Yama's Wife - Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
Aku seketika ingin memanggil Malaikat Maut Hitam Putih membereskan orang sialan ini, dari tadi selalu saja mengejekku, seakan-akan aku telah berhutang padanya di kehidupan masa lampau.
Kakek ketigaku sepertinya memutuskan mempercayai Nico Li, lalu ikut duduk di samping dan memejamkan mata untuk istirahat, menunggu waktunya beraksi di malam hari nanti. Saat aku sedang tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya, Nico Li si sialan itu berkata: "Pilahkan kertas jimat yang digambar olehku dan Kakek Fan, ikat dengan baik lalu masukkan kantong."
Di bawah pengaruh kharisma kakek ketigaku, aku terpaksa mendengarkan perintah orang ini, kantong kain yang biasanya dipakai kakek ketigaku memiliki banyak kantong-kantong kecil, mungkin biasanya digunakan untuk memasukkan kertas jimat yang berbeda-beda.
Setelah selesai mengerjakannya, aku merasa aroma kertas jimat di tanganku terasa aneh, lebih...... bau. Aku spontan menanyakan kakek ketigaku: "Kakek Ketiga, tinta jimat ini dibuat dari bahan apa? Sedikit bau......"
Nico Li duluan berkata: "Lebih baik tidak kamu ketahui, tidak ada baiknya jika kamu tahu."
Aku membalikkan bola mata putih terhadapnya: "Lagipula aku tidak tanya padamu......"
Kakek ketiga berkata: "Darah anjing hitam, sinabar, darah ayam jantan, air seni anak laki-laki kecil."
Aku tidak bersuara, langsung menimba air dan mencuci tangan, dan terdengar suara tawaan Nico Li yang terkekeh-kekeh dari dalam rumah. Aku bersumpah di dalam hati, suatu hari akan kubuat dia menangis.
Saat hari telah gelap, kakek ketiga dan Nico Li menempelkan kertas jimat di tembok bagian luar, saat melihat gambar kertas jimat yang berantakan itu, aku tidak bisa mengenalinya, Malaikat Maut Hitam Putih berdiri begitu jauh, takut terkena kertas jimat itu, mungkin karena telah ketakutan akibat ulahku.
Malaikat Maut Hitam melihat langit dan berkata terhadapku: "Ratu Kecil, aku kembali sebentar dulu untuk menemui Raya Yama."
Aku memang sangat berharap mereka bakalan pergi, hanya satu saja yang pergi pun sudah cukup bagus: "Pergilah."
Setelah Malaikat Maut Hitam pergi, Malaikat Maut Putih mendekatiku dan berkata: "Ratu Kecil, kamu tidak boleh keluar, mereka sedang membentuk formasi, aku pun takut terhadap formasi itu, kalau kamu keluar, aku tidak akan mampu mengikutimu."
Aku menanggapinya dengan sekenanya: "Aku mengerti......"
Sebenarnya setelah melihat Malaikat Maut Putih dengan teliti, dia ternyata adalah seorang gadis yang cantik, hanya saja wajahnya terlalu putih, dan bibirnya sangat merah, terlihat bagaikan dandanan orang mati, sangat mengerikan.
Tidak lama kemudian, Malaikat Maut Hitam kembali lagi, dia terlihat sangat panik saat kembali: "Ratu Kecil, untuk apa kamu menghancurkan liontin giok? Raja Yama sedang mengamuk......"
Aku tidak mempedulikannya, aneh kalau dia merasa sangat marah tapi tidak datang mencari perhitungan denganku, orangnya saja tidak datang, jadi untuk apa menjelaskannya: "Bukankah hanya sekedar liontin giok, lagipula ini bukanlah benda yang sangat luar biasa......"
Malaikat Maut Hitam terlihat murung: "Ratu Kecil, itu adalah token dari Raja Yama untukmu, kamu malah menghancurkannya begitu saja, Raja Yama bertanya padamu, kamu ingin memutuskan hubungan dengannya ya!"
Aku mulai merasa kesal: "Sudah selesai bercerewet belum?"
Malaikat Maut Hitam nyaris menangis: "Raja Yama bilang, dia akan datang mencarimu setelah menyelesaikan urusannya......"
Aku sekarang mulai merasa panik: "Apa yang sedang disibukkannya? Sibuk untuk berapa lama? Eh...... liontin giok itu sangat penting? Aku tidak bilang ingin memutuskan hubungan dengannya kok, tidak sampai begitu, aku hanya sekedar marah lalu menghempaskannya, tidak disangka malah serapuh itu dan pecah. Bukankah dia adalah Raja Yama? Seharusnya sangat kaya bukan? Sebongkah giok bukanlah harta bendanya satu-satunya bukan, untuk apa semarah itu?"
Malaikat Maut Hitam berkata dengan penuh hati-hati: "Ada atasan yang datang, Raja Yama saat ini tidak bisa pergi, Anda sebaiknya mengakui kesalahan padanya secepat mungkin, Anda pasti akan tahu akibatnya kalau sampai dia datang setelah atasannya pergi...... liontin giok itu memang tidak mahal bagi Raja Yama, tapi sangat bermakna baginya. Apalagi itu pun merupakan giok dengan kualitas yang sangat bagus, kalau menggadaikannya di dunia manusia, harganya sangat fantastis!"
Aku mulai menyesal, bukan karena telah membuat Raja Yama menjadi kesal, melainkan karena liontin giok itu ternyata begitu mahal......
"Bagaimana caranya aku mengakui kesalahan padanya? Pergi ke Underworld mencarinya? Jangan bercanda, bukankah aku akan mati kalau pergi ke sana? Kita bahas lagi nanti saat orangnya datang."
Saat Malaikat Maut Hitam mendengar aku berniat untuk mengakui kesalahan, dia berkata dengan sopan: "Anda katakan saja apa yang ingin Anda sampaikan padaku, aku akan menyampaikannya pada Raja Yama."
Ternyata dia juga adalah alat penyampaian pesan, aku berkata dengan tak berdaya: "Baiklah baiklah, aku sadar sudah salah, ok? Masih ada liontin giok bagus tidak? Berikan satu lagi untukku...... Tidak, 8 buah atau 10 buah pun boleh, perbanyak berbuat amal, kalau kalian bilang itu sangat mahal, aku pasti tidak akan menghancurkannya."
Malaikat Maut Hitam berkata sambil tersenyum riang: "Baik, aku akan segera menyampaikannya pada Raja Yama, dia pasti tidak akan marah lagi setelah mendengar hal ini."
Saat melihat Malaikat Maut Hitam kembali berubah menjadi asap hijau dan menghilang, aku bergumam dalam hati merasa penasaran terhadap siapa atasan yang dimaksudnya tadi, atasannya Devil Yama? Siapa? Jangan-jangan seorang dewa? Ternyata masih ada orang yang bisa mengontrol orang searogan itu, saat pikiran ini muncul, hatiku merasa jauh lebih lega.
Setelah kakek ketiga dan Nico Li selesai membentuk formasi, mereka membentangkan tikar di aula dan menunggu, nenekku mengusirku kembali ke kamarku, tidak mengizinkanku ikut serta. Aku awalnya ingin melihat, tapi nenekku bersikeras melarangku. Hatiku sebenarnya merasa sedih. Kakek, kakek besar dan nenek besar merupakan keluargaku, tapi mereka tidak bisa mati dengan tenang, dan dibuat jadi benda aneh semacam ini oleh orang lain, ujung-ujungnya malah tidak bisa mati dengan meninggalkan mayat utuh. Kakek ketiga bilang harus membakar mayat mereka, hanya cara inilah yang paling menjamin keamanan, aku tidak menentang, sekarang di kota besar pun rata-rata menjalankan ritual kremasi, begini pun bagus juga......
Malaikat Maut Putih berdiri di sampingku, sekarang aku sudah tidak begitu takut padanya, meskipun suaranya sedikit tajam, tapi cukup disenangi, dia pasti merupakan wanita cantik saat masih hidup.
Saat malam hari jam 9 lebih, tepat saat aku merasa bosan dan hendak tidur, Malaikat Maut Hitam telah kembali. Ekspresi wajahnya sama seperti semula, aku bertanya: "Devil Yama bilang apa?"
Malaikat Maut Hitam Putih sama-sama melihatku dengan tatapan kaget, aku juga melongo sejenak: "Ehem ehem...... Yama, Tuan Yama kalian bilang apa?"
Setelah itu baru mereka berdua merasa lega, Malaikat Maut Hitam bilang: "Raja Yama masih tidak begitu senang...... tapi sudah tidak semarah tadi, sebenarnya Raja Yama tidak akan melakukan apapun terhadap Anda meskipun sedang sangat marah, hanya saja imbasnya akan jatuh pada kami para bawahannya. Kami harus berhati-hati dalam segala hal, kalau tidak, nyawa akan melayang.
Aku berkata dengan serius: "Yang kutanyakan bukanlah hal ini, melainkan liontin giok, kenapa tidak memberikanku liontin giok lagi? Kalau tidak bersedia kasih 8 atau 10 buah, 1 pun sudah cukup."
Malaikat Maut Hitam berkata sambil tersenyum canggung: "Ratu Kecil, jangan bercanda, liontin giok itu adalah liontin giok yang selalu Raja Yama bawa di sisi selama ribuan tahun ini, ini benda yang tiada duanya......"
Ternyata dia hanya mendengarkan permintaan maafku saja, ucapan lainnya malah tidak didengarnya sama sekali.
Sekarang aku sudah sangat menyesal, tak disangka giok ini benar-benar begitu mahal...... Aku segera mencari pecahan giok ini, tapi sudah menghilang, memangnya nenek telah menyapu rumah? Bagaimana kalau sudah pecah pun masih bisa dijual?
Malaikat Maut Putih bertanya: "Ratu Kecil, Anda mencari apa?"
Aku berkata: "Pecahan liontin giok......"
Sang wanita tertawa: "Tidak perlu mencarinya lagi, itu sudah ada di tangannya Raja Yama."
Aku tidak percaya: "Orangnya saja tidak datang, bagaimana bisa berada di tangannya? Memangnya dia bisa mengambil benda dari jarak jauh?"
Malaikat Maut Putih berkata dengan bangga: "Aku pun bisa."
Baiklah...... tidak ada harapan lagi......
Novel Terkait
My Cold Wedding
MevitaAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaYour Ignorance
YayaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraPergilah Suamiku
DanisTakdir Raja Perang
Brama aditioWahai Hati
JavAliusYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk