Yama's Wife - Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
Kakek ketiga juga memberi isyarat padaku untuk jangan ikut campur dalam hal ini: "Ayo pergi, Alice, urusan di Underworld tidak bisa kita campuri......"
Aku merasa kesal dan kembali mengikuti Kakek ketiga pulang ke rumah, Malaikat Maut Hitam Putih mengikutiku dari belakang, sebenarnya aku merasa Petugas Akhirat atau semacamnya di Underworld berbeda dengan roh biasa, roh biasanya tidak bisa muncul di siang hari, sedangkan Petugas Akhirat malah sama sekali tidak takut cahaya matahari, juga tidak anti siang hari.
Aku tidak ingin membuat Malaikat Maut Hitam Putih mengikutiku, karena mengalami trauma yang berat terhadap mereka, semua anak kecil dalam desa kami tahu bahwa Malaikat Maut Hitam Putih bertugas untuk mencabut nyawa, kalau aku membiarkan mereka mengikutiku terus sepanjang hari seperti ini, mentalku cepat atau lambat pasti akan hancur, ini bukanlah candaan.
"Kalian jangan mengikutiku lagi, kalian tidak bisa pergi melakukan pekerjaan kalian? Bukankah kalian bertugas khusus dalam mencabut nyawa? Kenapa sekarang malah beralih profesi?" Aku sangat murung, juga takut......
Mungkin karena Malaikat Maut Putih adalah seorang wanita, makanya lebih akrab saat berkomunikasi denganku, dia berjalan ke sampingku dan berkata: "Ratu Kecil, sekarang tugas mencabut nyawa sudah bukan dilakukan oleh kami lagi, untuk sementara akan digantikan oleh orang lain, tidak ada hal yang lebih penting daripada menjamin keselamatan Anda, Anda rasa benar bukan?"
Aku meliriknya sekias dan berkata: "Yang kamu maksud adalah tidak ada hal yang lebih penting daripada yang ada di dalam perutku ini bukan? Kalau tidak ada sesuatu dalam perutku, Underworld mana mungkin bakalan peduli aku hidup atau mati. Yama entah sudah menikah dengan berapa banyak istri, bahkan aku termasuk dalam istri mudanya, aku tidak merasa dia akan begitu mementingkanku. Kalian pergilah bermain di mana pun sesuka hati kalian, kalau kalian mengikutiku...... ini akan terasa sangat mengerikan."
Malaikat Maut Putih tersenyum sambil berkata: "Ratu Kecil, lihatlah ucapanmu ini, Raja Yama tidak pernah begitu peduli terhadap wanita mana pun. Kalau Anda tidak suka kami mengikuti Anda seperti ini, kalau begitu kami akan mengikuti Anda dari kejauhan, tidak akan membuat Anda merasa ngeri......"
Kelihatannya mereka tetap tidak akan kembali, mau mengikutiku ya ikuti saja. Saat kembali mengingat jejak kaki di luar halaman rumah, aku tetap merasa takut, kalau sampai Kakekku dan yang lainnya benar-benar masuk ke dalam, aku sekarang pasti tidak akan bisa berdiri di sini......
Kakek ketiga tidak langsung pulang, melainkan pergi menuju gunung. Aku pun tidak bertanya, dia sebelumnya pernah berkata, dia ingin menemukan mayat kakekku dan yang lainnya untuk dibakar, kalau tidak, orang-orang di desa akan mengalami bahaya. Dia naik ke gunung pada jam segini seharusnya untuk pergi mencari mayat kakekku dan yang lainnya.
Kakek ketiga memegang benda semacam kompas, terkadang akan menundukkan kepala melihat kompas, lalu memilih suatu arah untuk ditujui. Begitulah bagaimana caranya mencari dalam sepanjang hari ini, aku sudah berkeringat karena teriknya matahari.
Sekian lama kemudian, baru akhirnya Kakek ketiga berhenti, dan baru aku mulai merasakan tempat ini hampir tidak terkena paparan sinar matahari, ini jelas-jelas berada dalam jurang, apalagi suhu di dalam sini sangat sejuk. Tanpa mempedulikan apapun, aku langsung duduk di atas sebuah batu dan beristirahat, tapi baru saja duduk, Kakek ketiga langsung berkata: "Bangun!"
Aku merasa sedikit sedih: "Aku hanya ingin istirahat sebentar...... benar-benar sangat lelah......"
Kakek ketiga berkata dengan tidak buru-buru: "Kalau ingin istirahat, maka istirahatlah, pokoknya ada orang mati di bawah pantatmu."
Aku melompat bangun bagaikan seekor kelinci: "Kenapa tidak bilang dari awal!"
Setelah itu baru aku mengamati batu itu dengan teliti, di atasnya sepertinya ada ukiran tulisan. Kakek ketiga berjalan mendekat dan membersihkan debu di atas batu, melihat tulisan yang sudah kabur dan berkata: "Tepat di sini."
Aku bertanya dengan bingung: "Kakek dan yang lainnya berada di sini?" Tanah di sekitar sini kelihatannya sangat keras, tidak terlihat seperti pernah digali, ataupun terlihat seperti ada sebuah benda yang merambat keluar dari dalam tanah atau masuk ke dalam tanah.
Kakek ketiga melihat kompas di tangannya dan berjalan ke arah tenggara: "Jangan menilai buku dari sampulnya, di sini hanya merupakan tempat energi negatif berkumpul, merupakan tempat yang bagus untuk mengembangkan kekuatan mayat, tempat ini tidak sederhana. Mari kita temukan tempat persembunyian mereka dulu."
Aku merasa sedikit takut, tapi mengingat ada Kakek ketiga di sisi, juga Malaikat Maut Hitam Putih, seharusnya tidak akan terjadi apa-apa, apalagi sekarang masih siang bolong.
Malaikat Maut Hitam Putih mengikutiku dari kejauhan, meskipun berjarak jauh, aku tetap saja mampu merasakan keberadaan mereka, perasaan diawasi oleh orang lain tidaklah begitu nyaman......
Setelah berjalan ke depan tidak begitu lama, Kakek ketiga menyimpan kompasnya: "Di sini."
Aku melihat ada sebuah lubang besar di di lereng yang tidak jauh dari sini, lalu segera bersiap-siap mengeluarkan peralatan: "Kakek ketiga, harus bagaimana?"
Kakek ketiga tidak berbicara, lalu terdengar sebuah suara dari atas kepala: "Hanya mengandalkan kalian, jangan bercanda, aku takut kalian juga akan mati di sini."
Aku mengangkat kepala dan melihat, tidak disangka ternyata seorang manusia, dia berada di atas pohon samping kami, kami bahkan tidak menyadarinya dari tadi!
Orang itu kelihatannya tidak begitu luar biasa, sebaliknya malah memiliki aura berandal, apalagi umurnya terlihat tidak tua, sekitar 20 tahunan, memakai kaus hitam, celana hitam, sepatu...... wanita putih.
Pakaian yang serba hitam dengan sepatu putiih tidak terasa aneh? Pokoknya aku merasa aneh saat melihatnya.
Kakek ketiga mengangkat kepala melihatnya dan menanyakan: "Kamu siapa? Kamu tahu masalah di sini?"
Orang itu langsung melompat dari atas pohon, bahkan sampai terjatuh ke tanah dengan pantatnya, Kakek ketiga mengulurkan tangan terhadapnya, menarinya bangun: "Anak muda, kamu begitu berani melompat dari tempat setinggi itu, pernah berlatih ya?"
Aku melihat dari samping, tidak berbicara, aku tidak menyukai orang ini, sekujur tubuhnya memancarkan aura yang serba aneh, tapi parasnya malah cukup menawan juga......
Aku tidak akan mengganggunya, tapi dia ingin menggangguku, dia tersenyum ceria melihat wajahku yang merasa risi terhadapnya, berkata: "Gadis desa kecil, kamu memakai baju nenekmu bukan? Kulot sekali."
Aku melihat baju dan sepatu kulit di tubuhku, lalu membalikkan bola mata putih padanya dan tidak meladeninya. Orang ini benar-benar menyebalkan.
Melihat aku tidak menanggapinya, dia tidaklah marah, dan mulai berbicara dengan Kakek ketigaku: "Maaf aku lupa memperkenalkan diri, Nico Li, Kakek, profesi kita sama, kamu bahkan bisa tiba di sini, sepertinya juga telah menyadari keganjilan dari tempat ini."
Aku sangat terkejut, model seperti ini malah seprofesi dengan Kakek ketigaku? Onmyoji? Jangan bercanda, suasana hatiku pada saat itu hanya ingin mengkritiknya. Kalau dia menjadi pemuda tampan di kota, dia mungkin saja akan menjadi miliarder beberapa tahun kemudian, kenapa malah jadi Onmyoji......
Raut wajah Kakek ketiga terlihat sedikit serius: "Kamu yang masih muda bahkan mampu menelusuri hal ini sampai ke sini, kemampuanmu sungguh dalam. Kamu sebelumnya berkata kami akan mati di sini kalau hanya mengandalkan kami berdua saja, kalau begitu menurutmu, bagaimana caranya agar bisa mengatasi masalah di sini?"
Nico Li bersandar di batang pohon dan berkata dengan gaya bermalas-malasan: "Aku tidak tahu, semua orang mati ini bukan datang ke sini dengan keinginan sendiri, melainkan ada orang yang memandu mereka. Hanya menetap sehari di dalam sini, semua orang ini akan bertambah hebat, aku sudah mampu menduga desa ini akan menjadi desa tak berpenghuni dalam waktu singkat."
Aku tidak tahan lagi, berkata: "Cih, memangnya yang kamu katakan akan jadi kenyataan? Orang yang belum dewasa, tidak bisa diandalkan, masih belum dewasa, jadi beromong kosong apa kamu? Dengan penampilanmu yang seperti ini, beraninya menyebut dirimu seprofesi dengan Kakek ketigaku, kamu adalah penipu. Jangan berlagak seakan-akan kamu sangat memahaminya."
Novel Terkait
Lelaki Greget
Rudy GoldAwesome Husband
EdisonCinta Dan Rahasia
JesslynMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiThe Gravity between Us
Vella PinkyYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk