Yama's Wife - Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
Kakek ketigaku menempatkan tempat dupa di atas meja dan melakukan ritual, penampilannya yang memakai baju taoist selalu membuat mataku bersinar, suasana yang khidmat itu membuat orang lain mempercayainya secara tanpa sadar.
Aku berada di samping Kakek ketigaku sebagai asistennya, aku akan melakukan apapun yang dia suruh, aku mengamati seluruh proses ritual dengan sangat serius. Aku sering menemui taoist penipu, mereka hanya pandai mengelabui orang, tapi Kakek ketigaku berbeda, Pedang Kayu Persik mengangkat selembar kertas jimat dengan mudah, setelah dia selesai mengucapkan mantra, kertas mantra akan terbakar hingga habis secara tiba-tiba.
Aku baru pertama kalinya melihat Kakek ketiga melakukan ritual dari awal sampai selesai, rasa kagum terhadapnya bertambah bagaikan air sungai yang meluap menjadi banjir, dulu nenekku tidak membiarkanku melihat semua ini, anak kecil biasanya harus menghindar, akhirnya hari ini bisa memiliki kesempatan untuk menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.
Setelah selesai melakukan ritual dan Kakek ketigaku selesai berpesan, istrinya Seacht Hong berjalan ke hadapan Kakek ketigaku, memberikan sesuatu pada tangan Kakek ketigaku secara diam-diam. Aku telah melihatnya dengan jelas, yaitu uang.
Kakek ketigaku tidak menerimanya, hanya berkata: "Ini adalah hutang keluarga kami terhadap keluargamu, istrinya Seacht, maaf, kamu seorang wanita sangatlah kesusahan, uang pemakaman mereka berdua akan kutanggung, kamu juga tidak perlu memberikan uang apapun."
Istrinya Seacht menangis lebih histeris setelah mendengar ucapan Kakek ketigaku, Kakek ketigaku menghela napas dan membawaku pulang ke rumah.
Aku kira Kakek ketiga bakalan menetap lebih lama di sini, aku menanyakannya di tengah perjalanan: "Kematian mereka berdua tidak normal bukan? Mereka pun tidak mengidap penyakit."
Kakek ketigaku melihatku dan bertanya: "Kenapa kamu bisa mengetahuinya?" Kakek ketiga tidak terlihat kaget atau terkejut, terlihat jelas dia sedang menguji kemampuan analisisku.
Aku berpikir sejenak lalu berkata: "Saat kamu membuka kain putih dan melihat mayat, raut wajahmu berubah. Kalau mati secara normal, kamu tidak akan memperlihatkan ekspresi seperti ini. Apalagi saat kamu melakukan ritual tadi, kertas jimat exorcism lah yang paling banyak kamu gunakan." Kertas jimat exorcism adalah jenis jimat yang paling kukenal, bentuk tulisan dan motif yang ada di kertas lebih mudah dikenali, aku memiliki kesan saat masih kecil, tadi Kakek ketiga telah menjelaskannya padaku, makanya mulai mengingat lebih jelas.
Kakek ketiga tertawa tak berdaya: "Alangkah bagusnya kalau kamu adalah lelaki, keluarga kita sudah tidak memiliki orang sepertiku dalam generasi muda sepertimu, profesi ini sepertinya akan menghilang. Kamu adalah orang dengan bakat menjadi 'Onmyoji', sayangnya kamu adalah perempuan. Kamu bahkan menikah dengan Tuan Yama, juga ada janin gaib dalam perutmu, kamu tidak boleh melakukan profesi ini, jadi cukup dengan mengajarimu hal-hal dasar."
Aku merasa kesal: "Memangnya kenapa kalau perempuan? Aku bisa kok! Bukankah nenekku juga bisa? Dia pun cukup banyak mengerti hal ini. Lalu memangnya kenapa kalau menikah dengan Yama? Lagipula aku bukanlah orang mati, aku masih hidup. Bukankah semua roh mengatakan energi negatif di tubuhku sangat pekat? Aku bisa melindungi diri sendiri dengan mempelajari ini."
Kakek ketiga tiba-tiba berhenti, aku mengalihkan pandangan dan melihat, Malaikat Maut Hitam Putih telah berdiri tidak jauh dari tempat kami berada. Aku merasa sepasang mataku ini semakin lama semakin aneh, mungkin saja karena energi negatif terlalu pekat, tidak perlu membuka mata ketiga pun langsung bisa melihat semua benda ini.
Sedangkan Kakek ketigaku terlihat jelas hanya mampu merasakan keberadaan mereka, tapi tidak mampu melihatnya. Dia kembali menggumamkan mantra yang tidak kumengerti seperti sebelumnya, lalu jari tangannya mengelus daerah matanya sejenak. Dia tidak memerlukan bantuan kertas jimat untuk membuka mata ketiga, aku sangat kagum dalam hal ini.
Malaikat Maut Hitam Putih berdiri di sana tak berkutik, wajah mereka dilumuri tepung yang tebal, yang satunya hitam yang satunya putih, sama sekali tidak bisa melihat ekspresi mereka dengan jelas. Dulu aku kira Malaikat Maut Hitam Putih adalah pria, tapi setelah pertemuan sebelumnya baru kusadari, Malaikat Maut Hitam Putih ternyata adalah sepasang pria dan wanita yang merupakan kakak beradik. Bentuk badan Malaikat Maut Putih terlihat lumayan bagus, depannya besar dan belakangnya montok. Sedangkan Malaikat Maut Hitam, kalau tidak melihat wajah hitamnya itu, dia termasuk seorang pria cantik.
Kakek ketiga mulai lanjut berjalan ke depan setelah melihat mereka, hanya saja dia pergi mengambil dua lembar kertas jimat dari dalam tas kain yang selalu dibawa di sisi, menyerahkan selembar kepadaku: "Ambil kertas jimat ini lalu berjalan ke sana dengan kepala tertunduk, jangan melihat mereka. Kelihatannya datang untuk mencabut arwah, tadi kan baru saja ada dua orang yang meninggal di Keluarga Seacht......"
Aku tidak berani menunda waktu, mengambil kertas jimat, menundukkan kepala dan berjalan ke depan mengikutinya. Saat melintasi Malaikat Maut Hitam Putih, Malaikat Maut Putih tiba-tiba berkata menggunakan suara yang lembut: "Ratu kecil, kenapa kamu begitu membenci kami? Apakah sebelumnya telah membuatmu ketakutan?"
Aku melongo, Kakek ketiga tidak mengatakan apapun padaku, makanya aku tidak berani bersuara. Aku tiba-tiba tidak tahu apa gunanya kertas jimat di tanganku ini, lagipula tidak bisa membuat tubuh menjadi tembus pandang......
Aku dan Kakek ketigaku terus berjalan ke depan, dan menyadari Malaikat Maut Hitam Putih sedang mengikutiku dari belakang. Cuaca awalnya terasa panas, tapi Malaikat Maut Hitam Putih berada di sisiku, makanya aku tidak merasa kepanasan lagi, hanya saja, setiap selang beberapa waktu, aku merasa bajuku telah dibasahi keringat dingin, akibat ketakutan...... Oh Tuhan, mengerikan sekali! Dua orang pencabut nyawa berada tepat di belakangku, memangnya umurku sudah tiba?
Kakek ketiga tidak berbicara, tetap berjalan ke depan, tapi aku sudah tak tahan lagi, berhenti dan menanyakan: "Permisi, umurku sudah tiba ya? Kalian datang untuk mencabut nyawaku?" Suaraku terasa sedikit gemetaran, ini sudah cukup untuk menyatakan betapa besar ketakutanku.
Malaikat Maut Hitam Putih segera berkata: "Bukan, bukan, bukan, Ratu Kecil, Raja Yama lah yang mengutus kami kakak beradik datang untuk melindungimu!"
Kakek ketigaku pun berhenti saat mendengarnya: "Bukankah sebelumnya ada Petugas Akhirat?"
Malaikat Maut Putih memegang bunga anggrek dan menggerakkan pinggangnya sambil berkata: "Aduh ~ orang itu mabuk berat karena terlalu rakus sama anggur, bahkan sampai lalai melindungi Ratu Kecil, kebetulan suasana hati Raja Yama sedang tidak baik, dia telah dikirim ke neraka tingkat ke-18 oleh Raja Yama, hanya saja entah dia bisa keluar dengan baik-baik setelah menghadapi 18 macam siksaan atau tidak......"
Aku kaget: "Apa? Aku yang menyuruhnya kembali. Aku melihat dia sudah mabuk berat, tidak ada gunanya tinggal di sisiku, apalagi aku pun tidak kenapa-napa, tapi dia langsung menyiksa orang lain hanya karena suasana hatinya buruk? Yama hebat sekali? Tidak menganggap roh sebagai roh?! Aku tidak memerlukan kepeduliannya, dia tidak perlu peduli aku masih hidup atau mati, kalian pulang saja, suruh dia jangan mengutus orang lagi. Kalau dia memang tidak berharap aku mati, kenapa dia sendiri tidak datang? Hanya mengutus 2 orang saja sudah merasa cukup tulus? Ini adalah hal yang harus dilakukan olehnya sendiri, tapi dia malah menyuruh orang lain melakukannya, bahkan nyawa orang yang diutus tidak akan selamat kalau tidak melakukan tugas dengan baik, atas dasar apa ini? Kalian segera kembali dan suruh dia melepaskan Petugas Akhirat itu, kalau tidak aku akan...... aku akan...... menghancurkan barang yang dia inginkan!"
Malaikat Maut Hitam Putih mengangakan mulut lebar-lebar, Malaikat Maut Putih berkata dengan kesal: "Ratu kecil...... sungguhan? Kami tidak berani menentang perintahnya Raja Yama...... apalagi memintanya melepaskan Petugas Akhirat. Anda kasihanilah kami kakak beradik, sebelumnya kami telah menyia-nyiakan banyak waktu karena arwah orang tua itu, kami awalnya harus terjatuh ke neraka tingkat ke-18, tapi Raja Yama bermurah hati, dan membiarkan kami datang melindungi Anda, sekarang kalau kami kembali lagi, arwah kami akan hancur!"
Aku adalah orang yang berhati lemah, dari luar terlihat berkharismua, tapi sebenarnya bernapas pun tidak berani terlalu keras saat berada di hadapan Devil Yama. Aku hanya merasa dia sudah keterlaluan, kalau bertindak atas dasar suasana hati, apa bedanya dia dengan raja tiran? Dia langsung menjatuhkan bawahannya ke neraka tingkat ke-18 tanpa alasan kuat, tempat itu kedengarannya merupakan tempat yang tidak mudah untuk bisa kembali hidup setelah terjerumus ke dalamnya...... Orang mati masih menyisakan roh, tapi kalau roh sudah hancur, maka tidak ada lagi yang tersisa......
Novel Terkait
Pejuang Hati
Marry SuKisah Si Dewa Perang
Daron JayStep by Step
LeksLove and Trouble
Mimi XuBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeIstri Pengkhianat
SubardiYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk