Yama's Wife - Bab 35 Terjebak
Mereka berdua tidak mampu menghadapi bujukanku yang lembut, dan akhirnya setuju membantuku. Demi tidak membuat nenekku menyadarinya, mereka menyuruhku berbaring di ranjang, lalu menarik arwahku keluar. arwah adalah sesuatu yang tak berwujud, sebuah pintu tidak akan mampu menghadangku, hanya saja arwahku tidak boleh meninggalkan ragaku terlalu lama, Malaikat Maut Hitam bilang harus kembali dalam suatu jangka waktu, jangka waktu yang dimaksud adalah kurang lebih selama 2 jam bukan? Itu sudah cukup.
Aku kira arwahku bisa terbang, tapi sebenarnya malah tidak bisa, melayang saja tidak bisa kulakukan, satu-satunya ke keunikan khusus hanyalah bisa mengabaikan penghadang apapun, dengan kata lain adalah bisa menembus tembok sesuka hati, tembok, orang, maupun pohon, semuanya bisa ditembus. Sepengetahuan Malaikat Maut Hitam, arwah yang baru saja keluar dari tubuh tidak akan bisa apa-apa, itulah alasan kenapa mereka harus segera membawa arwah seorang manusia yang baru saja meninggal di dunia manusia pergi ke Underworld, kalau ditunda terlalu lama, nantinya akan menjadi merepotkan.
Sebenarnya aku tidak merasakan hal aneh apapun, kesadaranku sangat penuh, hanya saja tubuh terasa sangat ringan, berjalan bagaikan sedang menginjak kapas yang lembut. Aku berjalan ke halaman rumah, nenekku berada di pintu ruang aula melihat situasi di luar, aku tidak berani berdiri dekat dengan nenekku, karena nenekku sangat sensitif terhadap benda-benda semacam arwah, dia pasti akan menyadariku.
Kakekku dan yang lainnya ternyata benar-benar telah datang, tapi terhadang oleh formasi kertas jimat yang dibentuk oleh Nico Li dan kakek ketigaku. Aku melihat kakekku dan kakek besarku melakukan perlawanan dengan kesakitan, merasa sedikit iba terhadap mereka. Wajah nenek besar tidak memancarkan ekspresi kesakitan, hanya terus meraung kesal hendak melepaskan diri.
Nico Li entah sejak kapan telah memanjat ke atas tembok halaman rumah, dia berteriak terhadap kakek ketiga: "Kakek Fan, ayo manfaatkan kesempatan ini untuk membasmi 2 zombie yang lebih lemah, nenek itu tidak mampu dibasmi, biarkan saja dulu!"
Aku ingat Nico Li sebelumnya mengatakan, ada 5 mayat di dalam gua tempat pemeliharaan zombie, tapi sekarang hanya ada 3, kakek besarku, kakekku dan nenek besarku, 2 lagi mana?
Tepat saat aku sedang bingung, terdengar suara genteng atap terinjak dari atap yang ada di belakang, aku memalingkan kepala melihatnya, seketika merasa kaget dan tak tahu harus bagaimana. Itu jelas-jelas adalah Dwei dan Seacht Hong mati karena hatinya dicabut oleh roh wanita pada waktu sebelumnya, dada mereka tetap memiliki 2 lubang besar, tapi ekspresi mereka terlihat kaku, raut wajah terlihat sangat pucat.
Aku mulai menyadari, mereka yang merupakan orang mati sudah sama sekali tidak selincah seperti saat kakek dan nenek besarku berkelahi, mereka berjalan dengan cara melompat seperti zombie. Meskipun tidak pernah melihatnya, tapi setidaknya pernah mendengarnya, aku tentu saja langsung tahu keadaan sudah menjadi gawat. Jelas-jelas Nico Li dan kakek ketiga juga telah menempelkan kertas jimat di tembok halaman rumah belakang, tapi kenapa kertas jimatnya malah tidak berguna sekarang?
Tidak sempat berpikir panjang lebar, Dwei dan Seacht Hong sudah langsung melompat masuk, yang satunya melompat ke arah kamar tempat ayahku berada, yang satunya lagi melompat ke arah kamarku. Nenekku merasa sangat kaget, tapi nenekku bukanlah target mereka, beberapa zombie ini bagaikan telah diberi perintah.
Malaikat Maut Hitam langsung terbang ke atas atap saat melihat keadaan ini, berdiri di depan pintu kamarku: "Kalau berani maju selangkah lagi, akan kubinasakan kamu!"
Yang pergi ke arah kamarku adalah Dwei, ketika Dwei melihat Malaikat Maut Hitam, dia tetap terus bergerak menuju kamarku, Malaikat Maut Hitam tidaklah panik, entah dari mana dia mengeluarkan seuntai rantai besi, mengikat Dwei dengan erat. Mungkin dikeluarkan seperti saat mengeluarkan dadu tadi, aku awalnya merasa sangat takut, tapi perhatianku sudah sepenuhnya tertuju pada Malaikat Maut Hitam, dulu aku tidak pernah menemui kejadian seperti ini.
Nenekku kembali sadar, lalu masuk ke ruang aula mengambil beberapa lembar kertas jimat dan berlari ke arah Seacht Hong yang sedang menyerbu ke kamar tempat ayahku berada, pintu kamar ayahku sudah ditempeli kertas jimat penangkal roh jahat, Seacht Hong tidak akan bisa masuk dalam jangka waktu dekat ini.
Aku takut nenekku terluka, lalu berkata terhadap Malaikat Maut Putih dengan panik: "Kamu cepat pergi bantu nenekku, aku tidak akan kenapa-napa di sini."
Malaikat Maut Putih merasa sedikit ragu: "Takutnya akan terjadi hal yang tak terduga. Kalau sampai Anda kenapa-napa, kami pun akan mampus."
Hatiku sangat panik, lalu membentaknya: "Kalau sampai nenekku kenapa-napa, aku pun tidak akan mampu hidup! Kalian sama saja bakalan mampus."
Malaikat Maut Putih tak berdaya, terpaksa menurutiku, lalu terbang ke halaman rumah membantu nenekku.
Nico Li tiba-tiba melihat ke arahku: "Hati-hati!"
Aku tertegun, sebelum kembali sadar, aku telah ditangkap oleh orang lain dan terbang. Aku melihat tangan yang menangkap bahuku, begitu putih pucat, itu adalah tangan seorang wanita.
Aku akhirnya tahu apa yang disebut jebakan, dan merasa aku telah dipermainkan, orang-orang ini dari awal memang sedang mengincarku, ini sama seperti yang dikatakan oleh roh wanita itu sebelumnya, tubuhku yang penuh dengan energi negatif dan janin gaib yang ada dalam perutku sangatlah bermanfaat bagi mereka para roh, aku telah diincar.
Kakekku dan yang lainnya hanya sekedar umpan, aku merasa aku bakalan mampus, kalau arwahku tidak kembali ke tubuhku dalam waktu 2 jam, aku benar-benar bakalan mati.
Ini semua akibat ulahku sendiri, kalau saja aku tidak keluar, mungkin saja tidak akan kenapa-napa. Malaikat Maut Hitam pergi melindungi ragaku, tapi arwahku sekarang malah tiada......
"Tak kusangka berhasil kudapatkan dengan semudah ini, gadis kecil, kamu cari mati sendiri ya."
Terdengar sebuah suara seorang wanita yang mengerikan dari belakangku, setelah itu aku baru tahu orang yang menangkapku adalah roh wanita. Aku tidak berani memalingkan kepala melihat penampilannya, karena aku tidak memiliki kesan yang bagus terhadap roh, kesanku terhadap roh selalu merupakan kata 'ketakutan'.
"Apa gunanya menangkap rohku?" Suaraku sedikit gemetaran, tapi aku berpikir dalam hati, ini hanyalah arwahku, janin gaib seharusnya masih berada di tubuhku.
Tapi kenyataan sungguh berkebalikan, hal yang ditakutkan selalu saja datang, roh wanita di belakangku berkata: "Gadis kecil, kamu tidak tahu, tujuan awal menangkapmu adalah demi mendapatkan arwah dan janin gaib yang ada dalam tubuhmu yang penuh energi negatif, sekarang arwahmu telah keluar dengan sendirinya. Ditambah lagi dengan benda dalam perutmu, setengah orang setengah roh, ini adalah bahan penutrisi yang sangat bagus, apalagi entah kenapa, janin gaib yang masih belum lahir ini malah telah memiliki arwah, arwahnya ikut keluar dari tubuh bersamaan dengan arwahmu. Setelah arwahmu keluar dari tubuhmu selama 2 jam, tubuhmu akan mati, nanti aku akan kembali mengambil tubuh janin gaib untuk dijadikan makanan santapan, hahahaha......"
Maksud dari roh wanita ini adalah, janin gaib dalam perutku sudah memiliki arwah, dan arwahnya sekarang ikut keluar dari tubuhku bersamaan denganku. Dia tidak berniat melepaskan arwahku, juga tidak berniat melepaskan tubuh sang janin yang masih berada dalam tubuhku. Aku mulai merasa curiga, janin gaib ini sebenarnya ada atau tidak, jelas-jelas tubuhku tidak kembung, kenapa semuanya merasa yakin aku hamil?
Kali ini benar-benar gawat, aku tidak mengerti bagaimana caranya roh wanita ini bisa merusak kertas jimat di halaman rumah belakang, jelas-jelas sudah ditempeli kertas jimat penangkal roh jahat dan jimat penaklukkan roh. Dua jenis kertas jimat ini merupakan kertas jimat pilihan terbaik untuk menghadapi roh, juga sama bergunanya untuk makhluk semacam zombie.
"Jangan tertawa di samping telingaku, jelek sekali suaramu, bagaimana caranya kamu bisa mencabut kertas jimat yang tertempel di tembok bagian luar? Memangnya kamu sudah sehebat itu?" Aku bertanya dengan berusaha menekan rasa takutku.
Roh wanita berkata dengan nada bicara aneh: "Aku tidak tahu siapa yang sengaja menyisakan ruang agar bisa kumasuki di sana, ini jelas disengajakan, seorang Onmyoji amatir pun tidak mungkin akan melakukan kesalahan semacam ini. Tidak peduli siapa pun yang melakukannya, aku harus berterima kasih padanya, hahahaha......"
Itu berarti, masalah ini tidaklah sederhana, formasi kertas jimat dibentuk oleh kakek ketiga dan Nico Li, kenapa harus sengaja menyisakan ruang untuk masuk? Kakek ketigaku pasti tidak akan berbuat seperti itu, jangan-jangan Nico Li? Mungkinkah ini...... ulahnya orang itu?
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusCintaku Pada Presdir
NingsiKing Of Red Sea
Hideo TakashiPernikahan Kontrak
JennyDark Love
Angel VeronicaHis Second Chance
Derick HoHis Soft Side
RiseYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk