Yama's Wife - Bab 137 Tanah Yang Berdarah
Aku lantas terbangun dari mimpiku, ketika aku menyadari kalau seseorang benar-benar sedang menindihku, aku kemudian menjerit keras: “Ah__!”
Devil Yama kemudian menutup mulutku: “Ribut sekali!”
Menyadari kalau yang menindihku adalah dia, aku kemudian bernafas lega, mengapa saat dia menindihku rasanya percis seperti saat diriku dijatuhkan ketanah didalam mimpiku? Aku sempat merasa kalau aku bisa memimpikan hal yang buruk, itu karena dia menindihku.
Dan tangannya itu juga berada diatas perutku, entah kapan dia melepaskan perban ditubuhku, aku kaget ketika menyadari kalau lukanya sudah sembuh dan hanya meninggalkan bekas yang sangat ringan, ketika bibi kecil mengoleskan obat itu dia memang mengoleskan sangat banyak obat padaku, aku tidak menyangka kalau obat itu bisa seajaib ini.
Devil Yama tidak memakai topengnya, melihat wajahnya yang begitu dekat denganku, aku tidak bisa memungkiri kalau hatiku berdegup karenanya. Dia kemudian menggenggam tanganku, mendekatkan wajahnya dan menciumku, lidah dinginnya kemudian berkutat dengan lidahku. Aku pun teringat pada kejadian malam itu empat tahun yang lalu, malam itu dia tidak memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya, yang paling kuingat dari kejadian malam itu adalah cincin jasper diibu jarinya.
Memikirkan hal itu, aku kemudian melepaskan tangannya, setelah itu aku kemudian mengambil cincin jaspernya, lantas mengulurkan tanganku dan melingkarkannya pada lehernya.
Dia melihatku, tiba-tiba saja tertawa: “Sudah berapa lama kamu memikirkannya?”
Aku kemudian memakai cincin jasper itu ditelunjuk jari kiriku dan memainkannya: “Sudah empat tahun, mengapa? Kamu tidak rela?”
Dia lantas meremas dadaku: “Sama sekali tidak masalah, jika kamu menyukainya maka ambil saja, asalkan kamu bisa melayani suamimu ini dengan baik, kamu boleh menginginkan apapun.”
Aku kemudian menepis semua akal sehatku, lantas menjulurkan tanganku dan melepaskan pakaiannya, aku bukan melakukannya demi cincin jasper ini (sebenarnya ya), aku melakukannya demi keinginanku yang sudah ada sedari tadi, dialah yang telah menggunakan paras tampannya memikat diriku.
Aku tidak tahu kalau gerak-gerakku bisa membuat dirinya bergejolak hebat, ketika dia berubah berang dia membuatku teringat kembali pada kejadian empat tahun yang lalu, muncul ketakutan didalam hatiku, tetapi semuanya sudah terlambat, dia menahan pinggangku, aku merasakan sesuatu yang keras berada diantara kakiku, aku pun segera mengatakan: “Itu……tunggu sebentar……” aku baru saja ingin mengatakan kalau aku belum siap, dia sudah memasukkannya.
Aku lantas menggenggam erat cincin jasper itu, membenci diriku yang lebih memilih harta dari pada nyawaku sendiri.
Devil Yama membungkuk dan memelukku, tubuhnya menempel erat dengan tubuhku, aku mendengar nafasnya berhembus ditelingaku, seperti terpengaruh olehnya, aku merasakan sebuah sensasi perasaan yang sangat kuat. Dia mengangkat wajahku kemudian melumat bibirku dengan lembut dan ringan, aku harus menengadah, leherku rasanya lelah sekali. Aku takut kekuatannya ini, membuat lukaku kembali menganga, hingga akhirnya akulah yang dirugikan, aku ingin memintanya agar lebih lembut, tidak kusangka ketika aku membuka mulutku yang terdengar adalah suara desahan yang sangat memalukan.
Dia tidak tahan ketika aku mendesah, sedikit desahan dia menjadi senang dan bersemangat, aku sudah merasakan hal ini sebelumnya.
Setelah dia menyelesaikannya, sekujur tubuhku penuh dengan keringat, dia sebaliknya malah kelihatan sangat segar, aku kemudian melihat cincin jasper ditangaku, aku merasa kalau ini adalah harga yang pantas ~~~
Dia kemudian meletakkan tangannya dipinggangku: “Mengapa kamu bisa sematre ini? Sejak awal kamu sudah berpikir untuk menjual liontin giokku, sekarang kamu ingin menjual cincin jasperku ya?”
Aku segera mengoreksi perkataannya: “Milikku, sekarang cincin ini telah menjadi milikku! Apa yang sudah kamu berikan padaku sudah menjadi milikku, kamu tidak boleh memintanya kembali! Kamu tidak perlu tahu apa yang aku akan lakukan pada cincin ini, aku suka melihat benda-benda berharga!”
Dia kemudian menggigit cuping telingaku, dan mengubah topik pembicaraan: “Jika, jika suatu hari kamu mengetahui kalau aku telah menyembunyikan sesuatu darimu, apa yang akan kamu lakukan?”
Waktu itu aku tidak tahu apa maksud perkataannya itu, aku hanya mengatakan: “Biasanya juga kamu selalu menyembunyikan semua hal dariku, apa yang aneh? Memangnya aku bisa apa? Lagipula kamu juga tidak ingin memberitahuku, semuanya sama saja, benar tidak?”
Dia tiba-tiba saja berubah serius: “Jika suatu hari kamu sampai menyalahkanku, membenciku, aku bisa memahaminya, tapi kamu jangan hanya melihat semua hal dari satu sisi, jika ada pilihan yang lebih baik, aku juga tidak akan memilih pilihan yang lebih buruk. Sudahlah, ayo tidur.”
Waktu itu aku juga tidak terlalu memikirkan perkataanya, dia setiap harinya juga selalu bersikap misterius, jika ingin mengetahui dan memahami apa yang dipikirkannya kamu harus belajar menebaknya, ini terlalu melelahkan.
Keesokan harinya, aku pun langsung pergi kesekolah, sekarang lukaku sudah sembuh, aku juga tidak perlu izin untuk tidak masuk lagi.
Setibaku disekolah, aku merasa ada yang aneh, tapi aku tidak bisa mengatakan letak keanehan itu. Setelah pagi berlalu, aku pun baru menyadari kalau Peace tidak datang. Disebelah barat sekolah sepertinya ada sebuah tempat yang sedang direnovasi, membuat sekeliling sekolah dipenuhi oleh tanah-tanah yang baru saja dikorek. Lapangan olahraga sekolah terletak disebelah barat, ketika istirahat, aku kemudian berjalan-jalan dilapangan, aku menemukan ada banyak tanah ditempat itu, dan telah mengotori sepatuku.
Aku merasa agak kesal, aku suka memakai sepatu berwarna putih, dan sekarang sepatuku sangat kotor.
Aku lantas berjalan kesamping dan menghentakkan kakiku, awalnya aku ingin menyingkarkan gumpalan tanah itu, tiba-tiba saja aku melihat kalau warna tanah itu sepertinya tidak beres, ada yang warnanya seperti warna tanah normalnya, ada juga yang kelihatannya sangat merah, sepertinya telah diwarnai oleh sesuatu.
Tanah itu juga memang memiliki aroma yang tidak enak dicium, awalnya aku tidak terlalu memperdulikan aroma yang tidak menyenangkan diudara, aku kemudian menahan perasaan jijikku mengambil segumpal tanah berwarna merah dan menciumnya, ada aroma darah. Penemuanku ini membuat sekujur tubuhku merasa sangat tidak nyaman, aku juga tidak mendengar telah terjadi kejadian berdarah disekolah, darimana pula asalnya bau darah di tanah ini? Mungkinkah ini terjadi karena besi yang berkarat atau sejenisnya? Aroma besi yang berkarat juga agak mirip dengan aroma darah.
Tiba-tiba ada seseorang yang kemudian memukul pundakku, aku kaget dan terkejut, mungkin saja wajahku juga ikut berubah putih. Aku kemudian berbalik melihatnya, mereka adalah William Chen dan Jacob.
Aku lantas menepuk dadaku dan mengatakan: “Apa kalian ingin mengejutkanku?”
Setelah datang kesekolah, aku tidak pernah melihat mereka, bagaimanapun murid baru tidak bisa bersama dengan mereka, jadi meskipun disekolah yang sama juga tidak akan mudah ‘kebetulan bertemu’, ditambah lagi aku juga tidak suka melalak.
Jacob tersenyum mengatakan: “Apa tadi aku melihatmu memakan tanah?”
Aku tidak senang mengatakan: “Aku tidak semiskin sampai aku harus makan tanah, aku hanya merasa kalau tanah ini agak aneh.”
William Chen mengatakan: “Kabarnya mereka telah menggali keluar sebuah peti mati dari sana, apakah kecurigaanmu ada hubungannya dengan hal itu? Katanya tanah-tanah yang ada disekeliling peti mati itu semuanya berwarna merah, dan petinya juga bukan peti mati masa sekarang. Pagi-pagi ini peti itu sudah dibawa pergi, mungkin sudah dibawa ke kantor polisi, bagaimanapun hal ini tidak mungkin sekolah yang mengurusnya, rasanya seperti bisa membawa sial.”
Peti mati? Tanah berwarna merah?
Aku pun teringat ketika aku masih kecil kakek ketiga memberitahu nenek tentang peti darah, situasinya percis seperti situasi sekarang, dan biasanya peti darah itu bukan sesuatu yang baik, jika memang itu adalah peti darah, pasti akan terjadi sesuatu yang buruk disekolah ini!
Aku tidak terlalu paham tentang peti darah, tetapi aku tahu ini sangat buruk, sebab kakek ketiga pernah mengatakan, jika peti darah muncul, seseorang akan mati.
Novel Terkait
Cinta Yang Terlarang
MinnieHalf a Heart
Romansa UniverseUnperfect Wedding
Agnes YuLove and Trouble
Mimi XuBeautiful Lady
ElsaSuami Misterius
LauraYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk