Yama's Wife - Bab 17 Dipukul Hantu
Bibi kecil langsung menghilang setelah selesai berbicara, aku pun langsung merasa jauh lebih lega, lalu mendengar ibuku berteriak dari luar pintu,”Alice, dengan siapa kamu berbicara? Apakah kamu masih belum tidur?”
Aku bergegas berkata,”Aku tidak berbicara dengan siapapun, aku hanya bergumam sendiri, aku akan segera tidur, kamu juga cepat tidur!”
Ibu tidak menjawab apapun lagi, ketika mendengar suara langkah kakinya menjauh, akupun berpikir aku akhirnya dapat tidur dengan tenang. Saat baru saja memejamkan mata, aku pun mendengar suara dengusan dingin yang sangat akrab bagiku, aku langsung berwaspada dan melompat dari tempat tidurku.
Tidak tahu sejak kapan Devil Yama berdiri di depan tempat tidurku, aku merasa ragu dia sepertinya sudah mendengar semua yang kubicarakan dengan bibi kecil tadi. Aku melihat ke arah topeng roh jahat berawarna hitam pada wajahnya, tidak tahu apakah suasana hatinya saat ini sedang berada dalam keadaan baik atau buruk......
“Kamu, kamu, kamu...... Mengapa kamu bisa berada di sini? Bukankah kamu sudah pergi?” Aku sedikit tertegun ketika berbicara, aku merasa dia bukanlah peniru sebelumnya, melainkan dirinya sendiri, aura yang disebarkan dari tubuhnya itu bahkan membuatku merasa bergemetar.”
Dia perlahan membungkukkan punggungnya, lalu menatapku dan berkata,”Ulangi semua ucapanmu tadi, jika kamu bisa pergi meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, apa yang ingin kamu lakukan?”
Orang yang cerdas tidak akan langsung menyerah terhadap keadaan yang berada di depan matanya, aku bergegas menarik selimutku, lalu menutupi paha dan kakiku yang terlihat, aku tahu dia berpikiran ‘kuno’. Setelah selesai mandi, aku mengenakan gaun putih yang kubawa kemari, panjang gaun itu hanya mencapai lututku, dia pasti tidak akan tahan melihatnya.
“Itu...... Aku tidak pernah berkata mengenai apa yang ingin kulakukan, kamu pasti sudah salah mendengar. Jangan selalu muncul tiba-tiba di tengah malam, aku benar-benar bisa ketakutan sampai mati oleh karena dirimu......” Aku meringkuk di bagian atas tempat tidur, hatiku benar-benar merasa takut, namun aku masih harus tersenyum kepadanya.
Dia perlahan mengangkat tangannya, selimut yang menutupi tubuhku itu langsung terbang meninggalkan diriku, aku hanya bisa menahan rok yang ikut melayang bersama dengan selimut, ketika aku mengangkat kepalaku, dia sudah berada di depan hadapanku.
Aku terkejut hingga tergesa-gesa menutupi kepalaku,”Jangan bunuh aku! Hubungan darah selalu lebih penting, aku ini sedang mengandung anakmu!”
Dia mendorongku ke permukaan tempat tidur, beranjak berdiri, dan menekanku,”Siapa yang berkata bahwa aku ingin membunuhmu?”
Dia menekanku hingga aku tidak bisa bergerak, ketika melihat topeng roh jahat yang berjarak sangat dekat dariku, hatiku pun bergemetar. Hatiku diam-diam bergumam, sekalipun kamu tidak membunuhku, aku tetap akan mati karena kehadiranmu yang terus mengejutkanku. Yama yang mulia bersikap seperti roh yang datang dan menghilang begitu saja.
Aku merasakan jarinya yang dingin itu sedang mengelus kakiku, bulu kuduk di sekujur tubuhku pun langsung berdiri dalam sekejap,”Kamu, katakan saja langsung apa yang kamu inginkan, aku....... Aku takut......” Rasa putus asaku saat ini bahkan sudah tidak bisa diselamatkan lagi, aku bahkan menyepelekan diriku sendiri karena bersikap seperti pengecut yang bahkan tertegun saat berbicara di depan hadapannya, namun aku benar-benar tetap saja tidak bisa mengendalikan rasa takut yang muncul dalam hatiku.
Dia hanya terus terdiam, jarinya yang panjang perlahan menggenggam pinggiran topengnya......
Aku bergegas memejamkan mataku, aku merasakan dirinya yang sudah melepaskan topeng dan meletakkannya di samping, jarinya kemudian terus bergerak ke arah bawah, seiring dengan lekukan leherku.
Aku tidak berani melihatnya, juga tidak berani sembarangan bergerak, pada malam empat tahun yang lalu, aku tidak sanggup bergerak, pada saat ini, aku yang tidak berani bergerak.
Dia membungkuk dan menutup bibirku, ketika merasakan bibirnya yang dingin itu perlahan menempel, aku pun membuka mataku tanpa kusadari, lalu langsung mendapati sepasang mata yang sangat kejam.
Benar, sangat kejam, jika tidak, bagaimana wajahku mungkin tiba-tiba memerah hingga hatiku ikut berdebar kencang?
Lidahnya membuka cela gigiku, lalu memaksa lidahku untuk memikatnya.
Jarinya mencubit bagian sensitifku, gambaran malam empat tahun yang lalu it uterus berputar dalam pikiranku, rasa sakit yang menyenangkan itu membuatku ingin menolaknya, namun juga tidak ingin menolaknya......
Tubuh yang tiba-tiba terisi membuatku terkejut hingga seluruh tubuhku bergemetar, aku ingin memberontak, namun dia menggenggam pergelangan tanganku.
“Tubuhmu masih saja seperti itu, benar-benar menawan hingga tidak bisa dideskripsikan......”
Ucapannya ini membuat wajahku memerah dan hatiku berdebar kencang, aku menatap wajah tampannya yang tidak tertutup sedikitpun dan merasa sedikit tidak nyata. Tidak ada penampilan yang menakutkan, tidak ada wajah yang ganas, juga tidak terlihat pucat seperti roh biasa, dia hanya memiliki pesona yang benar-benar tidak tertahankan.
“Penampilanku tidak mengecewakanmu, bukan? Mengapa kamu terlihat seperti tercengang?” Dia menampilkan senyuman yang seakan-akan ingin memikat orang lain.
Aku memejamkan mataku dengan sedikit perasaan canggung, aku kini hanya khawatir apakah mataku akan dikorek atau tidak setelah aku melihatnya......
Dirinya yang tiba-tiba menggila itu hanya membuatku merasa tidak tahan, aku hanya bisa menggenggam bantal yang berada di bawah tubuhku, rumah di pedesaan ini tidak memiliki sistem kedap suara, aku tidak ingin membiarkan orang lain mendengar suara apapun.
Setelah beberapa saat berlalu, dia menggenggam kakiku dan mengangkat kakiku, lalu berbicara dengan nada memerintah,”Buka matamu dan tatap aku!”
Aku membuka mataku, selain dari pada wajahnya yang patut dijuluki sebagai sebuah ‘bencana’, aku melihat bentuk tubuhnya yang sempurna, lalu di bawahnya adalah......
Aku mengulurkan tanganku dan menutup wajahku,”Brengsek......”
......
Pada keesokan pagi harinya, ibuku membangunkanku, aku tergesa-gesa mengenakan pakaianku sambil menatap ke arah pintu,”Ibu, jangan masuk dahulu, aku akan mengenakan pakaianku terlebih dahulu, kemarin malam terasa terlalu panas, jadi aku tidur tanpa mengenakan pakaian.......”
Pada saat aku baru saja selesai berbicara, ibuku langsung membuka pintunya,”Kita adalah wanita, apa yang kamu takutkan? Pada saat kamu masih kecil, aku bahkan memandikanmu dan mengajarimu membuang air kecil.”
Aku merasa sedikit canggung, aku hanya mengenakan pakaianku di bawah selimut tipis dan berkata,”Ada apa? Apakah kakek ketiga dan yang lainnya sudah pergi ke bagian belakang gunung?”
Ibuku langsung terlihat tidak senang dan berkata,”Kamu tidak perlu mencampurinya! Menetaplah di sini, ketika mayat kakekmu sudah kembali, kamu hanya akan menaruh dupa dan langsung pergi!”
Aku merasa tidak rela,”Kenapa? Aku ingin melihatnya sampai dimakamkan!” Kepala kakek patah karenaku, apakah aku masih saja tidak boleh melihatnya dimakamkan?
Ibuku langsung menarikku dan berbisik,”Kamu bukannya tidak melihat apa yang sudah terjadi kemarin malam, tempat ini sangat jahat. Aku yang tidak percaya akan hal mistis saja pun sudah percaya, jika kamu mengalami kemalangan, aku......” Sebelum dia sempat selesai berbicara, tatapannya terhadap diriku pun berubah menjadi sedikit aneh.
Aku bahkan merasa tidak nyaman oleh karena tatapannya itu,”Ada apa?”
Dia menarikku ke arah pintu, lalu melihat ke arah sekeliling dengan menggunakan bantuan cahaya dan berkata,”Mengapa ada banyak sekali bekas pada tubuhmu?!”
Aku bergegas kembali ke kamar, cahaya di dalam kamar sedikit lebih redup. Aku melihat ke arah tubuhku, benar saja, ada banyak sekali bekas, kaki kiriku yang dicubit Devil Yama kemarin malam juga membiru. Aku tentu saja tidak berani menceritakan permasalahan yang terjadi kemarin malam, aku juga merasa malu menceritakannya, sehingga aku hanya bisa berpura-pura bodoh,”Aku juga tidak tahu...... Aku bahkan tidak menyadariya jika kamu tidak mengatakannya......”
Ibuku berpaling dan bersikap sangat tergesa-gesa. Aku sedang merasa tertekan, dia kemudian kembali tidak lama kemudian, dengan uang kertas serta beberapa dupa di tangannya. Dia menyalakan dupanya dan menaruhnya di depan pintu, lalu membakar uang keras dan mulai menggumamkan sesuatu.
Aku benar-benar kehabisan kata-kata, jika menyalakan dupa dapat menenangkan segalanya, maka aku tidak perlu tersiksa seprerti ini lagi, dia mungkin mengira bahwa aku dipukul hantu ketika tidur di tengah malam, jika tidak, dia tidak akan terlihat setakut itu, sehingga dia hanya ingin menyalakan dupa untuk memohon ketenangan.
Aku juga tidak mengatakan apa-apa sambil melihatnya membakar semua uang kertasnya, dia menarikku duduk di taman, pada saat ini, matahari sudah mulai bersinar, dia menyuruhku untuk duduk sambil berjemur cahaya matahari untuk menyingkirkan keburukan. Aku benar-benar kehabisan kata-kata, dari mana asal teori seperti ini?
Aku merasa sangat kesal dan sangat kepanasan ketika berjemut, pada saat aku sudah tidak tahan dia ingin kembali ke dalam kamar, suara yang teriakan yang sangat ribut pun terdengar dari arah luar......
Novel Terkait
Love From Arrogant CEO
Melisa StephanieWahai Hati
JavAliusMore Than Words
HannyLove In Sunset
ElinaThe Revival of the King
ShintaYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk