Yama's Wife - Bab 15 Raja Yama
Malaikat maut putih hanya tersenyum,”Tidak, tidak, tidak, kamu ini benar-benar sangat menggemaskan, tidak ada nyawa yang lebih berharga dibandingkan nyawamu, bagaimana aku mungkin berani melakukannya.”
Aku menatap ke arah orang yang lainnya, kakek ketiga dan nenek duduk bersila, kakek bahkan terus bergumam tanpa henti, tangannya juga menggenggam kertas jimat yang berwarna kuning. Para penduduk desa langsung membentuk lingkaran dan telihat terkejut melihat Malaikat Maut Putih yang tiba-tiba muncul.
“Malaikat Maut Putih, ada apa hingga kamu datang kemari?!” Kakek ketiga tiba-tiba berhenti bergumam, lalu bertanya sambil menggenggam selemar kertas jimat dengan dua jarinya.
Malaikat Maut Putih tertawa dengan suara yang menusuk,”Hehehe...... Aku dan kakakku tidak membawa roh-roh ini kemari, kita datang tentu saja atas perintah Raja Yama, terlebih lagi, ada beberapa roh yang harus ditarik dari sini.”
Aku melihat ke arah Devil, dia sepertinya sudah terlihat sedikit kewalahan, tidak tahu sejak kapan muncul tiga roh wanita yang beradu dengannya, Malaikat Maut Hitam yang tidak mudah terlihat di tengah malam hari juga berdiri di antara para roh wanita itu, di sisinya bahkan terdapat sorang anak kecil yang terlihat berumur dua tahun, yang sedang mengenakan Dudou berawarna merah sambil menepukkan tangannya ke arah langit.
Sialan...... Akupun tidak bisa menahan diri untuk memaki dalam hati, benar-benar terlalu aneh......
Ketegangan kakak ketiga dapat terlihat dengan mudah, tangannya bahkan terlihat sedikit bergemetar,”Kamu...... Kamu tidak menarik roh jahat yang berada di sana, untuk apa kamu mempersulit anak kami?”
Malaikat Maut Putih menutup mulutnya dan tersenyum aneh,”Kakek ketiga, aku tidak bisa mengontrol beberapa roh itu, Raja Yama yang harus turun tangan secara pribadi, kamu tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan gadis yang satu ini, selama ada diriku, kalian hanya perlu mengurusi diri kalian sendiri saja.”
Tiba-tiba, sebuah suara yang yang terdengar seperti suara penyanyi opera tradisional,”Yama, keluar, orang yang sedang hidup tidak boleh melihatnya, para roh harus mengundurkan diri!”
Malaikat Maut Putih tertawa dan berkata,”Kakek ketiga, yang tidak memejamkan mata pasti akan mati.”
Kakek ketiga langsung berteriak,”Cepat tutup mata kalian semua! Yama bukanlah sesuatu yang bisa kalian lihat!”
Aku tidak bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan, karena suara penyanyi opera tradisional itu terdengar sangat akrab bagiku. Sama seperti apa yang sudah kudengar empat tahun yang lalu, hal ini memicu kembali ingatanku, terlebih lagi bukanlah ingatan yang terlalu baik...... Aku awalnya mengira bahwa itu hanyalah naskah pertunjukkan, jika benar-benar dipahami, maka pemahamanmu akan berubah. Devil bukan Yama, di dalam naskah itu bahkan terdapat sebuah kalimat yang berbunyi ‘Pegunungan yang kosong, diserta hujan putih, Yama akan segera menikah’. Bukankah kata-kata itu bermaksud untuk menuturkan bahwa yang hendak menikahiku adalah Yama? Apakah Devil mungkin juga merupakan Yama? Bagaimana Yama bahkan tidak bisa menaklukkan roh-roh kecil ini? Dia bahkan sudah bertarung sangat lama.
Tatapanku terus tertuju ke arah Devil, perasaanku terasa sedikit berantakkan, tiba-tiba, muncul empat orang berpakaian warna putih yang sedang membawa usungan di langit, tidak, itu bukanlah orang, bagaimana orang bisa terbang melayang di langit? Aku dapat melihat orang yang sedang duduk di dalam usungan yang ditutupi kain tipis secara samar, bukankah itu Yama?
Aku melihat Devil berubah menjadi sepintas cahaya berwarna merah yang melayang masuk ke dalam usungan tersebut, hatiku langsung tertegun sejenak, situasi apakah ini?
Beberapa roh wanita yang sebelumnya beradu dengan Devil ingin melarikan diri, namun langsung dihalangi oleh sebuah tembok, gadis kecil yang sebelumnya terus menghadap ke langit itu bersembunyi di belakang salah satu wanita dan terlihat seakan-akan sangat ketakutan.
Malaikan Maut Hitam Putih melangkah maju dan berbicara ke arah usungan itu,”Selamat datang, Raja Yama yang terhormat!”
Aku tidak ingin berpikir terlalu banyak, aku langsung berteriak ke arah usunan yang sedang melayang itu,”Di mana kamu menyembunyikan Devil?! Aku melihatnya melayang masuk ke dalam usunganmu itu!” Devil juga merupakan sebuah roh, apakah Yama mungkin menariknya?
Usungan itu perlahan menjurun, hingga akhirnya menapak pada permukaan tanah, keempat wanita pengangkat usungan yang mengenakan pakaian putih itu mengenakan kain penutup wajah, sehingga wajah mereka tidak bisa terlihat dengan jelas. Salah satu wanita membuka tirainya, aku melihat Devil yang mengenakan topeng roh jahat berjalan keluar dari dalam usungan, tidak ada orang lain lagi selain daripada dirinya.
Aku merasa otakku sedikit kesulitan berputar, aku tidak ernah menyangka bahwa ‘Yama’ yang berada dalam naskah pada pertunjukkan malam empat tahun yang lalu adalah Yama yang sesungguhnya. Sepertinya pertunjukkan empat tahun yang lalu itu adalah sungguhan. Yama yang menikahiku, sama halnya seperti isi dari percakapan dengan Malaikat Maut Hitam Putih di hutan sebelumnya. Devil sebenarnya meniru Yama, kini dia adalah Yama yang sesunggunya. ‘Gadis hidup’ yang selalu diucapkan oleh Malaikat Maut Hitam Putih itu adalah aku.
Jika tidak, bagaimana lagi penjelasan mengenai situasi saat ini? Yama yang berjalan keluar dari usungan itu mengenakan pakaian yang sama persis dengan Devil, bahkan topengnya saja sama. Liontin giok di pinggangnya adalah liontin giok putih dengan ukiran naga itu. Devil tidak bisa mengalahkan beberapa roh itu mungkin karena dia hanyalah penirunya saja......
Aku tiba-tiba merasa bahwa kekhawatiranku sebelumnya itu cukup konyol, ketika melihat Devil Yama berjalan ke arahku selangkah demi selangkah, aku pun bergerak mundur tanpa kusadari,”Kakek Ketiga......Nenek...... Aku takut......”
Kakek Ketiga berkata,”Alive, bukannya Kakek Ketiga tidak mau membantumu...... Aku juga sudah mendengar ucapan dalam naskah pertunjukan empat tahun yang lalu itu, kamu sudah menikah dengan Yama, maka kamu sudah menjadi bagian dari orang-orangnya......” Kakek Ketiga seperitnya juga menebak hal yang sama denganku sebelumnya, hingga kini baru berani memastikan bahwa aku menikah dengan Yama.
Aku ingin menangis, namun aku tidak bisa menangis, aku merasa Devil saat ini sudah berbeda dengan Devil sebelumnya, namun aku juga tidak bisa mengatakan perbedaannya, sepertinya hanya dapat kurasakan saja.
Malaikat Maut Putih tersenyum dan berkata,”Gadis kecil, tidak perlu takut, Raja Yama yang terhormat tidak akan mungkin memakanmu.”
Devil tiba-tiba mengangkat tangannya dan menggenggam topengnya, lalu perlahan melepasnya...... Aku menutup mataku dan tidak berani melihatnya sedikitpun, aku seharusnya memejamkan mataku dan berpura-pura bersikap seperti Kakek Ketiga dan yang lainnya, namun kini semuanya sudah terjadi......
“Bukankah kamu sebelumnya masih terus memanggil ‘Devil, Devil’? kenapa? Apakah kamu kini sudah merasa takut terhadap Raja?” Suara Devil terdengar muncul dari depan hadapanku.
Aku tidak berani berbicara dan hanya terus bergerak mundur selangkah demi selangkah. Sebuah tangan merangkul pinggangku, tubuhku pun langsung bergemetar,”Aku...... Aku hanya bercanda ketika memanggilmu seperti itu..... Aku masih belum merasa cukup dengan kehidupanku, aku baru saja berumur 18 tahun, jangan bunuh aku......”
Aku tiba-tiba ingin menemui ayah dan ibuku, mereka menetap di rumah dan tidak datang bersama kami untuk mencari mayat kakek, lagipula rumah juga perlu dibersihkan.
“Bukankah kamu sebelumnya merasa penasaran terhadap penampilanku? Apakah kamu tidak mau melihatku?” ucapnya.
Aku menggelengkan kepalaku,”Tidak penasaran, aku tidak merasa penasaran sedikitpun.......”
Dia melepaskanku,”Baiklah, kamu juga tidak perlu merasa takut, aku akan pergi mengurusi para roh kecil yang tidak tahu diri ini, tunggu di sini, jangan sembarangan bergerak.”
Aku bergegas menganggukan kepalaku, aku bahkan tidak berani menghela nafasku.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya, hingga keadaan di sekeliling akhirnya menjadi hening, kakek ketiga menepuk bahuku, akupun baru berani untuk menurunkan tanganku dan membuka mataku. Yama dan Malaikat Maut Hitam Putih, serta beberapa orang yang mengangkat usungan itu sudah tidak terlihat lagi, tidak tahu sejak kapan mulai terdengar suara binatang kecil, semuanya kembali seperti biasa, seakan-akan tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya.
Jika bukan karena keberadaan mayat yang sebelumnya dibunuh oleh roh itu, aku tidak akan percaya tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya.
Nenek juga tidak mengatakan apapun, dia hanya menyuruh semua orang untuk mengangkat mayat yang sudah dibunuh itu berjalan menuju ke arah desa. Aku terus terdiam di sepanjang perjalanan, tubuhku terus tertegun, kakek ketiga terus mengoceh di sampingku,”Kita harus mencari mayat kakekmu di belakang gunung besok pagi, jika bukan karena peringatan Tuan Yama, kita sepertinya tidak akan bisa menemukannya lagi.”
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_My Cold Wedding
MevitaLove at First Sight
Laura VanessaHalf a Heart
Romansa UniverseThis Isn't Love
YuyuAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaRahasia Istriku
MahardikaYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk