Yama's Wife - Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif

Aku spontan merasa Devil Yama sengaja seperti ini, sebelumnya dia merasa kesal karena tidak memanggilnya 'Suamiku', sekarang dia tahu aku ingin mencarinya, makanya memaksaku memanggilnya seperti itu. Ya sudahlah, aku pun tidak boleh begitu perhitungan, sekarang sedang memerlukan bantuannya, aku harus tunduk padanya.

Aku melihat Kakek ketiga sejenak, merasa sedikit malu.

Kakek ketiga berkata: "Kenapa merasa malu? Bukankah orang zaman dulu juga memanggil seperti ini? Karena sudah menikah dengan Tuan Yama, maka kamu harus memanggilnya seperti ini. Cepat!"

Aku tidak boleh membantah perkataan Kakek ketigaku, apalagi masalah ini memang begitu penting, aku menggertakkan gigi dan berkata terhadap liontin giok: "Suamiku...... dengar tidak?" Suaraku tidak jauh beda dengan suara nyamuk, aku tidak tahu harus bagaimana memulai perkataan......

Petugas Akhirat melihat dengan sangat geram, dan hampir melompat: "Ratu Kecil, Anda tidak bisa lebih keras sedikit? Aku saja sampai geram, bagaimana kalau Raja Yama sedang tidur dan tidak bisa mendengarnya?"

Aku membuladkan tekad, menarik napas dalam-dalam dan berteriak: "Suamiku! Dengar tidak?!"

"Ada apa? Katakan saja......"

Akhirnya suara Devil Yama terdengar dari liontin giok, wajahku terasa sedikit panas, memangnya ada apa ini......

"Desa menjadi seperti ini sebenarnya kerena faktor apa? Kamu bilang segala hal memiliki sebab akibat, aku ingin tahu di mana letak kesalahan Desa Du. Semua orang tidak tahu ada apa ini sebenarnya, kamu bisa menjelaskannya padaku? Setidaknya biarkan aku tahu apakah masih bisa ditebus atau tidak......" Aku berkata sambil menggigir bibir.

Devil Yama sepertinya benar-benar sedang tidur, suaranya terdengar seperti baru bangun tidur, berkata dengan santai: "Menebusnya? Itu tergantung apakah para roh yang mati tak bersalah bersedia memaafkan atau tidak. Suruhlah Kakek ketigamu pergi ke gua dalam gunung untuk mencari kebenarannya."

Kakek ketiga menundukkan kepala tak bersuara setelah melihatku, aku menanyakannya: "Masih ada yang ingin ditanyakan tidak?"

Kakek ketiga menggelengkan kepala: "Aku akan mencari waktu pergi ke gua, sebelumnya aku merasa gua itu bermasalah, hanya saja ayahmu sedang terluka parah, tidak sempat masuk ke dalam."

Aku berkata: "Aku akan pergi bersamamu, aku rasa tidak ada lagi orang desa yang berani ikut, semuanya takut mati."

Petugas Akhirat yang ada disampingku berkata: "Ratu Kecil, maaf aku cerewet, Anda sedang hamil, tidak baik pergi ke tempat semacam itu......"

Aku melihatnya dan berkata: "Bukankah kamu juga ikut pergi? Aku rasa kamu terlihat cukup hebat kok......" Wajah seorang pria bahkan bisa semencolok itu, memang sangat hebat......

Petugas Akhirat berkata setelah melongo sejenak: "Terima kasih atas sanjungan Ratu Kecil, hanya saja hamba sungguh bukanlah saingan roh di gua gunung itu, kalau dia mengamuk, hamba pun tak berdaya......"

Aku menengadahkan kepala melihat langit nan biru dan berkata: "Kalau serahkan saja pada takdir, aku rasa aku tidak akan mati semudah itu......"

Sore hari, Kakek ketiga sedang mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pergi ke gua, dia mungkin takut akan menghadapi masalah, makanya membawa berbagai benda yang untuk melindungi nyawa yang terpikirkannya. Aku meletakkan sebuah kursi dan duduk di bawah rindangan pohon dalam halaman rumah, nenekku masih belum bangun, ayahku pun entah sudah bagaimana, Kakek ketigaku telah menempelkan banyak kertas jimat di pintu kamar tempat ayahku berada, tidak mengizinkanku masuk.

Aku rasa cuaca tetaplah sangat panas, hati pun terasa pengap. Aku melihat Petugas Akhirat yang tak berdiri begitu jauh dariku dan berkata: "Kamu mendekat kemari......"

Petugas Akhirat berjalan 2 langkah mendekat dan bertanya: "Ratu Kecil ada perintah apa?"

Aku berkata sambil menghela napas: "Hanya sedang merasa sangat panas, dan tubuhmu memancarkan hawa dingin, aku seharusnya akan merasa sedikit lebih sejuk kalau kau mendekat......"

Petugas Akhirat melongo, mungkin karena kehilangan kata-kata, tapi tetap saja mendekat padaku. Ternyata benar, cukup sejuk, kurang lebih seperti AC berjalan, apalagi aku tidak pernah tergigit nyamuk semenjak duduk di halaman rumah, mungkin dia juga memiliki efek mengusir nyamuk.

Setelah Kakek ketiga selesai membereskan barang, dia berjalan ke halaman rumah dan berkata terhadapku: "Aku sudah selesai, hanya tinggal menunggu nenekmu bangun, dia bisa mengawasi keadaan ayahmu kapan pun saja setelah bangun."

Aku menganggukkan kepala: "Kamu rasa kita bakalan mati dalam gua itu tidak?"

Kakek ketiga melototiku dan berkata: "Omong kosong, tidak bisa mengatakan yang lebih positif?"

Aku tidak berbicara, aku sebenarnya ingin mengatakan hal-hal yang positif, tapi aku merasa gua yang dikatakan oleh Devil Yama itu tidaklah sederhana.

Saat jam 4 sore lebih, akhirnya nenek bangun juga, hanya wajahnya yang terlihat sedikit pucat, sisanya tidak kenapa-napa. Kakek ketiga langsung berpamitan setelah berpesan beberapa kalimat, aku rasa kalau tidak menyertakan Petugas Akhirat, Kakek ketiga pun tidak akan mengizinkanku ikut.

Jalan pegunungan tidak mudah ditempuh, aku memakai baju nenek, baju tipis sejuk bermotif bunga yang biasanya dipakai oleh ibu-ibu tua, warnannya abu kehitaman, tentu saja terlihat tidak begitu bagus, alasan utama memakainya adalah tidak leluasa mendaki gunung kalau aku mengenakan rokku.

Saat aku dan Kakek ketiga pergi menuju gunung, orang-orang desa yang bekerja di ladang menghentikan pekerjaan mereka dan melihat kami, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan mereka, mungkin sedang menebak aku dan Kakek ketiga hendak ke mana dan melakukan apa dengan membawa barang sebanyak itu.

Aku memakai sepatu kain nenekku, ukuran kaki nenekku sedikit lebih besar dariku, terasa sedikit tidak nyaman saat berjalan mengenakannya, merasa sedikit menyesal tidak memakai sepatuku sendiri, tapi tidak enak hati meminta Kakek ketiga pulang kembali untuk menggantinya.

Saat telah mendaki hingga setengah gunung, aku merasa kakiku sangat sakit karena memakai sepatu yang ukurannya tidak pas, apalagi lapisan dasar sepatu kain sangat tipis. Kakek ketiga peduli terhadapku, berkata istirahat sebentar dulu. Sebenarnya dialah yang jauh lebih lelah daripada aku, dia masih belum sempat tidur sebentar pun hingga kini.

Saat sudah jam 5 lebih, baru kami tiba di depan gua itu, menyadari ada seekor kucing hitam yang sedang duduk di depan gua, kucing hitam itu sangat mirip dengan milik kakek tua penjaga pintu di sekolahku, tapi mungkin aku telah berpikiran berlebihan, semua kucing yang serba hitam terlihat sama, tidak mungkin semuanya adalah kucing yang sama bukan? Jarak dari kota ke sini pun cukup jauh.

Kucing hitam itu tidak takut orang asing, dia menggerak-gerakkan ekor, melihat kami dengan santai.

Aku merasa mata kucing hitam itu terus memandangku, membuatku merasa sedikit merinding. Petugas Akhirat yang ada disampingku berkata terhadap kucing hitam itu: "Sana sana sana, jangan menghadang jalan!"

Kucing hitam itu tiba-tiba melompat, kabur menghilang tanpa jejak bagaikan telah gila, hal ini membuatku sangat kaget, seluruh bulu kudukku sudah berdiri.

Petugas Akhirat berkata dengan tak berdaya: "Hamba hanya ingin mengusirnya pergi...... kucing hitam itu cukup seram, penuh dengan energi negatif, tidak disangka akan mengagetkan Anda......"

Memangnya aku bisa mengatakan apa? Hanya bisa tersenyum tak berbicara......

Kakek ketiga memfokuskan perhatiannya dan berkata: "Alice, ikuti aku dengan erat, nanti kalau menyadari ada sesuatu yang aneh, kamu langsung lari. Kak Petugas Akhirat, Alice akan kuserahkan padamu."

Kakek ketigaku terlihat jauh lebih tua daripada Petugas Akhirat ini, tapi aku tahu, umur Petugas Akhirat ini seharusnya sudah jauh-jauh lebih tua dari Kakek ketigaku......

Petugas Akhirat berkata dengan serius: "Tanpa kamu katakan pun aku tetap akan melindungi Ratu Kecil, kalau terjadi sesuatu terhadap Ratu Kecil, aku akan ikut binasa."

Panggilan 'Ratu Kecil' ini terdengar sangat tidak nyaman, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mempedulikan hal sepele seperti ini......

Kami masuk ke dalam gua, angin beraura energi negatif menghembus, membuatku merasa musim panas dalam seketika telah berubah menjadi musim dingin. Pengandaian ini tidak terlalu berlebihan, bulu kuduk seluruh tubuhku telah berdiri, aku rasa bukan karena keadaan dalam gua yang pada dasarnya memang dingin, melainkan pasti ada sesuatu di dalamnya.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu