Coba bilang apakah yang kamu lakukan itu benar atau tidak, sudah sebesar ini masih saja perhitungan dengan anak kecil, apa orang tuamu tiadk mengajarimu?!"
Aku mengibas tangannya dan bangkit berdiri, “Orang tuaku mengajariku untuk tidak berkonflik dengan orang-orang di luar, harus bersikap baik kepada orang lain. Oleh karena itu, setelah anakmu menendangku berkali-kali, aku tidak mengatakan apa-apa, saat aku tidur, anakmu malah sembarangan mengutak-atik tas ranselku, kenapa kamu terus berceloteh padaku tentang masuk akal atau tidaknya? Aku malah ingin bertanya bagaimana orang tuamu mengajarimu, umurku jika dibandingkan dengan umurku, sepertinya aku masih termasuk anak kecil, kan? Kenapa kamu terus saja berceloteh tanpa hentinya di sini? Kuperingatkan padamu, kalau kamu menggangguku lagi, aku akan menelepon polisi."
Raut wajah wanita itu menjadi jelek, penampilannya yang sederhana itu menjadi mengerikan, “Gila, kamu pikir aku takut padamu? Kamu harus minta maaf kepada anakku!"
Aku merasakan kesejukan liontin giok di dadaku, saat kesadaranku belum pulih, wanita itu mengulurkan tangan dan mendorongku lagi, saat tangannya baru menyentuhku, seluruh dirinya terpental dan jatuh ke tanah, anaknya juga ikut jatuh, pada saat itu, amarah wanita itu dan tangisan anak itu bergema di seluruh gerbong, semua orang melihat kemari.
Aku tahu bahwa Devil Yama tidak tahan lagi, makanya dia turun tangan, kalau dulu, aku pasti akan mengatakan terlalu ceroboh, tapi sekarang aku tidak berpikir demikian, orang seperti ini perlu diberi pelajaran.
Wanita itu bersikeras bahwa aku mendorongnya, seseorang datang untuk membujuknya, aku tidak mengatakan sepatah kata pun, beberapa orang seperti itu, menganggap kurangnya kualitas sebagai semacam pendidikan.
Melihat keadaan semakin memburuk, wanita dalam pasangan kecil yang duduk di seberang tidak tahan lagi, dia berkata, "Kakak itu, apa yang dikatakan gadis kecil itu benar, jelas-jelas anakmu yang salah, apa ada artinya sekarang kamu berisik di sini? Kami sudah tidak tahan lagi.”
Wanita itu bangkit dari tanah sambil menggendong anak itu dan meneriaki gadis yang membantuku, “Kalian bersengkongkol, aku tidak mau bicara lagi dengan kalian, kuberitahu ya, masalah ini belum selesai, tadi kalian lihat aku dan anakku jatuh, aku sih tidak masalah, tapi anakku harus melakukan pemeriksaan di rumah sakit, kalian semua melihatnya, gadis itu yang mendorongku, dia harus bertanggung jawab dan memberi kompensasi uang!"
Gadis yang membantuku juga menjadi marah, dia berdiri dan berkata, "Mengapa kita sekongkol? Kita tidak mengucapkan sepatah kata pun setelah naik, apa kamu buta? Kamu buta, tapi kami tidak buta, anakmu terus menendang orang, tapi kamu tidak mengurusinya, tidak berpendidikan! Masih mengutak-atik tas orang lain, juga ribut di sini, tidak tahu malu! Kuberitahu padamu, dari kecil hingga sekarang, aku tidak pernah takut pada siapapun, tidak pernah bertemu dengan orang tak tahu malu sepertimu, umur sudah setua ini masih melahirkan, sudah melahirkan anak begini, tapi tidak diajari, masih lebih baik tidak usah dilahirkan sekalian!”
Para penonton di sini tidak menyangka bahwa gadis itu sedang mengejek anak kedua wanita itu, nada bicaranya saat ini menuduk moralnya yang bermasalah, tiadk mengajari anak dengan benar. Memang benar, ini adalah hal yang nyatam perilaku wanita itu sangat menyebalkan.
Polisi datang, kami belum berbicara, wanita itu langsung berceloteh tentang bagaimana anaknya ditindas dan didorong hingga jatuh, anaknya menangis sejadi-jadinya ….
Novel Terkait
My Lady Boss
GeorgeWonderful Son-in-Law
EdrickBehind The Lie
Fiona LeeCutie Mom
AlexiaThick Wallet
TessaAsisten Bos Cantik
Boris DreyUntouchable Love
Devil BuddyYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk