Yama's Wife - Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
Aku berkata dengan sedikit kesal: "Seorang anak kecil datang meminta makanan, katanya ibunya tidak masak, menyuruhnya keluar mengemis makanan sendirian. Kamu rasa, mana ada seorang ibu yang seperti ini? Mila Chen kenal tidak?"
Nenekku memancarkan tatapan mata sangat merasa risi: "Mila bukan wanita baik-baik, setelah prianya meninggal, dia sering melacur dengan pria lain. Sering memukul dan memaki ayah dan ibu mertuanya, tidak memberi makan seharian sudah tidak jarang terjadi, sayang masih ada seorang anak, sama-sama tidak dipedulikan, setiap hari bermain dengan pria nakal. Kita tidak bisa mengurus masalah keluarga mereka sampai tuntas, kamu pun jangan terlalu peduli. Dulu orang-orang desa sering memberikan makanan pada keluarganya, tapi satu kalimat terima kasih pun tidak pernah diucapkan, dan malah bersikap ini sudah sewajarnya didapatkan, siapa yang tidak kesal? Menyuruh anaknya keluar mencari makan sendiri sudah bukan sekali dua kali, kamu bisa mengurusnya sekali dua kali, tapi memangnya bisa untuk seumur hidup?"
Aku tidak pernah menemui orang sekejam ini, dia bahkan adalah seorang wanita, yang merupakan anak dari seseorang dan ibu dari seorang anak, sungguh luar biasa.
Aku pun tidak mengatakan apapun, setelah mengambil nasi dan memanaskan sayur yang tadinya tidak habis dimakan, aku membawanya keluar. Anak kecil itu sudah tak tahan lagi, sejujurnya aku benar-benar sangat iba melihat anak kecil yang begitu kurus dan terlihat kotor ini, entah dosa apa yang telah diperbuat pada kehidupan lampau, sehingga sampai reinkarnasi dalam keluarga semacam ini.
Melihat dia makan dengan begitu lahap sampai habis, aku menanyakannya: "Kamu sudah kenyang belum?"
Dia menganggukkan kepala: "Terima kasih kakak, anak dalam perutmu sungguh bahagia memiliki seorang ibu sepertimu."
Aku tidak berani percaya anak sekecil ini bisa mengatakan ucapan seperti itu, hati terasa nyeri dan juga terkejut: "Kenapa kamu bisa tahu......" Bagaimana cara dia bisa mengetahui ada 'janin' dalam perutku? Jelas-jelas tidak menggembung sama sekali, aku sendiri saja sebelumnya tidak mengetahuinya.
Dia melihatku dengan bingung: "Aku merasa ada...... dia bahkan tersenyum terhadapku."
Rasa takut yang sulit dijelaskan mulai muncul dalam lubuk hatiku, orang-orang mengatakan mata anak kecil sangatlah suci, mudah melihat benda yang tak bisa dilihat oleh orang biasa, jadi apa yang telah dilihat olehnya? Tidak pernah ada pergerakan dalam perutku, kalaupun benar ada janin di dalamnya, seharusnya masih belum memiliki bentuk, jadi bagaimana caranya dia bisa tertawa terhadap anak ini?
Sesaat kemudian baru aku kembali tenang: "Ayo, bawa aku mencari ibumu, aku ingin bertanya kenapa dia tidak mempedulikan anaknya sendiri. Siapa namamu?"
Dia menghisap ingus dan berkata: "Namaku Bens Hong."
Aku keluar dari halaman rumah bersamanya, berjalan menuju rumahnya, meskipun nyaliku tidak begitu besar, juga tidak pandai bertengkar dengan orang lain, tapi siapapun pasti merasa kasihan saat menemui hal semacam ini bukan? Aku tidak pernah bertemu dengan seorang ibu yang seperti ini selama ini, yang benar saja, dia begitu kejam sampai sulit dideskripsikan.
Orang-orang desa tentu saja sudah terbiasa, tapi aku baru pertama kalinya mendengar hal ini, pokoknya aku tidak bisa menahannya.
Tidak berjalan begitu jauh, kami tiba di rumahnya Bens Hong, rumah mereka hampir sama dengan rumah kami, juga memiliki halaman rumah. Pintu halaman rumah tidak bisa dibuka, telah terkunci dari dalam, saat aku hendak memanjatnya, Bens Hong menyelipkan tangan kecilnya ke lubang kecil pintu halaman rumah, lalu pintunya terbuka begitu saja.
Aku rasa dia sepertinya sudah terbiasa, makanya bisa selancar itu.
Setelah masuk, dia tidaklah berniat untuk masuk ke rumah, menarik bajuku dan berkata: "Kakak, ibuku sedang berbicara dengan kepala desa, tidak membiarkanku masuk, dia menyuruhku pulang lebih lambat, kalau masuk ke dalam, aku akan dipukul."
Aku saat itu tidak perpikir panjang, tidak peduli apapun yang sedang dia bicarakan dengan kepala desa, aku tetap harus menanyakannya sekarang, kebetulan bisa sekalian mengadukan perbuatan kejamnya pada kepala desa.
Saat baru tiba di depan pintu, aku mendengar sebuah suara yang aneh, sepertinya adalah......
"Aduh, Devil, apa gunanya hanya mengigit gunung kembarku? Tambahkan tenaga di bagian bawah!"
"Dasar wanita jalang, siang hari sudah berhubungan dengan entah berapa banyak pria bukan? Sekarang masih bisa sesemangat itu."
"Mana ada? Aku kan menunggu kedatanganmu."
"Sudahlah sudahlah, aku akan datang, nanti jangan teriak, gawat kalau sampai didengar orang lain."
"Untuk apa takut? Biarkan saja mereka mengatakannya, aduh...... Cepat sedikit...... Ah......"
"Meskipun aku sudah tua, tapi urusan ranjang masih cukup pandai bukan? Bisa membuatmu kenyang."
"Benar, siapa dulu, Kepala Desa, ah...... Nikmat, tambah tenaga......"
......
Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya aku bisa berdiri di depan pintu dan mendengarnya cukup lama, sambil membuat wajahku memerah dan jantung berdebar akibat suara yang tak tahu malu ini, sambil merasa sedih terhadap Bens Hong. Aku tahu siapa kepala desa ini, namanya Henry Fan, kalau tidak salah ingat, dia sudah umur 50 tahunan, sepertinya merupakan kerabat jauh dengan keluarga kami, tidak disangka dia malah berbuat asusila, dan melakukan hal seperti ini.
Mila Chen ini pun yang benar saja, tidak ada yang melarang janda menikah kembali, tapi dia malah lebih bersedia melewati kehidupannya dengan merusak nama baiknya seperti ini daripada hidup baik-baik dan memperlakukan anak dan orangtuanya sendiri.
Aku melihat Bens Hong yang masih polos dan lugu, menggandengnya keluar dari halaman rumah: "Lain kali kalau ada pria yang datang ke rumahmu, kamu langsung pergi, jangan melihat apa yang sedang dilakukan ibumu, tidak baik bagimu......" Kalau sampai hal seperti ini dilihat anak kecil, aku tidak berani membayangkan seberapa besar trauma masalah ini bagi sang anak, hidup dalam lingkungan seperti ini hanya akan membuatnya cacat mental.
Aku juga tidak pergi, berdiri di halaman rumah menunggunya, tidak lama kemudian, kepala desa keluar, membungkuk bagaikan seorang pencuri.
Dia sepertinya tidaklah menyadari keberadaanku dan Bens Hong, karena begitu gelap tanpa adanya lampu.
Setelah dia melintas tidak jauh dari depan mataku, aku memanggilnya: "Kepala desa, kenapa kamu berada di sini?"
Dia terkejut, berkata dengan sedikit gagap: "Kamu, kamu adalah......" Oh, aku sudah ingat, kamu adalah Alice. Dengar-dengar kamu sudah kembali, wanita yang sudah dewasa selalu berubah banyak, aku hampir tidak bisa mengenalimu."
Menurut pangkat keluarga, aku seharusnya memanggilnya 'Kakek', tapi kesannya dalam hatiku sekarang sudah tidak pantas menyandang panggilan ini lagi.
"Sudah begitu malam, Bens masih berada di luar, tapi ibunya malah tidak peduli, makanya aku membawanya pulang. aku bawa dia masuk dulu." Aku tidak berniat banyak bicara dengannya, hal sekotor ini membuatku mual.
Mungkin karena telah mendengar suara percakapan kami, makanya Mila Chen keluar: "Bens sudah pulang? Siapa yang bicara di luar?"
Henry Fan mengambil langkah seribu, aneh kalau tidak merasa bersalah. Aku tidak mengatakan apapun, membawa Bens Hong masuk ke dalam: "Anakmu datang ke rumahku meminta makanan, kamu tidak memasak untuknya?"
Mila Chen menarik Bens Hong dan langsung menamparnya dua kali: "Siapa yang menyuruhmu membuat malu di depan orang lain? Lain kali kupukul sampai mati kalau kembali melakukannya!"
Aku sedikit kaget, bukankah dia sendiri yang menyuruh anaknya pergi mengemis makanan? Saat orang lain datang mencarinya, dia malah mulai menjaga gengsi. Aku menarik tangannya dan berkata: "Jangan pukul lagi, dia masih begitu kecil, kenapa memukulnya? Kalau dia tidak kelaparan, memangnya dia bakalan mengemis makanan ke sana kemari? Dia masih saja berkeliaran saat sudah semalam ini, tapi kamu malah tidak pergi mencarinya, bagaimana kalau terjadi sesuatu?"
Mila Chen tidak memukul Bens Hong lagi, hanya tersenyum dan berkata terhadapku: "Alice ya, sudah tumbuh besar ya, juga menjadi patuh, maaf telah merepotkanmu, bahkan sampai mengantarnya pulang ke rumah."
Novel Terkait
Cinta Dan Rahasia
Jesslyn1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaPrecious Moment
Louise LeeHalf a Heart
Romansa UniverseBaby, You are so cute
Callie WangUnplanned Marriage
MargeryCintaku Pada Presdir
NingsiYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk