Yama's Wife - Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
Ada penduduk desa yang tergesa-gesa bertanya,”Kakek ketiga, masalah besar apa yang akan terjadi? Jangan takuti kami, para Biksu Tao di kuil itu sudah pergi?”
Kakek ketigaku menganggukan kepalanya,”Mereka belum tentu bisa melarikan diri sekalipun sudah mencoba untuk pergi, mereka bahkan akan lebih cepat mati setelah keluar dari desa ini. Tidak peduli bagaimanapun, pulang saja terlebih dahulu, aku akan memikirkan cara untuk berkomunikasi dengan ‘benda’ itu, lalu lihat apa yang dia inginkan.”
Aku berjalan ke belakang kerumunan orang-orang, lalu diam-diam bertanya kepada Devil,”Apakah kamu tahu benda apa itu?”
Dia menjawab dengan sikap datar,”Aku sarankan untuk jangan menanyakannya, supaya kamu tidak perlu merasa takut setelah mengetahuinya. Aku sudah mengingatkanmu sejak awal untuk tidak perlu kembali, ini adalah akibat dari hal-hal yang sudah dilakukan oleh penduduk desa ini, dia kini kembali untuk menagih hutangnya, tidak ada yang aneh.”
Aku merasa sedikit kebingungan,”Jika memang roh, mengapa Malaikat Maut Hitam Putih tidak menariknya? Apakah mereka membiarkannya untuk terus mencelakai orang lain?”
Devil berbicara dengan nada tidak senang,”Orang hidup mempunyai tempat untuk mengeluh, sedangkan yang mati tidak punya, selama ‘benda’ itu tidak berada pada sisi yang salah, orang dari Underworld tidak mempunyai hak untuk membawanya pergi. Jangan mengira bahwa orang mati yang mencari masalah dengan orang hidup itu adalah sedang mencelakainya, itu salah, pembunuhan harus dibayar dengan nyawanya, semua itu adalah hukum alam. Underworld adalah tempat terjadinya reinkarnasi, tidak tahu sudah berapa banyak roh yang dicelakai oleh orang lain hingga tidak bisa reinkarnasi di kota kematian, Underworld bahkan sudah kewalahan dalam menjaga roh-roh itu. Roh yang sudah membunuh umumnya harus melewati delapan belas penyiksaan, roh yang tidak bisa melewatinya mungkin saja terbang pergi, jika mereka sudah tahu keadaannya dan masih saja ingin membalas dendam, apakah mereka tidak akan berakhir lebih mengenaskan lagi? Membiarkan roh-roh itu melayang dengan kebahayaan mereka di tengah manusia untuk membalas dendam, Underworld juga tidak setidak masuk akal itu.”
Aku benar-benar tidak paham, aku selalu mendengar dari mereka yang berasal dari generasi yang lebih tua berkata bahwa manusia yang sudah mati tetap sudah mati, mencelakai orang yang hidup itu tidak benar, orang mati seharusnya pergi ke tempat orang mati. Ketika kini mendengar Devil berkata demikian, aku pun tiba-tiba merasa bahwa orang Underworld itu sedikit semorono, jika roh yang mati dengan perasaan tidak adil dan penuh dengan rasa benci ini dibiarkan mencelakai orang lain, berapa banyak roh yang akan terus bertambah akibat mati karena ketidakadilan?
“Apakah membiarkan roh-roh itu membunuh orang adalah sebuah tindakan yang benar? Underworld pasti akan kewalahan oleh karena jiwa yang terus bertambah. Orang yang sudah mati sudah seharusnya pergi ke tempat orang mati berkumpul, mereka sudah mati, namun masih saja ingin mencelakai orang lain, mengapa orang-orang dari Underworld bisa menetapkan peraturan seperti ini......” Aku merasa sedikit tidak senang.
Suara Devil terdengar semakin mendingin,”Bagaimana kamu bisa memahami kesedihan dari orang yang sudah mati? Apakah tidak pernah bisa reinkarnasi selamanya itu adil bagi orang yang sudah mati?”
Betul, dia adalah orang yang sudah mati, dia jauh lebih paham dibandingkan diriku, aku yang masih hidup ini tidak mempunyai hak untuk menghakimi apapun.
“Mengenai ‘benda’ yang kamu katakan telah mencuri mayat kakekku pergi itu, apakah ketidakadilan yang dia alami itu sangat besar hingga cukup untuk mencelakai semua penduduk Desa Du? Apakah kakekku juga mempunyai dendam dengannya? Kakekku tidak pernah melakukan tindakan buruk apapun sepanjang hidupnya, dia bahkan tidak pernah beradu mulut sebelumnya, atas dasar apa dia bahkan tidak bisa mati dengan tenang? Jika kalian yang mati mempunyai pendapat dari sudut pandang orang mati, aku juga mempunyai pendapat dari sudut pandangku sebagai orang yang masih hidup.”
Dia langsung terdiam dan tidak menghiraukanku, aku juga tidak menghiraukannya lagi.
Sambil berjalan, aku tiba-tiba mendengar suara tangisan bayi. Terlihat jelas bahwa orang lain juga mendengarnya. Saat ini adalah tengah malam, kita bahkan berada di daerah pegunungan dan di tengah hutan, bagaimana bisa terdengar suara tangisan bayi?
Kakek ketiga memperhitungkannya sejenak, lalu berbicara dengan sedikit perasaan terkejut,”Jangan melihat ke arah sekeliling, terus berjalan maju, jangan berbicara juga!”
Aku tahu pasti ada benda yang kotor, aku melihat ke arah Devil, tidak tahu sejak kapan dia terdiam dan sudah berada dalam jarak beberapa meter dariku.
Aku menatapnya dengan perasaan tidak paham, namun dia tiba-tiba berteriak dengan suara rendah,”Pergi!”
Perasaanku langsung terasa memberat, marah ya marah saja, jika kamu menyurhku untuk terus berjalan, aku tentu saja akan terus berjalan, mengapa kamu menyuruhku pergi? Aku juga merasa marah, aku mendengus, lalu langsung berpaling pergi.
Setelah berjalan cukup jauh dengan perasaan tertekan bersama dengan para penduduk desa lainnya, aku tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak berpaling dan melihatnya, namun aku kini sudah tidak melihat bayangan Devil lagi. Tidak tahu mengapa, aku merasa sedikit kecewa dalam hati, dia benar-benar sulit ditebak, sangat aneh.
Tiba-tiba, kakek ketiga dan nenek yang berjalan di paling depan itu berhenti, kakek ketiga berbicara dengan nada yang sedikit memberat,”Tidak perlu terus berjalan ke depan lagi, kita sudah Hallucii, kita tidak akan bisa menemukan jalan keluar.”
Aku pun langsung merasa gugup dalam sekejap, aku melihat ke arah sekeliling, keadaannya terasa sedikit akrab, sepertinya sudah pernah dilalui sebelumnya. Pada saat masih kecil, aku pernah mendengar nenek mengungkit mengenai Hallucii, walaupun aku tidak terlalu disambut di dalam rumah, dimana nenek juga bersikap sangat tegas terhadap diriku, hingga jarang sekali menuturkan kata-kata yang penuh kasih sayang kepadaku, namun dia tidak jarang menceritakan cerita-cerita aneh seperti ini.
Dia pernah menyampaikan kepadaku sebelumnya bahwa Hallucii adalah keadaan dimana nyawa manusia disesatkan oleh hantu, hingga tidak bisa menemukan jalan pulang, mereka akan terus berputar tanpa henti. Ada orang yang akan langsung kelelahan, ada juga yang cukup beruntung dimana mereka akan menemukan arah ketika langit sudah terang.
Nenek bertanya kepada kakek ketiga,”Adik ketiga, menurutmu, apa yang harus kita lakukan?”
Kakek ketiga langsung duduk bersila,”Menunggu hingga langit terang, jika tidak, kita tidak akan bisa keluar. Aku merasa Hallucii ini tidaklah biasa, bukan hantu kecil biasa, berwaspadalah di malam hari, semuanya juga boleh berisitirahat sejenak, tidak perlu terlalu gugup, selama hatimu tidak ada hantu, maka kamu tidak perlu takut.”
Semua orang pun mulai tertegun dan duduk seperti kakek ketiga, penduduk Desa Du lebih mempercayai ha-hal berbau mistis seperti ini. Aku juga sudah tidak bisa berpikir terlalu panjang, aku ingin melepaskan ikatan tali sepatuku untuk mergeangkan kakiku sejenak, aku tidak ingin kakiku jatuh cacat ketika umurku kini masih sangat muda.
Sebelum aku sempat melepaskannya, aku mendengar suara teriakan tajam Devil,”Apakah kamu berani mencoba untuk melepaskan salah satunya?”
Aku ketakutan hingga bergemetar, lalu menghentikan gerakanku yang hendak melepaskan sepatuku. Tidak tahu sejak kapan dia berdiri tidak jauh dariku dan menatapku. Aku mendengus dan tidak ingin menghiraukannya, dia yang sudah mengusirku sebelumnya, untuk apa dia kini mengikutiku lagi?
Aku masih ingin terus melepaskan sepatuku, namun aku mendengarnya berkata,”Hei Wanita, apakah kamu tahu malu? Bisa-bisanya kamu memperlihatkan kakimu di depan hadpaan orang sebanyak ini!”
Aku merasa kesal dan konyol, dia ternyata benar-benar adalah orang yang ‘kuno’, dia sebelumnya sudah menatapku tajam seharian ketika melihatku mengenkan t-shirt berlengan pendek, sepertinya dia masih ingin mengatakan sesuatu, untung saja aku tidak mengenakan celana super pendek dan mengenakan celana panjang, jika tidak, dia sepertinya akan terus mengomeliku tanpa henti.
“Aku ingin melepas sepatuku, apakah kamu seharusnya mencampuri urusanku?” Aku berbicara sambil bersikap hendak melepas sepatuku, siapa yang menyangka bahwa aku sedang berbicara sendirian, semua orang pun melihat ke arahku dengan menggunakan tatapan aneh. Nenek bahkan bertanya dengan rasa khawatir,”Alice, dengan siapa kamu berbicara?”
Aku melirik Devil dan berkata,”Tidak, aku hanya sedang bergumam sendiri. Kakikku tergesek hingga melepuk, aku sudah berjalan seharian dan mengira bahwa aku bisa tidur dengan tenang, siapa yang menyangka......”
Tidak tahu mengapa kakek ketiga sesekali melirik ke arahku, aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, namun aku juga tidak seharusnya menanyakannya saat ini.
Ketika melihat tatapan Devil yang membara, aku akhirnya tidak memiliki keberanian untuk melepaskannya, jika dia tiba-tiba menggila, kita semua tidak akan bisa menanggungnya.
Aku ingin bertanya kepada Devil apakah dia mempunyai cara untuk membawa kami keluar atau tidak, namun tidak ada orang yang berbicara, jika aku tiba-tiba berbicara, aku tentu saja akan terlihat sangat mencolok, mereka mungkin akan berpikir bahwa aku kerasukan atau sakit jiwa.
Tiba-tiba, seorang penduduk desa berdiri, kakek ketiga pun bertanya,”Ke mana kamu ingin pergi?”
Orang itu tersenyum aneh, hingga terlihat sangat menakutkan di bawah cahaya bulan,”Aku ingin pergi mencari orang......”
Novel Terkait
Love And War
JaneUntouchable Love
Devil BuddySi Menantu Dokter
Hendy ZhangLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyAwesome Guy
RobinCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaHei Gadis jangan Lari
SandrakoYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk