Yama's Wife - Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
Ibu tidak bertanya lagi, membiarkanku istirahat lebih awal agar besok bisa masuk kelas.
Setelah aku selesai makan, dia kembali ke kamar, berbaring di tempat tidur dan bermain dengan liontin giok di lehernya. Segala sesuatu yang terjadi di kampung halamannya membuatku memikirkannya dan merasa terkejut dan takut, sepertinya orang yang seumuran denganku tidak punya pengalaman yang begitu sangat 'kaya dan penuh arti'.
"Ratu kecil?"
Terdengar suara yang agak familiar, aku membalikkan badan dan bangkit, malaikat maut putih berdiri di samping tempat tidur memandangiku.
Aku bertanya, "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu datang? Apa kamu baik-baik saja? Terakhir kali aku melihat kamu terluka ..."
Malaikat maut putih berkata sambil menyeringai: "Tidak apa-apa, terima kasih Ratu kecil, penyembuhan beberapa hari saja sudah cukup. Bolehkan aku meminta Raja Yama untuk keluar? Ada banyak hal di underworld yang sudah menumpuk, dan Raja Yama tidak ada di sana, tidak ada yang mengurusnya.
Aku melepas liontin giok itu dan mengguncangnya di depan matanya: "Katanya ada di sini, silakan."
Malaikat maut putih segera berlutut dengan satu lutut dan mengepalkan tinjunya sambil berkata: "Malaikat maut putih, menghadap Raja Yama!"
Aku tercengang, apakah perlu seserius ini menghadapi liontin giok?
Sesuatu dari liontin giok, dan dalam sekejap menjadi Devil Yama. Dia cukup bisa diandalkan di depan bawahannya, tidak, dia cukup pandai pamer, memakai topeng dan melipat tangannya, lalu dengan dingin berkata: "Ada apa?"
Malaikat maut putih tampak sedikit takut pada Devil Yama, dan berbisik: "Underworld... Hal-hal di underworld telah menumpuk banyak, kamu tidak ada di tempat dan tidak ada yang mengurusnya..."
Devil Yama berkata dengan santai: "Biarkan Yunisha Bai dan Celio Bai yang mengurusnya, aku tidak akan bisa kembali ke underworld dalam tiga tahun."
Malaikat maut putih langsung berkata: "Ya! Aku akan kembali dan memberitahu kedua hakim."
Devil Yama melambaikan tangannya dengan agresif, dan malaikat maut putih pergi. Ternyata hakim berbaju merah itu bernama Celio Bai.
Aku berbaring di tempat tidur dan melihat ke arah Devil Yama dan berkata, "Apa yang kamu lakukan? Cepat kembali, aku mau tidur, dan akan ada kelas besok."
Ia melirikku dengan menyipitkan mata dan berkata, "Liontin giok itu adalah tempat latihan, bukan tempat istirahat. Beri ruang untukku."
Aku menatapnya dengan melotot, dan dengan tegas menentangnya untuk tidur denganku. Dia sepertinya mengatakan bahwa dia tidak akan kembali ke underworld dalam tiga tahun. Bisakah dia membiarkanku tinggal bersamanya seperti ini? Tidak, tidak akan, ia meletakkan tangannya di sekitar dadanya dan menatapku: "Kenapa? Apa kamu mau aku tidur di atasmu? Bukan tidak mungkin ..."
Aku segera pindah posisi untuknya.
Suara ibuku tiba-tiba terdengar di luar pintu: "Alice? Dengan siapa kamu berbicara?"
Suaranya penuh kekhawatiran, kemungkinan disebabkan oleh masalah hantu di kampung halamannya beberapa hari itu, mengira aku telah bertemu hantu lagi, aku buru-buru berkata: "Aku sedang menghafal kata-kata bahasa inggris, apakah itu mengganggumu? Kalau begitu aku tidur saja, ibu juga cepat pergi tidur."
Mendengar itu, ibuku langsung pergi...
Devil Yama menempati dua pertiga tempat tidurku, dan aku bahkan tidak menempati sepertiga... aku mematikan lampu, membalikkan badan dan menutup mata untuk pergi tidur, tapi dia mulai lagi. Dia berada di belakangku, dan menyentuh pinggangku ke punggungku.
Aku berpura-pura mati dan tidak berani bereaksi sama sekali.Jika aku tertidur dia akan melakukan hal semacam itu, aku akan membencinya seumur hidup ...
“Jangan pura-pura mati.” Nafas yang dia embuskan sampai ke telingaku.
Aku tahu dia tidak bisa dibohongi, tapi aku masih berpura-pura bodoh dan bertanya padanya: "Kenapa? Malam-malam begini tidak tidur, apa kamu kupu-kupu malam?"
Ia menggerak-gerakkan tangannya ke wajahku dan mengelus wajahku dengan lembut: "Aku tidak bisa tidur, aku tidak bisa tidur di tempat seperti ini."
Siapa yang memintamu untuk tinggal di sini!
Aku meraih tangannya dan membuangnya: "Kalau begitu kamu tidak perlu tinggal di sini, keluargaku miskin, rumahku kecil, dan tempat tidurku tidak besar atau empuk, aku harus sekolah besok, jangan ganggu tidurku."
Dia berkata dengan nada meremehkan: "Mengapa wanita belajar begitu banyak?"
Aku berbalik, memandangnya dan berkata, "Kami wanita modern, wanita dan pria itu setara, apa kamu tidak tahu? Aku harus melanjutkan ke universitas yang bagus dan mencari pekerjaan yang bagus di masa depan. Hanya jika kamu memiliki kehidupan yang baik barulah keluargamu dapat hidup lebih baik. Aku bukanlah kamu, raja yang bermartabat, tidak khawatir tentang kehidupan, tidak khawatir tentang apa pun."
Apa yang aku katakan itu benar, dan aku harus bekerja keras sesuai dengan itu.
Devil Yama tidak menyangkalku, tapi memelukku: "Tidurlah."
Aku awalnya sedikit tidak nyaman, tapi segera setelah dingin, terasa nyaman. Aku tidur sampai subuh.
Devil Yama tidak lagi berada di tempat tidur, dia kembali ke liontin giok. Setelah aku bangun, memakai liontin giok, mandi, berganti pakaian dan keluar terburu-buru, ibu menyuruhku makan pagi sebelum keluar, tapi aku tidak makan, pagi-pagi tidak ada nafsu makan.
Saat aku sampai di sekolah, semuanya sudah kembali tenang, kekacauan yang disebabkan oleh kematian Gerry He dan lelaki tua di depan pintu telah berlalu.
Kelas yang pertama adalah kelas bahasa, dan ternyata ada ujian. Meskipun bukan ujian masuk perguruan tinggi, aku juga sangat gugup.
Setelah kertas ujian dibagikan, guru bahasa itu berjalan ke arahku: "Kamu bilang ibumu sakit, bagaimana keadaannya sekarang? Jangan takut kalau ulangannya kurang bagus kali ini. Masih ada waktu untuk mengulang."
Aku terharu sampai hampir menangis, meskipun guru bahasa adalah wanita paruh baya berusia 36 tahun, dia dalam kondisi yang baik, aku harus mengakui bahwa dia selalu suka memakai pakaian profesional di kelas, seperti pekerja kantoran, bentuk tubuhnya juga bagus dan sering menjadi bahan bicaraan murid laki-laki yang lainnya.
Aku masih memiliki kesan yang baik terhadapnya. Selain itu, nilaiku di kelas juga tergolong bagus, jadi dia selalu berbicara denganku dengan suara yang lembut.
Aku buru-buru mengangguk dan berkata: "Aku dalam keadaan sehat, tidak apa-apa, aku akan melakukannya sebaik mungkin..."
Dia menepuk pundakku dan pergi.
Aku fokus pada ujian itu, dan terpesona melihat seseorang berdiri di luar jendela, bukankah itu ... Raphael Bai? Aku terkejut, melihat sekeliling, tidak ada yang memperhatikannya, aku lega, kebanyakan orang seharusnya tidak bisa melihatnya.
Novel Terkait
Istri Yang Sombong
JessicaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleHarmless Lie
BaigeAnak Sultan Super
Tristan XuSi Menantu Buta
DeddyYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk