Yama's Wife - Bab 26 Cerita Masa Lalu
Ucapan penuh amarah yang hendak memakinya sebelumnya telah batal akibat 2 tamparan yang tertuju pada tubuh Bens Hong tadi, kalau aku bertengkar dengannya, Bens Hong pasti akan mencari target pelampiasan amarahnya setelah aku pergi nanti. Yang dikatakan nenek memang benar, orang luar sama sekali tidak mampu mengurus masalah keluarga mereka.
Paras Mila Chen memang cukup bagus, juga terlihat masih muda, baru berumur 20 tahunan. Berwajah oval, bermata besar, memiliki dada yang besar dan pantat yang montok, kulitnya sangat putih, terlihat seperti orang yang tidak pernah melakukan pekerjaan kasar, dengan wanita seperti ini, semua pria yang cabul pasti akan bergairah terhadapnya. Ditambah lagi suaminya sudah meninggal, dan sifat dasarnya memang begitu jalang, pantas saja namanya begitu buruk.
Setelah aku mengatakan jangan sungkan, aku langsung membalikkan badan berjalan keluar dari halaman rumah, kehidupanku sendiri juga sangat kacau, makanya merasa kasihan terhadap orang yang senasib denganku, tapi kasihan hanya bisa sekedar kasihan, memangnya aku bisa apa? Aku hanya bisa berusaha memberikan apa yang mereka perlukan, tapi pada dasarnya tidak ada yang bisa diubah.
Belum jalan begitu jauh, aku telah mendengar suara Mila Chen memaki Bens Hong, terdengar bagaikan bukan memaki anak kandungnya sendiri, melainkan seperti memaki orang yang telah mengbongkar makam leluhurnya
"Dasar anak sialan, selalu mempermalukan mukaku di mana-mana, untuk apa melahirkanmu? Ayahmu si Devil sama sekali tidak peduli lagi setelah meninggal, memangnya aku bisa menopang keluarga payah ini sendirian? Dua orangtua tidak mati, ditambah lagi dengan ayahmu yang berumur pendek, hancur sudah kehidupanku untuk selamanya!"
Kemudian yang terdengar adalah suara pukulan, tapi aku tidak mendengar adanya suara tangisan Bens Hong, hal ini membuatku merasa semakin sedih, seorang anak bahkan tidak bisa menangis saat menanggung pukulan, sudah berapa kali dia mengalami hal ini sehingga bisa seperti ini?
"Uhuk uhuk......" Seorang ibu-ibu tua berjalan mendekat, sepertinya sedang membawakan kantong kain.
Setelah berjalan mendekat, baru aku bisa melihat dengan jelas dia adalah ibunya Seacht Hong, kurang lebih masih bisa mengingatnya. Seacht Hong meninggal karena masalah keluargaku, makanya aku tidak hanya merasa berterima kasih terhadap keluarga mereka, juga merasa bersalah. Seacht Hong dan Dwei sama-sama dibunuh oleh roh, adat istiadat di sini tidak memperbolehkan pengadaan upacara kematian, semakin cepat dikuburkan akan semakin baik.
"Buyut? Kamu malam-malam begini mau ke mana?" Aku yang duluan menyapanya.
Pangkatnya jauh lebih tinggi dariku, bahkan lebih tinggi setingkat dari kakekku, makanya memanggilnya 'Buyut'.
Usianya sudah tinggi, mungkin setelah mendengar suaraku baru menyadari ada orang: "Oh...... Alice ya? Aku pergi mengambil sedikit beras di tempat istrinya Seacht, baru saja kembali, kamu ingin ke mana?"
Aku menanggapinya: "Tadi anaknya Mila datang ke rumahku, aku datang mengantarnya pulang. Entah apa yang dilakukannya, hingga anaknya menjadi seperti itu......"
Ibunya Seacht Hong berkata dengan sedikit sinis: "Untuk apa ikut campur urusan ini? Tidak takut mengotori matamu? Mila itu sudah dirasuki, setiap hari selalu melacur, pagi hari tidak keluar dari rumah, anak dan orangtuanya tidak diurus, kalau bukan kerasukan, jadi apa lagi? Dulu sudah dibilangin jangan membangun rumah di sana, tapi malah keras kepala, akhirnya diselingkuhi setelah mati."
Kalau dulu, aku tidak akan menganggap ucapannya dengan serius, hanya akan menganggap dia sedang memaki Mila Chen, tapi dalam situasi seperti ini, memangnya aku bisa tidak berpikir macam-macam?
Aku mengambil kantong beras yang ada di tangannya: "Aku antar kamu pulang saja, kamu rasa, ada apa dengan keluarga Mila Chen ini? Apakah benar-benar karena faktor rumahnya?"
Ibunya Seacht Hong melihat aku ingin mengantarnya, dia sedikit menolak: "Lagipula tidaklah jauh, tidak masalah, aku bawa sendiri saja......"
Aku berkeras kepala: "Seacht mengalami musibah karena keluarga kami, keluarga kami bersalah terhadapmu......"
Ibunya Seacht Hong menghela napas dan berkata: "Ini bukan salah keluarga kalian sepenuhnya, kita orang yang sedesa, tidak enak hati kalau tidak membantu, siapa yang bisa disalahkan jika berhadapan dengan roh? Jangan bahas lagi, dia sudah mati...... anggap saja sebagai menebus dosa......"
Aku menyadari suatu keganjilan, saat hendak bertanya, dia lanjut berkata: "Pria Devil di rumahnya Mila Chen itu, kamu kenal tidak? Ayahnya Owen Hong dulu ingin membangun rumah di sana, lalu ada seorang biksu mengatakan, tempat itu tidak bagus, cepat atau lambat pasti akan menyisakan rumah kosong nantinya, orang yang tinggal di sana akan mati muda. Ayahnya Owen Hong tidak percaya dengan mitos, dan bersikeras membangunnya. Tempat itu awalnya adalah jalanan gersang, dengar-dengar pernah ada orang yang mati di sana. Dulu kan banyak perampok, ada seorang putri orang kaya yang mati dibunuh oleh sekelompok perampok di sana. Meskipun sudah berlalu selama hampir 100 tahun, hal ini tetap bisa kudengar dari kecil sampai sekarang, dengar-dengar dia mati dengan sangat tragis, orang-orang yang satu generasi dengan ayahku mengetahui hal ini, dengar-dengar, mayatnya menghilang, entah telah diseret oleh anjing liar atau bukan. Tapi ada sebagian orang yang tidak percaya dengan hal-hal gaib, tak berdaya."
"Dulu saat tempat ini masih belum ada yang tinggal, terkadang ada orang yang akan mengalami hal aneh saat berjalan di jalanan ini pada malam hari, kemudian tempat di sekitar sini perlahan-lahan mulai ada yang tinggal. Aku akan berjalan cepat saat setiap kali melintas daerah ini, 8 Karakterku bersifat keras, tidak pernah melakukan perbuatan jahat apapun, aku pun tidak takut terhadap hal-hal seperti itu, tapi tetap saja harus berwaspada."
Jujur, berkomunikasi dengan orang tua sangat memusingkan, dia belum tentu akan menjawab apa yang kamu tanyakan, saat kamu hendak menanyakan hal lain, dia malah mulai menjawab pertanyaanmu sebelumnya.
Aku menganggap ini sebagai sedang mendengar cerita, tidak banyak bicara. Kalaupun aku tidak banyak bicara, dia tetap akan menceritakan berbagai hal-hal masa lalu padaku tanpa hentinya, hal yang dipikirkan oleh orang tua biasanya jauh lebih banyak daripada yang kubayangkan, kalau terus mendengarnya seperti ini, mungkin seharian pun tidak akan selesai mendengarnya.
Aku mengikutinya sambil berjalan ke rumahnya, sambil mendengar dia bercerita panjang lebar padaku.
Setelah selesai menceritakan hal tentang keluarganya Mila Chen, dia langsung mengganti topik dan berkata padaku dengan begitu misterius: "Alice, kamu tahu tidak leluhur kita dulunya adalah pejabat pemerintah? Semuanya adalah tentara, kemudian kerajaan telah runtuh, makanya kabur ke sini untuk membangun keluarga. Tangan mereka entah telah dilumuri berapa banyak darah orang lain. Selain marga Fan, Hong dan Li, desa kita dulunya masih ada orang dengan marga yang lain, dengar-dengar leluhur telah membunuh semua orang itu, lalu menguasai desa ini."
"Orang yang lebih tua sering mengatakan, karma cepat lambat pasti akan datang, aku tidak merasa aneh melihat munculnya berbagai hal aneh seperti ini dalam desa. Nyawa ditebus dengan nyawa, ini sangat wajar, hanya bisa menerima nasib saat umur diperpendek oleh roh jahat. Para leluhur sudah meninggalkan dunia, dan dosa ini mendarat pada kami para keturunan mereka. Para anak muda mana mungkin percaya dengan hukum karma? Tapi orang sepertiku yang selalu bisa hidup sehari lebih lama, sudah bisa menerimanya dengan lapang dada......"
Tidak lama kemudian, kami tiba di depan rumahnya, tidak ada halaman rumah, hanya ada sebuah rumah batu bata usang. Dia seharusnya tinggal terpisah dengan putra dan menantunya, mengambil beras saja harus dia sendiri yang pergi ambil, putra dan menantunya tidak terlihat memperlakukannya dengan baik.
Aku membantunya meletakkan beras ke dalam: "Buyut, Aku pulang dulu."
Dia menyuruhku tetap tinggal: "Duduklah sebentar baru pergi......"
Ini tentu saja hanya sekedar basa-basi, aku diam-diam menghempaskan lengan yang terasa sedikit nyeri sambil berkata: "Tidak, sudah terlalu malam, aku pulang dulu."
Sekantong beras itu benar-benar berat, 10 kg pasti ada.
Saat aku baru saja keluar, ibunya Seacht Hong keluar mengejarku, memberikan sebuah senter kecil padaku: "Alice, ambil ini, malam hari sangat gelap, jangan sampai jatuh tersandung."
Aku menerima senternya dan langsung pergi, dalam sekejap mata, terlihat ada seorang wanita yang sedang duduk dalam rumah, sebelumnya aku meletakkan kantong nasi di dekat pintu lalu langsung pergi, jadi tidak begitu memperhatikannya. Wanita itu cukup cantik, rambut panjangnya terurai, aku tidak mengamati apa baju yang dikenakannya, hanya melihatnya sekejap saja. Aku rasa itu seharusnya adalah menantunya yang lain.
Novel Terkait
After Met You
AmardaHanya Kamu Hidupku
RenataTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelLelaki Greget
Rudy GoldAku bukan menantu sampah
Stiw boyYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk