Yama's Wife - Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
Setelah kakek ketigaku menggambar 3 kertas jimat lagi, dia memberikan kuasnya padaku: "Cobalah, harus tulus dan fokus saat menggambar, kalau tidak, jimat yang kau gambar hanya akan jadi kertas sampah."
Aku memberanikan diri untuk mencoba menggambar selembar, kakek ketigaku mengambil dan melihatnya, raut wajahnya langsung murung......
Nico Li yang ada di samping tertawa terbahak-bahak, aku tidak terima, aku rasa, meskipun tidak sebagus gambar kakek ketiga, tapi setidaknya sudah ada bentuk dasarnya, aku merampas kertas jimat dari tangan kakek ketigaku dan berjalan ke arah Malaikat Maut Hitam Putih yang ada di halaman rumah.
Saat Malaikat Maut Hitam Putih melihat aku membawakan kertas jimat, matanya melotot lebar: "Ratu Kecil, Anda......"
Aku tidak mengatakan apapun, langsung menempelkan kertas jimat itu ke keningnya Malaikat Maut Hitam Putih, Malaikat Maut Putih merasa ketakutan dan mundur begitu jauh, lalu melihat tubuh Malaikat Maut Hitam yang mengkaku tak berkutik, hatiku merasa riang, merasa ini bukanlah sama sekali tidak berguna......
Tepat saat aku merasa sedikit senang, Malaikat Maut Hitam mengangkat tangannya mencabut kertas jimat itu dan berkata dengan lemah: "Ratu Kecil...... ini...... ini tak berguna...... mengagetkanku saja......"
Aku awalnya berniat menggunakan mereka untuk mengujinya, siapa sangka malah benar-benar tak berguna. Aku kembali ke dalam rumah, Nico Li sudah tertawa sampai memegang perutnya, aku merasa sedikit sedih: "Kakek ketiga...... aku tidak bisa......"
Kakek ketiga menghela napas dan berkata: "Awal-awal memang seperti ini, belajar pelan-pelan, aku peragakan sekali lagi, jangan peduli apakah hasil gambar jimatnya bisa berguna atau tidak, pertama-tama kamu harus bisa menggambar, kalau tidak bisa, semuanya hanya sekedar omong kosong."
Aku meminta diajari dengan rasa bersalah, namun tak berguna, satu jam kemudian, raut wajah kakek ketigaku sekarang sudah garang, terlihat bakalan memarahiku kapan pun saja. Aku sendiri pun sudah tidak percaya diri lagi: "Bagaimana kalau...... mengajariku gambar jimat yang lebih sederhana......"
Nico Li sudah tertawa sampai puas, dia berjalan mendekat mengambil kuas dalam tanganku sambil berkata: "Jangan menyia-nyiakan waktu dan bahan lagi boleh tidak? Aku tidak pernah menemui orang sebodoh kamu, saat aku seusiamu ini, aku sudah mahir menggambar jimat!"
Aku kesal: "Memangnya umurmu sudah tinggi, kalau kamu lebih tua 8 tahun dariku, aku akan bertemu roh setiap hari!"
Nico Li melihatku sekilas dengan perasaan tak berdaya sambil berkata: "Bukankah kamu tetap saja menemui roh di setiap hari? Jangan banyak omong kosong, mari, lihat dengan serius. Kamu harus menganggapnya bagaikan sedang menggambar, tidak harus mencontohi gambar orang lain sama persis......"
Ternyata benar, gerakan menggambar Nico Li sangat lancar, gambar jimat kakek ketigaku terlihat lebih sesuai aturan, sedangkan gambar jimat Nico Li sama tidak beraturannya seperti orangnya, meskipun isinya kurang lebih sama. Hal ini serupa dengan menulis, tulisan tangan setiap orang pasti berbeda-beda, jimat yang digambarnya memancarkan aura kesembronoan anak muda dari berbagai sisi.
Aku akui, aku hanya sekedar kesal karena dia mengatai pakaianku norak, dia sebenarnya memang lebih hebat dari berbagai segi, aku pun tidaklah begitu membencinya, mungkin saja hatiku sedikit demi sedikit mulai mempercayainya.
Sesaat kemudian baru kusadari, diajari gambar jimat oleh kakek ketigaku merupakan hal yang sangat membahagiakan, sekarang saat Nico Li yang mengajariku, dia tidaklah begitu galak, tapi dia akan menepuk tanganku setiap kali goresan kuasku salah, hal ini terus berulang entah sudah keberapa kalinya, tanganku sudah merah ditepuknya, di saat bersamaan, aku mulai bisa menggambar sebuah jimat yang lebih layak.
Nico Li berkata dengan tak berdaya terhadap kakek ketigaku: "Orang yang lebih tua selalu bilang tidak akan berhasil kalau tidak dipukul, ucapan ini ternyata pantas dipercaya, lihatlah, Kakek Fan, dia tetap tidak bisa setelah kamu ajari begitu lama, tapi saat diajari olehku, dia langsung bisa secepat itu, meskipun hasilnya sangat berantakan bagaikan dilindas ceker ayam, tapi setidaknya masih layak dilihat."
Kakek ketigaku malah menghela napas lega: "Maaf merepotkanmu."
Aku mengambil kertas jimat itu dan berjalan ke halaman rumah lagi, Malaikat Maut Hitam Putih sudah tak panik saat melihatku sekarang, mungkin karena merasa aku tidak akan mampu menggambar dengan baik. Malaikat Maut Hitam bahkan berinisiatif maju dan berkata: "Ratu Kecil tempelkan saja padaku untuk mengujinya."
Aku menempelkannya ke keningnya tanpa merasa segan, lalu dia mundur ke belakang sejauh beberapa langkah, terlihat bagaikan telah ditabrak oleh orang lain. Kertas jimat yang ada di dahinya pun terbakar dan terjatuh ke tanah.
Malaikat Maut Putih tertawa: "Kakak, kamu...... kamu tidak kenapa-napa kan?"
Saat melihat Malaikat Maut Hitam yang berekspresi sedih sambil memegang keningnya, aku mulai memiliki sedikit rasa pencapaian, sebelumnya saat dipukul oleh Nico Li, aku sudah memakinya entah berapa kali, sekarang malah sama sekali tidak membencinya lagi, sebaliknya malah sangat berterima kasih padanya.
Saat aku kembali ke dalam rumah, Nico Li dan kakek ketigaku sama-sama berdiri di depan meja dan menggambar kertas jimat dengan sangat serius. Kecepatan kakekku dalam menggambar kertas jimat sudah cukup cepat, tapi kecepatan Nico Li malah jauh 2 kali lipat lebih cepat dari kakek ketigaku.
Nico Li yang sedang menggambar kertas jimat sekarang tidak sesembrono seperti sebelumnya, dia berekspresi sangat serius, terlihat memang seperti seorang Onmyoji sungguhan, aku sekilas merasa dia dan dia yang sebelumnya bagaikan dua orang yang berbeda, jangan-jangan orang ini memiliki dua kepribadian?
Melihat aku terus berdiri melamun di samping, Nico Li langsung berkata: "Kenapa hanya lihat saja? Ayo pilah kertas jimat yang berbeda-beda dan kelompokkan, ini akan digunakan untuk nanti malam. Kertas jimat yang baru selesai digambar harus ditiup dulu, mudah kering, jangan sampai meletakkan yang belum kering jadi setumpuk lalu jadi berantakan. Jangan sampai salah ya, sedikit kesalahan kecil bisa saja merengut nyawa."
Aku merasa kesal atas perintahnya, tapi saat melihat wajahnya yang begitu serius, aku tidak enak hati menolaknya......
Aku mulai mengerjakan suatu hal yang terus berulang, mengambil kertas jimat, meletakkannya di depan mulut dan meniupnya, lalu meletakkannya di samping......
Setelah mereka selesai menggambar, pipiku terasa sangat sakit, juga sedikit pusing.
"Sudah selesai, semuanya sudah beres, hari masih cerah, aku tidur dulu sejenak." Nico Li melemparkan kuasnya sembarangan, duduk di atas kursi, bersandar ke belakang dengan kepala menengadah ke atas, lalu memejamkan mata.
Saat melihat lehernya yang putih terpangpang di depan pandangan mataku, aku tiba-tiba memiliki niat untuk mencekiknya, dia kira yang cape hanya dia seorang, sama sekali tidak tahu diri dan tidak jaga sikapnya di rumah orang lain......
"Kakak, kamu tahu cara memulihkan orang yang terkena racun zombie tidak?" Kakek ketiga tiba-tiba melihat Nico Li dan bertanya.
Dia memanggil Nico Li kakak, ini menandakan dia sangat menghormati Nico Li. Baru saja kenal tidak begitu lama, nenekku malah memperlakukannya dengan begitu baik, bahkan kakek ketigaku pun sedemikian rupa, bagian mana yang disenangi orang lain dari orang seperti dia ini?
Nico Li berkata dengan nada bicara bermalasan: "Tahu, hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat untuk memulihkannya, malam ini, para orang mati itu pasti akan duluan datang kemari mencari 'teman sejenis', kita bicarakan lagi nanti setelah selesai membereskan mereka."
Aku bagaikan telah melihat cahaya matahari, Nico Li tahu cara menyelamatkan ayahku, ini membuatku sangat terkejut. Kakek ketiga saja sudah tak berdaya, tapi dia malah mengatakannya dengan begitu santai.
Kakek ketiga mengelus hidungnya dan berkata dengan serius: "Tapi bagaimana kalau nantinya orangnya berhasil dibawa pergi oleh para orang mati itu? Asalkan dia terkena darah, dewa pun tak akan mampu menyelamatkannya."
Nico Li tertawa: "Memangnya para orang mati itu sehebat itu? Lihat saja nanti. Kakek Fan, kalau kamu begitu luang, pusingkanlah cucu perempuan keponakanmu, Anda begitu hebat, tapi kenapa dia malah begitu bodoh?"
Novel Terkait
Cinta Seorang CEO Arogan
MedellineCEO Daddy
TantoPerjalanan Selingkuh
LindaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelThe Sixth Sense
AlexanderBlooming at that time
White RoseBaby, You are so cute
Callie WangYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk