Yama's Wife - Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
Apakah aku menindas anaknya? Dia masih mengenal beberapa orang di sini, sebenarnya siapa yang menindas siapa dari awal hingga akhir?
Polisi itu berkata dengan tidak sabar, “Sudah sudah, jangan bicara lagi, ribut-ribut apa? Sebenarnya apa yang terjadi? Satu-satu bicaranya, jangan sekaligus, aku tidak bisa mengerti."
Gadis yang duduk di hadapanku berkata, “Aku yang bicara, awalnya gadis itu duduk di sana, lalu anak kakak itu terus menendang gadis itu, tapi gadis itu juga tidak berkata apa-apa, sudah bicara satu kali, tapi kakak itu tidak peduli, belakangan gadis itu sedang tidur, lalu anak itu malah membuka tas ransel gadis itu, saat gadis itu terbangun, dia melepaskan tangan anak itu dari ranselnya. Pada akhirnya anak itu merajuk dan menangis, kemudian berkata pada kakak itu bahwa gadis itu menindasnya. Tadi dia terus berceloteh, dan entah kenapa dia terjatuh, yang pasti aku tidak melihat gadis itu mendorongnya, bagaimana kakak itu jatuh pun aku tak tahu, apa mungkin dia sengajar agar gadis itu memberinya uang sebagai kompensasi.”
Setelah mendengar ini, wanita itu tidak rela, dia bersikeras bahwa aku yang mendorong mereka. Orang-orang yang dikenalnya juga mengatakan, tidak mungkin bisa jatuh tanpa sebab, pasti aku yang mendorongnya.
Polisi itu melihatku terus tidak berbicara, lalu menatapku dan bertanya, "Gadis kecil, apakah aku mendorongnya?"
Aku berkata, "Aku tidak mengenal siapa pun di sini, kakak itu mengenal sekelompok orang itu, menurutmu apa aku berani turun tangan? Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa jatuh, lalu tiba-tiba minta kompensasi uang dariku, entah apa yang ada dalam hatinya ….?"
Saat ini, aku berbohong, aku hanya tidak mengakui bahwa kejatuhannya itu terkait dengan diriku, dia sendiri yang terlalu berlebihan.
Polisi secara alami membujuk kedua belah pihak untuk berhenti berdebat, dan memandang wanita itu dengan tegas dan berkata bahwa jika ada yang membuat masalah lagi, dia-lah yang harus diberi pelajaran.
Setelah polisi pergi, wanita itu tidak mengganggu aku lagi, hanya secara terang-terangan mengataiku dengan seseorang yang dia kenal. Aku pura-pura tidak mendengar, terserah dia saja.
Gadis yang duduk di seberangku dan aku hanya saling memandang dan tersenyum, kami semua mengerti, tidak perlu memakai bahasa apapun. Sejujurnya dia terlihat seusiaku, tapi dia tidak terlihat seperti murid lagi karena riasannya, seharusnya dari awal bukan dari satu dunia, tapi dia malah berdiri membantuku. Terkadang orang yang berpenampilan sederhana itu malah tidak tenang, tapi yang terlihat tidak tenang, malah punya hati yang baik.
Sedangkan bagi pacarnya, menurutnya mungkin sangat memalukan terlibat dalam pertengkaran seorang wanita, jadi dia terus tidak berbicara, tapi matanya tertuju pada pacarnya saat pertengkaran sebelumnya, jika perlu turun tangan, aku yakin dia juga akan maju.
Aku agak bingung dengan perilaku Devil Yama, dia tidak muncul menemuiku akhir-akhir ini. Dia hanya meletakkan mutiara energi negatif di tepi ranjangku. Aku dan dia bisa dibilang terjebak dalam perang dingin, ini yang kedua kalinya. Pertama kali karena wanita bernama Yasmine, kali ini juga ….
Jelas-jelas aku tidak benar-benar bertengkar dengannya, tetapi setiap kali dia menyebut nama wanita itu, sepertinya aku dan suasana hatinya membentuk pemahaman diam-diam, dan keduanya jatuh ke titik terendah, tidak ada yang peduli. Aku tahu aku keberatan akan apa, apa dia juga tahu apa yang dirinya pikirkan?
Aku mengeluarkan sebotol minuman, meneguk dua kali dan menaruhnya di atas meja di tengah, setiap orang yang naik kereta tahu bahwa ada tempat seperti meja di antara dua baris kursi.
Aku juga tidak membutuhkan makanan di dalam tasku, aku menjulurkan tanganku ke dalam ransel, lalu mengeluarkan sebutir mutiara energi negatif dari kotak dan memasukkannya ke dalam mulut, orang lain akan berpikir ini semacam permen, orang biasa tidak akan tahu apa itu.
Saat aku sedang makan, anak yang dipegang oleh wanita di sampingku terus menatapku, menatapnya dengan tatapan memelas, hatiku sedikit luruh, aku ingin memberikan makanan dari tasku dan berikan saja padanya. Tapi hal yang terjadi sebelumnya membuatku ragu, pada akhirnya aku tidak memberikannya.
Aku terus bersandar di kursi, rasanya terlalu lelah untuk duduk selama sembilan jam.
Segera setelah aku tertidur, aku mendengar gadis yang duduk di seberangku berteriak, “Anakmu mengutak-atik barang orang lain lagi, kamu tidak urusi?!”
Aku membuka mataku, wanita di sebelahnya menarik anaknya ke arahnya, sebelumnya anak itu duduk di tengah. Aku melihat anak itu memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, aku menggosok mataku, lalu terkejut dan berkeringat dingin. Aku menjulurkan tangan untuk melihat isi tasku, kotak kayu itu sudah dibuka, anak itu memakan mutiara energi negatif!
Melihatku menatap anak itu dengan saksama, wanita itu berkata dengan marah, "Apa yang anakku makan darimu? Aku akan membayarnya, sepertinya permen? Berapa harganya?"
Aku sedikit marah pada saat itu, lalu berkata dengan datar, "Apa yang dia makan tidak berharga uang, tidak perlu bayar …." Yang harus dia tanyakan adalah seberapa berharga nyawa anaknya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika orang biasa memakan mutiara energi negatif ….
Aku memandang anak itu dalam diam, hanya melihat bahwa bibir dan wajah anak itu mulai membiru, reaksi pertamaku adalah efek dari memakan mutiara energi negatif itu, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa.
Setelah wanita itu menyadari ada yang tidak beres pada anaknya, pertama dia memanggil anak itu terlebih dahulu, anak itu sudah tidak bisa menjawab lagi, dia mulai kejang, meringkuk seolah dia kedinginan. Wanita itu menatapku dengan kejam, "Racun apa yang kamu berikan padanya? Apa yang kamu berikan padanya tadi?!"
Baru saja aku ingin bicara, suara Devil Yama datang dari liontin giok itu, "Nasib anak ini ditentukan oleh ibunya, itu bukan urusanmu."
Dalam hati aku berpikir, haruskah aku melihat anak ini mati? Tapi ada begitu banyak orang di sini, sulit bagiku untuk bertanya pada Iblis Yama, nanti aku malah dikira orang gila yang bicara sendiri.
Aku memakan dua butir mutiara energi negatif yang tersisa dari dalam kotak, di depan semua orang aku berkata, "Apa yang dia curi barusan adalah apa yang baru saja aku makan, sebutir permen saja, aku tidak tahu apa yang terjadi pada anakmu, cepat cari orang buat bantu ….”
Aku benar-benar tidak menyangka setelah bertengkar sebelumnya, wanita ini masih akan membiarkan anaknya mengobrak-abrik barang orang lain dengan santai, melihat aku makan mutiara energi negatif, anak itu mengira itu permen, lalu mengambil kesempatan saat aku tidur untuk mencurinya. Sekarang jadi begini, Devil Yama juga tidak akan membiarkanku mengurusinya, lagipula aku juga tidak berdaya, mutiara energi negatif itu dimakan oleh orang biasa, akan menjadi seperti apa efeknya aku tidak tahu, tentu saja aku juga tidak tahu cara memperbaikinya.
Kereta terpaksa berhenti, anak itu dibawa ke rumah sakit terdekat, polisi menanyakan alasannya dengan jelas, juga tidak mempermasalahkan ‘permen’ itu, karena semua orang melihat aku memakannya dan tidak kenapa-kenapa, tapi anak itu malah terkena masalah, polisi juga tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan dari tas ranselku, misalnya obat-obatan atau yang lainnya. Ketika berita dari rumah sakit datang, hatiku merasa sedikit berat ….
Novel Terkait
Baby, You are so cute
Callie WangAfter The End
Selena BeeGue Jadi Kaya
Faya SaitamaMeet By Chance
Lena TanDark Love
Angel VeronicaEverything i know about love
Shinta CharityYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk