Yama's Wife - Bab 28 Giok yang Hancur

Nenekku langsung berkata setelah melihat Kakek ketiga keluar: "Kamu nanti pergi lihat-lihat ke tempat ayahnya Seacht, kedua orangtuanya sudah meninggal semalam, istrinya Seacht baru menyadarinya saat tadi pagi pergi melihat mereka. Kasihan, mereka tidak pernah menikmati kehidupan sedikit pun......"

Kakek ketiga tidak begitu terkejut, setelah hidup begitu lama, dia sudah terbiasa dengan hal perpisahaan akibat kematian ini.

Aku ingin mengatakan hal yang kulihat kepada Kakek ketiga, tapi nenek menyuruhku pergi memasak mie untuk sarapan, aku rasa dia tidak ingin membuatku kembali mengungkit hal ini, aku pada dasarnya pun bukanlah orang yang bernyali besar dan senang ikut campur urusan orang lain, makanya tidak mengungkitnya lagi.

Setelah selesai memasak mie, nenek menyuruhku menghidangkan semangkuk mie untuk Kakek ketigaku. Aku membawakan mie ke halaman rumah mencari Kakek ketiga, menyadari Kakek ketiga sedang melihat ke arah luar tembok, seakan-akan sedang melihat sesuatu. Aku keluar untuk menanyakannya: "Apa yang sedang kamu lihat? Nenek menyuruhmu makan mie......"

Kakek ketiga tidak bicara, hanya melihat ke arah di luar tembok halaman rumah, aku melihat ke sana dengan mengikuti arah pandangannya, ada banyak jejak kaki yang hampir memenuhi seluruh kawasan sekitar luar halaman rumah kami.

Aku spontan menanyakan: "Apakah ada pencuri? Ada orang yang ingin mencuri barang kita?"

Sekarang baru Kakek ketiga menerima mangkuk yang ada di tanganku dan mulai makan mie: "Bukan, melainkan Kakekmu, Kakek besar dan Nenek besar telah kembali, pantas saja ayahmu semalam menabrak pintu sepanjang malam, ternyata ingin pergi bersama mereka."

Aku bertanya dengan panik: "Bagaimana caranya ayahku tahu mereka pulang? Memangnya......" Aku tidak berani membayangkan, memangnya ayahku sudah berubah menjadi benda yang sama dengan mereka?

Kakek ketiga melihatku sekilas dan berkata: "Jangan berpikir sembarangan, membiarkan ayahmu pergi bersama mereka baru benar-benar tidak akan tertolong lagi, sekarang masih lumayan, dia hanya terkena racun zombie, aku setiap hari menggunakan beras ketan mengobati lukanya, meskipun tidak bisa pulih sepenuhnya, tapi pasti bisa sembuh dengan perlahan-lahan. Aku sudah mengikatnya, dan menempelkan kertas jimat, dia tidak akan keluar. Jangan katai Kakek ketiga tak berguna, Kakek ketiga benar-benar tak berdaya dalam hal ini, Nenek besarmu telah meninggal bertahun-tahun, racun zombienya sangat kuat, kalau ayahmu terluka akibat Kakekmu atau Kakek besarmu yang baru saja meninggal, ini tidak akan sulit untuk diatasi, hahh......"

Atas perkataannya ini, aku mulai menangis: "Maksudmu, ayahku akan berubah menjadi...... benda yang sama dengan Nenek besar dan yang lainnya? Tidak bisa tertolong lagi?"

Kakek ketiga menganggukkan kepala: "Ini hanya masalah cepat atau lambat, aku pun tak berdaya...... aku sudah mencoba segala cara yang ada, hahh......"

Sekarang baru mendengar Kakek ketiga mengatakan ayahku sudah tak tertolong, sebuah perasaan tak berdaya menjalar dalam hati, aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak mengerti dengan hal ini segelintir pun, Kakek ketiga yang merupakan satu-satunya orang yang bisa kuandalkan pun sudah tak berdaya, nenekku tidak sehebat Kakek ketigaku, jadi, ayahku sepertinya benar-benar tak tertolong lagi.

Kakek ketiga makan mie sambil mengatakan: "Jangan menangis lagi, tidak ada gunanya menangis, aku rasa alasan kenapa mereka tidak masuk ke dalam halaman rumah adalah karena ada kertas jimat yang kutempel di sudut tembok, ditambah lagi Petugas Akhiratmu itu pun telah melakukan sesuatu, kalau tidak, kita semua semalam pasti sudah mati. Sekarang kakekmu sudah tidak bisa mengenali orang lagi, dia akan menggigit siapapun setiap kali melihat ada manusia hidup. Inilah Zombie, tahu tidak? Sebelumnya kukira ditularkan oleh kucing, tapi sebenarnya berubah menjadi zombie di tempat yang penuh dengan energi negatif."

Saat aku sedang merasa sedih pun tetap berhasil ditakuti oleh Kakek ketiga, aku kurang lebih tahu hal-hal tentang zombie, berubah dari mayat berjalan menjadi zombie, ini sudah jauh melewati batas yang bisa kuterima. Ini menandakan, kami harus memikirkan berbagai cara untuk membasmi mereka, kalau tidak, semua orang desa akan celaka.

Ini sudah tidak sesederhana menemukan mayat, hatiku merinding, pantas saja ayahku bisa berubah menjadi seperti itu......

Aku menangis sambil menanyakannya: "Jadi sekarang harus bagaimana? Bagaimana dengan ayahku?"

Kakek ketiga berpikir sejenak dan berkata: "Mumpung masih pagi hari, harus segera menemukan kakekmu dan yang lainnya, membakar mayat mereka. Lalu ayahmu, kalau belum begitu mendesak, kita hanya bisa mengurungnya untuk sementara. Kamu boleh coba memohon pada Tuan Yama, lihat apakah dia ada jalan keluar atau tidak, tapi aku rasa, dia...... lagipula pekerjaannya adalah mengurus arwah orang mati, belum tentu bisa menangani hal ini."

Aku sekarang pun sudah kehilangan cara, Devil Yama itu pun berhati batu, aku tahu besarnya persentase berhasil memohon bantuannya tidaklah besar, tapi aku hanya memiliki seorang ayah saja, aku tidak akan menyerah meskipun hanya ada secercah harapan.

Aku membalikkan badan dan kembali masuk ke rumah, mengambil liontin giok itu dan memanggilnya: "Kamu dengar tidak?"

Tidak ada tanggapan, aku mengubah cara panggilan lain: "Suamiku? Bisa mendengarku tidak?"

Tetap tidak ada tanggapan, sama sekali tidak ada suara setelah sekian lama, aku dalam hati memakinya sudah tidak mempedulikanku setelah memiliki wanita baru, semalam bahkan Petugas Akhirat pun sampai mabuk, apalagi dia, mungkin saja sekarang masih berada di dunia lautan cinta dan belum bangun.

Aku tidak pernah seputus asa ini , perkataannya yang menyatakan dia akan menjamin tidak akan membiarkanku mati sudah tidak lagi kupercaya, ibuku dulu pernah berkata padaku, jangan pernah percaya terhadap mulut pria, dia merasa sangat risi terhadap berbagai ucapan manis dari ayahku dulunya, alasan utamanya adalah karena ayahku tidak mengatakan hal terkait makhluk gaib dalam keluarga kami padanya sebelum menikah.

Karena emosi, aku membuang liontin gioknya ke lantai, sebelumnya aku pernah melemparkannya berulang kali dan tidak pernah hancur, tapi kali ini, benar-benar sudah hancur. Melihat pecahan liontin giok ini, amarah dalam hatiku tidak reda sedikit pun.

Aku keluar mencari Kakek ketiga, ingin memintanya mengajariku bagaimana melakukan ritual, bagaimana cara melakukan exorcism dan semacamnya, sebelum ingin melindungi orang lain, aku harus duluan menguasai cara melindungi diriku sendiri, aku akhirnya mengerti sekarang.

Kakek ketiga sedikit terkejut saat mendengar aku ingin mempelajari hal ini: "Seorang perempuan sepertimu untuk apa mempelajari hal ini? Kalau sampai ibumu tahu, bukankah dia akan memakiku habis-habisan?"

Aku tetap bersikeras: "Aku ingin mempelajarinya! Kamu sendiri pun tahu apa yang telah kualami, energi negatif di tubuhku terlalu pekat, mudah memancing hal-hal kotor, tidak bolehkah aku belajar untuk melindungi diri? Biarkan saja ibuku mengomel sepuasnya, lagipula dia bukanlah tidak pernah melihat kejadian seperti ini......"

Kakek ketiga adalah orang yang kukagumi, sekarang pun merupakan salah satu orang yang bisa kupercaya, juga merasa sangat aman saat bersamanya. Aku merasa dia sangat hebat dalam hal ini, tidak kalah jauh dari para master atau setengah dewa.

Karena merasa kesal terus kudesak, baru dia terpaksa menyetujui akan mengajariku menggambar jimat, aku merasa ini cukup baik, kertas jimat bisa mengusir roh, ini sudah cukup baik.

Kakek ketiga membawaku serta saat pergi ke rumah orangtuanya Seacht Hong, aku menganggap diriku sebagai muridnya, membantunya membawakan barang. Sambil berjalan dia akan sambil mengatakan kegunakan kertas jimat, aku pun baru mengetahuinya sekarang, kertas jimat tidak hanya bisa mengusir roh jahat, juga bisa untuk menangkap roh jahat, membuka mata ketiga, membentuk formasi dan lain-lain...... pokoknya kegunaannya sangat beragam, Tentu saja, gambar jimat sangatlah sulit dipelajari, bahan untuk menggambarnya saja begitu banyak, apalagi setiap gambar jimat memiliki kegunaan yang berbeda-beda, sangat rumit.

Orang-orang desa membantu istrinya Seacht Hong melakukan proses pemakaman bagi dua orangtuanya ini, suara tangisan istrinya Seacht Hong menggelegar dari dalam rumah tua, terasa menusuk meskipun belum begitu dekat......

Kakek ketiga masuk ke dalam rumah, istrinya Seacht Hong mengusap air mata dan berkata: "Kakek ketiga, maaf merepotkanmu."

Kakek ketiga tidak mengatakan apapun, berjalan mendekat dan membuka kain putih yang menutupi mayat kedua orangtuanya, aku dengan jelas menyadari raut wajahnya yang berubah menjadi buruk, Kakek ketiga kembali menutupinya dengan kain tidak lama kemudian. Orangnya baru saja mati, belum masuk ke peti mati, dan mayatnya langsung ditempatkan di pertengahan rumah begitu saja, sedikit mengerikan.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu