Yama's Wife - Bab 34 Yama Punya Banyak Istri

Aku berbaring dengan kaki dilipat ke atas, tidak bisa tertidur, hingga sekarang masih belum terdengar suara apapun dari luar, Malaikat Maut Putih merasa aku terlihat bosan, makanya bertanya: "Ratu Kecil, mau melakukan hal yang menarik tidak?"

Aku melihatnya dan bertanya: "Apa itu?"

Dia membentangkan telapak tangannya, lalu tiba-tiba muncul gelas bambu dari telapak tangannya: "Dadu, mau main?"

Aku tahu, yang ada di dalam gelas bambu memang adalah dadu, aku bangun dan menyuruh mereka duduk di atas ranjang: "Mau taruhan apa? Tidak seru kalau tak ada taruhan."

Malaikat Maut Putih sepertinya terlihat kesulitan: "Dulu saat kami main di Underworld taruhannya adalah uang......"

Aku kehilangan kata-kata: "Taruhan uang? Kalau kalian menang, aku bisa membakar uang kertas arwah untuk kalian, tapi kalau aku menang, kalian kasih uang arwah untuk kumakan? Lagipula bukanlah RMB, tidak bisa dipakai, tak berguna!"

Malaikat Maut Hitam Putih terlihat murung: "Kalau begitu, Anda rasa taruhan apa?"

Aku memikirkannya dengan teliti, uang kertas untuk arwah sangat murah, dan di rumahku pun sangat banyak. Tapi uang seperti ini tak ada gunanya untukku, satu-satunya yang berguna adalah mencari tahu hal-hal yang ingin kuketahui dari mulut mereka. Meskipun mereka hanya makhluk gaib, tapi kemampuan mereka sangat hebat, bisa mengambil benda dari jarak jauh, mungkin saja mereka bisa mengetahui masa lampau atau masa depan.

Saat berpikir seperti ini, aku melegakan tenggorokanku dan berkata: "Begini saja, kalau kalian menang, akan kuberi uang, kalau aku menang, aku akan menanyakan satu pertanyaan pada kalian, kalian harus menjawabku dengan jujur, tidak peduli apapun pertanyaanku, orang yang berbohong harus menerima hukuman lho."

Malaikat Maut Hitam Putih saling bertatapan sekilas, lalu berkata: "Baik! Kita lihat saja nanti!"

Aturan mainnya adalah menebak besar atau kecil, ronde pertama, dadunya dikocok olehku, sebenarnya aku sama sekali tidak mengerti sedikit pun, dan menebaknya dengan sembarangan: "Aku tebak ini besar."

Entah apakah Malaikat Maut Putih ingin mencoba menjalin hubungan dekat denganku atau bukan, pokoknya dia juga menebak besar. Sedangkan Malaikat Maut Hitam terpaksa memilih kecil.

Aku beruntung pada ronde pertama, saat mengambil gelas bambunya, angka di dalam memang besar. Malaikat Maut Putih berkata terhadap Malaikat Maut Hitam: "Kakak, aku tidak akan menanyakanmu pertanyaan, seperti biasa, beri aku uang."

Malaikat Maut Hitam mengeluarkan setumpuk uang arwah dari lengan bajunya yang lebar, memberikan dua lembar untuk Malaikat Maut Putih: "Nah, dasar si pelit......"

Aku telah melihatnya, uang arwah itu bergaya uang pada zaman kuno, motifnya pun beragam, juga ada koin tembaga, nilai uang taruhan yang mereka mainkan sangat besar.

Aku melihat Malaikat Maut Hitam dan berkata: "Kalau begitu giliranku bertanya, Malaikat Maut Hitam, tahu tidak kenapa keluarga kami, Keluarga Fan, harus menjalin pernikahan gaib dengan makhluk gaib?"

Malaikat Maut Hitam tertegun sejenak lalu berkata: "Ini......"

Aku membalikkan bola mata putih padanya: "Aku sudah bisa menggambar kertas jimat lho, berhati-hatilah mungkin akan kutempel ke keningmu!"

Sang pria berkata dengan tak berdaya: "Ratu kecil, aku benar-benar tidak tahu hal ini, masalah tentang leluhur kalian mana mungkin kuketahui? Apalagi, perempuan keturunan Keluarga Fan selalu menikah dengan tokoh terkemuka di Underworld, hanya pejabat yang lebih tinggi dari hakimlah yang tahu akan hal ini, kami para tokoh-tokoh kecil tidak tahu apapun. Anda tempel 100 kali pun aku tetap tidak akan mengetahuinya."

Aku mulai mengerti tidak boleh terlalu mendesaknya, tidak peduli dia tahu atau tidak, aku tetap tidak boleh memaksa dia mengatakannya. Makanya aku berkata dengan sangat lapang dada: "Baiklah kalau begitu, lewatkan saja kalau tidak tahu, lanjutkanlah, kali ini kamu yang kocok dadu, tidak boleh curang, aku tahu kalian pasti bisa melakukan trik kecil, kalau berani curang, kuhabisi kalian!"

Malaikat Maut Hitam berekspresi murung: "Aku mana berani, baik, aku yang kocok."

Aku melihat dia menggoyangkan gelas bambu, memang tidak terlihat sedang curang, setelah dia berhenti, dia berkata sambil melihatku: "Ratu Kecil, kamu tebak duluan."

Aku berkata dengan tanpa ragu: "Kecil, gantian."

Malaikat Maut Putih juga ikut-ikutan denganku: "Aku juga kecil!"

Malaikat Maut Hitam tentu saja hanya bisa memilih besar, saat membuka gelas bambu, tidak disangka tebakanku lagi-lagi benar, aku spontan merasa wajah Malaikat Maut Hitam yang hitam itu menjadi jauh lebih murung......

Malaikat Maut Putih mengambil uang kertas arwah sambil tersenyum girang, aku bertanya pada Malaikat Maut Hitam: "Kali ini ganti pertanyaan lain, Yama ada berapa banyak istri?"

Malaikat Maut Hitam kali ini menjawab tanpa ragu sedikit pun, langsung berkata: "Ah...... Anda menanyakan ini, kalau ini aku tahu, selain permaisuri, masih ada 10 selir."

Aku tidak tahu apa alasanku merasa lega, aku kira Devil Yama itu paling kurang memiliki puluhan istri, belasan sudah termasuk sedikit. Tapi tentu saja tetap memakinya secara diam-diam, suatu hari nanti pasti bakalan jatuh sakit, punya istri sebanyak itu, dasar buaya darat.

"Ratu Kecil, Anda urutan kelima." Malaikat Maut Hitam menambah pernyataannya dengan kejam.

Aku hampir saja memuntahkan gumpalan darah, aku kira aku sama sekali tidak punya status, lagipula aku bukanlah orang mati, setelah berpisah selama 4 tahun, tidak disangka aku juga memiliki urutan. Aku tertawa canggung dan berkata: "Kamu tidak perlu mengatakannya, aku tidak peduli dengan hal ini......"

Aku tidak akan menceritakan prosesnya secara lengkap, intinya aku bukanlah selalu menang, setelah beruntung dua kali, aku jadi sering kalah jarang menang, seusai permainan, aku membakar setumpuk uang kertas, aku tidak mendapatkan informasi penting apapun dari mulutnya Malaikat Maut Hitam Putih, hanya tahu Devil Yama itu punya banyak istri, apalagi wataknya pun sangat buruk, semua bawahannya selalu melewati kehidupan dengan penuh rasa takut, mereka bilang mereka harus berbicara dengan memperhatikan raut wajahnya, tapi melihat raut wajah Yama bukanlah hal yang mudah, dia selalu memakai topeng setiap saat, jadi mereka terus berbicara sambil melihat topeng.

Tentu saja, para istri Devil Yama itu pun takut terhadapnya, awalnya mengira bakalan ada adegan persaingan antara sesama harem, namun semua ini tidaklah sesuai dengan bayanganku, para harem Devil Yama sangatlah damai, dengar-dengar permaisuri adalah seseorang yang kejam, tapi tetap tidak berani bersikap sembarangan di hadapan Yama.

Aku tidak berniat hidup di Underworld setelah meninggal nanti, aku adalah orang masa kini, kalau menyuruhku hidup bersama dengan wanita zaman kuno, memikirkannya saja pun terasa sangat tidak menyenangkan.

Secara tanpa sadar sudah jam 12 malam, saat melihat Malaikat Maut Hitam Putih menghitung setumpuk uang dengan senang, aku tidak enak hati mengganggu mereka. Ternyata orang mati pun bisa rakus, dulu aku merasa membakar uang kertas arwah untuk orang mati hanya sekedar adat istiadat saja, sekarang baru tahu ternyata uang arwah pun sangat penting bagi orang mati.

Tiba-tiba, aku kembali mendengar suara ayahku menabrak pintu, hatiku menegang, bergegas membuka pintu dan keluar.

Di luar pintu halaman muncul cahaya keemasan, semua bersumber dari kertas jimat itu, terlalu mengerikan...... ini pasti karena kakekku dan yang lainnya sudah datang.

Suara ayahku menabrak pintu semakin lama semakin keras, aku takut dia akan melukai dirinya sendiri, makanya hendak melihatnya, tapi malah tertangkap oleh nenekku: "Apa yang ingin kamu lakukan? Sudah kubilangin masuk ke kamar dan tidur, untuk apa keluar? Kembali!"

Aku berkata: "Lihatlah, ayahku menabrak pintu sekeras itu, bagaimana kalau dia sampai terluka? Tidak mau pergi melihatnya?"

Nenekku berwajah murung dan menarikku kembali ke kamar dengan paksa, bahkan sampai mengunci pintunya. Aku merasa panik, aku sangat ingin tahu apa yang terjadi di luar, tapi nenek bersikeras tidak membiarkanku keluar.

Makanya mataku seakan-akan mampu menemukan harapan saat melihat Malaikat Maut Hitam Putih: "Kalian berdua bisa membuatku keluar dari sini tidak? Aku ingin melihat apa yang terjadi di luar."

Malaikat Maut Putih berkata: "Ratu Kecil, kami bukan tidak mengizinkanmu keluar, tapi di luar sangat berbahaya. Raja Yama sudah berpesan, tidak boleh membiarkan Anda terjerumus dalam bahaya, jadi jangan menyulitkan kami lagi."

Aku berkata dengan wajah memelas kasihan: "Aku hanya akan melihatnya dari kejauhan, tidak boleh? Bukankah ada kalian berdua di sisiku? Aku tidak akan kenapa-napa, bantulah aku keluar."

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu