Yama's Wife - Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
Kakek ketiga tiba-tiba menghentikan langkah kaki, melambaikan tangan dan berkata dengan suara kecil, energi negatif dari barang di dalam ini terlalu pekat, kalau masuk begitu saja, kita akan mati terkikis oleh energi negatif ini sebelum berhasil menemukan pemilik tempat ini.
Aku merasa panik: "Tapi bukankan Devil Yama menyuruh kita mencari jawaban di sini? Mana bisa kalau tidak masuk? Meskipun memang sedikit dingin...... tapi seharusnya tidak akan sampai membuat kita mati bukan?"
Petugas Akhirat melihat ke arah pedalaman gua: "Energi negatif dari benda di dalam terlalu pekat, sebaiknya kita mundur dulu, Ratu Kecil, Anda sedang hamil, meskipun energi negatif di tubuhmu juga pekat, tapi kamu adalah manusia. Sedangkan hamba pada dasarnya adalah makhluk gaib, tentu saja tidak akan kenapa-napa, tapi Anda dan Kakek ketiga tidak boleh."
Petugas Akhirat saja sudah berkata seperti ini, aku tentu saja tidak akan berani bertindak sembarangan, kalau tidak, nyawa akan melayang, kalau sampai 'janin' yang ada dalam perut kenapa-napa, takutnya setelah aku mati dan tiba di Underworld, Devil Yama itu pasti tidak akan melepaskanku.
Setelah keluar dari gua, akhirnya kembali merasakan kehangatan, aku menghela napas lega. Setelah kembali ke desa, hari sudah mulai gelap, Kakek ketiga menyuruhku pulang duluan, sedangkan dia pergi ke desa membawakan semua perlengkapannya, aku pun tidak tahu apa yang ingin dia lakukan.
Saat kembali ke halaman rumahku, nenekku duduk di halaman rumah dan mengipas-kipas diri, melihat aku telah pulang, dia berkata: "Mana Kakek ketigamu? Panggil dia untuk makan."
Aku berkata: "Dia berada di desa, tidak tahu sedang apa, seharusnya sebentar lagi akan pulang."
Setelah Petugas Akhirat mengikutiku datang ke hadapan nenek, nenekku melompat berdiri dari kursi: "Alice, jangan gerak!"
Aku terkejut dan merinding: "Ada apa?!"
Mulut nenekku mulai menggumamkan ucapan yang tidak kumengerti, perkataannya sangat cepat, dia biasanya tidak akan terkejut seperti ini, ini terlihat bagaikan sedang melakukan exorcism, aku merasa bingung. Lalu Petugas Akhirat di sampingku menepuk bahu nenekku dan berkata: "Nenek, aku bukan roh jahat, aku adalah Petugas Akhirat, Tuan Yama menyuruhku menjaga keselamatan Ratu Kecil, jangan membaca mantra lagi, tidak ada gunanya."
Setelah itu baru nenekku merasa lega: "Bilanglah dari awal, bikin kaget saja, aku kira Alice telah membawa pulang makhluk gaib......"
Aku juga merasa lega, nenekku hanya bisa merasakan keberadaan Petugas Akhirat, sebelumnya Kakek ketiga sepertinya telah mengusap matanya sebentar baru bisa melihat Petugas Akhirat ini, nenekku seharusnya tidak bisa melihatnya. Sedangkan aku yang tidak melakukan apapun, entah kenapa malah bisa melihat Petugas Akhirat ini, mungkin karena energi negatif di tubuhku terlalu pekat.
Nenekku masuk ke rumah untuk menghidangkan nasi dan sayuran, menyuruhku duluan makan kalau sudah lapar. Aku memang sudah lapar, setelah mendaki gunung, aneh kalau tidak lapar.
Nenek kembali mempersiapkan nasi dan sayuran di mangkuk lain lalu menempatkannya ke meja kecil, juga menghidupkan dupa, meletakkan sebuah kursi di depan meja kecil: "Pak Petugas Akhirat, maaf telah merepotkan."
Petugas Akhirat pun tidak merasa segan, dan mulai duduk di atas kursi, aku melihat uap yang berasal dari nasi dan sayuran di meja kecil, juga asap dari dupa telah dihirup oleh hidung Petugas Akhirat. Melihat di atas meja kecil terdapat semangkuk pig's trotters, sedangkan di atas meja tempatku berada malah tidak ada, aku merasa sedikit tidak senang: "Nenek, aku ingin makan daging......"
Nenek melototiku dan berkata: "Jangan bicara, masih ada di panci, aku ambilkan untukmu."
Petugas Akhirat bangun dan menangkup kepalan tangan: "Maaf atas ketidaksopananku......"
Aku tersenyum: "Tidak apa...... cukup asalkan kamu senang......"
Aku hanya merasa sedikit kesal, nenekku melayani Petugas Akhirat bagaikan melayani leluhur, sedangkan aku yang merupakan cucu perempuan kandungnya malah tak bisa memakan sepotong daging pun.
Sesaat kemudian, Petugas Akhirat berkata terhadapku: "Ratu Kecil, hamba harus kembali ke Underworld sebentar, untuk melapor keadaan pada Raja Yama, dan akan kembali sebelum pagi tiba, mohon Anda jangan pergi sembarangan dalam jangka waktu ini, sebaiknya jangan keluar dari halaman rumah."
Maksudnya adalah aku jangan keluar, aku menanggapinya: "Aku tahu, aku pun tidak akan keluar karena bosan tidak ada kerjaan, tempat ini tidak aman, aku tahu itu."
Setelah Petugas Akhirat mendengar aku berkata seperti itu, dia berubah menjadi segumpal asap hijau dan menghilang.
Melihat nasi dan sayuran di atas meja kecil masih utuh seperti saat baru dihidangkan tadi, aku merasa sayang kalau dibuang, makanya mengambil sumpit hendak pergi menjepit potongan daging yang paling besar, sebelum sempat mengambilnya, tanganku langsung ditampar nenekku dan sumpitku terjatuh: "Kamu berani memakan makanan yang pernah dimakan makhluk gaib? Tidak takut mati!"
Ada bahaya apa memangnya? Memangnya sayuran enak sebanyak ini harus dibuang sia-sia begitu saja? Jelas-jelas tidak tersentuh sedikit pun......
Nenek membawa pergi dupa yang hampir habis terbakar, karena nenek telah mengatakannya, jadi aku pasti tidak boleh memakannya, lalu kembali mengambil sumpit lain dengan kesal dan lanjut makan, saat sedang makan, Kakek ketiga telah kembali, dia sepertinya juga sudah kelaparan, mengambil sepasang sumpit dari mejaku lalu berjalan ke arah meja kecil. Saat aku hendak berkata, dia malah sudah memausukkannya ke dalam mulut.
Aku melongo melihat dia memuntahkan sayurnya keluar: "Apa ini......"
Aku sedikit takut Kakek ketiga akan memarahiku karena tidak segera memperingatinya, tapi tetap saja mengatakannya: "Err...... Sudah pernah dimakan oleh Petugas Akhirat......" Suaraku sangat kecil, ini bukan salahku, dia sendirilah yang terlalu buru-buru. Kalau dia melihat dupa tadi, pasti tidak akan kenapa-napa, dan akan tahu bahwa makanan di atas meja ini tidak boleh dimakan, tapi nenek baru saja membawanya pergi.
Kakek ketiga meletakkan sumpit melihatku dengan kesal dan berkata: "Dasar kamu, kenapa tidak bilang dari awal?"
Aku sedang mengeluh dalam hati, jelas-jelas kamu sendiri yang terlalu buru-buru, malah menyalahkanku. Tapi aku tidak mengatakannya keluar, aku takut terhadap siapapun dalam keluarga ini, karena aku termasuk anak yang sangat penurut, membantah perkataan orang tua saja tidak pernah, apalagi sampai memberontak dan bertengkar.
Kakek ketiga sudah selesai makan dalam waktu singkat, lalu pergi melihat ayahku, setelah itu pergi tidur setelah berpesan pada nenekku. Hari sudah gelap, kelihatannya masih cukup normal, setidaknya masih bisa mendengar suara kodok dan serangga.
Aku sudah selesai mandi, duduk di halaman rumah mencari kesejukan, memang kurang nyaman tanpa ketidakhadiran Petugas Akhirat, nyamuk sangat banyak. Aku terkadang akan menampar kaki dan lenganku, entah sudah menepuk mati berapa banyak nyamuk.
Pintu halaman rumah tiba-tiba berbunyi, aku terkejut dan melihat ke arah pintu, di bawa sinar rembulan, sebuah sosok yang kecil berdiri di sana melihatku, tubuhnya sangat kotor, baju yang dikenakan pun sangat kusam, kelihatannya merupakan anak kecil sekitar umur 4 sampai 5 tahun.
Setelah memiliki pengalaman bertemu dengan roh kecil di hutan sebelumnya, aku mulai mewaspadai anak kecil ini: "Kamu siapa?" Aku sengaja bicara menggunakan bahasa daerah di sini, takut dia tidak mengerti.
Dia tidak langsung menjawabku, hanya berjalan 2 langkah mendekat ke halaman rumah, tapi sepertinya terlihat ketakutan, tidak berani terlalu mendekat denganku: "Ibuku...... ibuku tidak masak, aku lapar, ibu menyuruhku keluar mengemis makanan sendiri......"
Setelah mendengarnya, aku seketika menjadi naik pitam: "Siapa ibumu?! Begitu kejam!"
Anak laki-laki itu mengangkat lengan mengusap wajahnya dan berkata: "Ibuku bernama Mila Chen, kakak kenal tidak?"
Aku tidak bisa mengingat siapa Mila Chen ini dalam waktu singkat, orang desa begitu banyak, mana mungkin aku bisa menghafal nama setiap orang. Aku memanggilnya masuk, menyuruhnya menunggu sebentar, lalu pergi ke dapur mengambil makanan untuknya. Nenek sedang membereskan alat makan, melihat aku sedang mencari makanan, dia menanyakan: "Kamu lapar lagi?"
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaMy Superhero
JessiThe Gravity between Us
Vella PinkyPria Misteriusku
LylyBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesPengantin Baruku
FebiIstri Pengkhianat
SubardiYou're My Savior
Shella NaviYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk