Yama's Wife - Bab 18 Zombie
Aku bergegas beranjak berdiri ingin pergi melihatnya, namun iuku langsung berjalan keluar dari kamar, lalu meneriakiku,”Ke mana kamu ingin pergi? Diam saja di sini, ini obat yang kucari untukmu, olesi lepuhan pada kakimu.”
Aku hanya bisa duduk dengan perasaan tak berdaya, lalu mengambil salep yang diberikan oleh ibuku, namun ketika aku mengangkat kakiku, aku menyadari bahwa kakiku sangat mulus, dari mana terlihat masih ada lepuhan?
Ibuku juga ikut tercengang, setelah beberapa saat berlalu, dia menarik kakiku, menatapnya, dan berkata,”Bagaimana hal ini bisa terjadi?”
Aku juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya, pada saat merendam kaki kemarinmalam, dia melihat kakiku yang penuh dengan lepuhan, inilah yang disebut sebagai ketragisan, kini jelas-jelas sudah tidak ada, bagaimana aku bisa menjawabnya?
Ibuku duduk di kursi yang berada di sampingku dengan ekspresi tegas,”Katakan yang sebenarnya kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi?! Jangan lupa bahwa kamu adalah anakku, aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan dalam hati berdasarkan tatapanmu, kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu dariku!”
Aku mengelus lebam pada kakiku, tidak terasa sakit sedikitpun, jadi aku pun memutuskan untuk menceritakannya,”Bibi kecil yang mengolesi lepuhan pada kakiku......”
Ibuku langsung bertanya dengan suara yang tajam”Bibi kecil yang mana?! Katakan dengan jelas!”
Aku merasa tak berdaya,”Bibi kecil yang sudah mati...... Adik ayahku.”
Ekspresi ibuku langsung terlihat sangat tidak enak,”Jangan berbohong, katakan yang sejujurnya kepadaku.”
Pada saat aku baru saja ingin berbicara, ada orang yang mendorong pintu taman, dua pria dari pedesaan berbicara dengan ekspresi yang sangat gugup,”Belle, suamimu mengalami masalah!”
Ibuku langsung melompat berdiri dari kursi,”Apa?! Ada apa?”
Kedua laki-laki kekar itu berbicara pada saat yang bersamaan, kesimpulannya adalah, ketika langit masih gelap, kakek ketiga, nenek, dan ayahku mencari beberapa lelaki pemberani di desa untuk pergi mencari jenazah kakekku, setelah tiba di balik gunung, mereka menemukan tiga orang tergeletak di depan sebuah gua, satunya adalah nenek besar yang sudah lama meninggal, yang lainnya adalah kakekku dengan kepala yang terputus, dan satunya lagi ternyata adalah kakek besarku! Ketiga orang ini tentu saja sudah meninggal, peti mati kakekku dibuat oleh kakek besarku, dia tidak menyangka bahwa dia sendiri juga akan ......
Setelah itu, mereka berpikir untuk membawa mayatnya kembali terlebih dahulu, tetapi sesuatu yang aneh terjadi, seekor kucing hitam melewati ketiga mayat tersebut, selanjutnya, tiga orang yang sudah mati itu 'hidup kembali'. Kakek Ketiga dan nenek juga tidak bisa menahan mereka, pundak ayahku digigit oleh nenek besar, wajahnya memucat, tubuhnya juga langsung kejang secara tidak disadari.
Inilah maksud dari dua pria besar ini ketika mereka masuk dan berkata ‘Belle, sesuatu terjadi pada suamimu’.
Ketika mendengarnya, aku tahu bahwa mereka ‘diberikan nafas’ oelh kucing hitam itu, aku juga pernah mendengar nenek mengatakan bahwa setelah seseorang meninggal, kita harus mengisolasi hewan-hewan seperti kucing, kalau tidak, mereka akan menjadi zombie, yaitu kembali mendapatkan nafas.
Ibuku tiba-tiba memperlihatkan ekspresi putus asa ketika mendengarnya, dia menepuk pahanya dan langsung menangis,”Dosa apa yang telah kulakukan...... Aku tidak pernah melewati kehidupan yang tenang sejak aku menikah......"
"Jangan hanya terus menangis, ambilkan beras ketan hitam dan ikut dengan kami, mereka juga sedang berada dalam perjalanan pulang, paman besarmu, paman keduamu, dan bibi besarmu kabur dan tidak mengejar mereka, aku rasa mereka akan berhenti setelah fajar tiba. Ayo selamatkan suamimu dulu! ”ucap salah satu pria berbadan besar itu dengan cemas.
Ibuku menepis air matanya dan pergi ke dalam rumah untuk mencari beras ketan hitam.
Aku bertanya,"Bukankah kepala kakekku patah? Mengapa dia bisa melarikan diri?"
Salah astu pria besar berpikir sejenak dan berkata, "Aku tidak tahu, Aku melihat ada bekas di lehernya, tapi kepalanya tidak jatuh, juga tidak patah. Siapa yang berani melihatnya pada saat itu, kita hanya sibuk mempertahankan nyawa kita saja. Permasalahan ini, bersifat Jahat. "
Secara teori, jika kepala kakekku terputus dari tubuhnya, apakah ada orang yang bisa kembali menghubungkan kepalanya? Aku merasa semakin merinding memikirkannya......
Ibuku membawakan beras ketan hitam dan berjalan keluar,"Dimana mereka?"
Kedua pria besar itu berbicara sambil berjalan keluar,”Sedang berada dalam perjalanan kembali, kita pasti akan bisa bertemu dengannya dengan berangkat dari sini. Aku dan Daniel pulang terlebih dulu, kita kembali untuk melapor."
Aku juga ikut melangkah, namun ibuku berteriak padaku: "Untuk apa kamu kemari? Tunggu saja di rumah!"
Aku melihat ke aula duka di belakangku dan berkata, "Aku takut...... Aku merasa sangat takut sendirian, aku ingin pergi bersama dengan kalian......"
Ibuku berpikir bahwa betul juga, jadi dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi.
Ketika baru saja sampai di pintu masuk desa, kami bertemu dengan kakek ketiga dan nenekku, serta beberapa orang yang sedang menggendong ayahku. Wajah ayahku kini terlihat membiru, mulutnya berbusa, nanah hitam dan darah mengalir dari area bahu yang digigit, bahkan menebarkan bau yang tidak sedap.
Kakek ketiga melihat kami dan bertanya,"Dimana ketan hitamnya?!"
Ibuku tergesa-gesa menyerahkan sekantong beras ketan hitam itu kepada kakek ketiga, kakek ketiga langsung memasukkan sebuah kantung yang dia bawa bersama dengannya ke dalam mulut ayahku, lalu menuangkan beras ketan hitam itu pada lukanya. Aku melihat asap biru keluar dari luka ayahku, aku merasa semakin mengenaskan ketika melihatnya.
Aku melihatnya sejenak dan baru menyadari bahwa kuku keledai hitam yang berada di mulut ayahku dikatakan dapat menangkal roh jahat.
Setelah selesai melakukan semuanya, kakek ketiga meminta orang-orang untuk meletakkan ayahku di atas permukaan tanah, ayahku berguling-guling di tanah sambil mengeluarkan suara 'uuuuuu’, dia mengulurkan tangan untuk mengeluarkan kuku keledai hitam di mulutnya, namun kakek ketiga langsung menghentikannya. Jangan pernah menilai usia kakek ketigaku, tenaganya masih sangat kuat hingga ayahku tidak bisa melepaskan pergelangan tangannya dari genggamannya.
Aku dan ibuku tercengang melihatnya, ibuku bahkan lupa untuk menangis. Setelah beberapa saat, ayahku akhirnya berhenti, dia hanya berbaring di atas tanah dan tidak bergerak. Kakek Ketiga memanggil orang-orang untuk mengangkat ayahku ke rumah, bahkan sesekali menaburkan beras ketan pada luka ayahku.
Ketika tiba di rumah, kakek ketiga mengikat ayahku dengan kuat, aku tahu ini untuk mencegah ayah menyakiti orang lain, aku sekarang bahkan tidak tahu apakah ayahku tergolong masih hidup atau tidak......
Nenek besar benar-benar kejam, dia sebelumnya ingin membunuhku, tetapi sekarang dia masih saja mencelakai ayahku seperti ini, aku pasti berbohong jika aku berkata aku tidak membencinya, aku tidak sabar untuk segera menggali kuburannya. Tidak ada gunanya, Malaikat Maut Hitam Putih seharusnya mengembalikan jenazahnya ke kuburan tadi malam, tidak tahu siapa yang mengeluarkan jenazahnya lagi.
Ibuku terus menangis di taman, aku tetap saja kunjung tidak bisa membujuknya, dia mungkin merasa menyesal telah menikah dan menjadi bagian dari keluarga ini, dia tidak menikmati banyak kebahagiaan, lalu menemui hal seperti ini.
Aku tiba-tiba teringat sesuatu, Devil Yama sepertinya telah memberitahuku sesuatu ketika dia pergi di pagi hari, pada saat itu, aku tertidur dalam keadaan linglung dan tidak mendengarnya dengan jelas, aku hanya ingat bahwa dia berkata dia meletakkan liontin giok di bawah bantal dan mengajariku mengenai apa yang harus kulakukan terhadap liontin giok ini ketika bertemu dengan masalah.
Aku bergegas berlari ke kamar yang kutiduri tadi malam, benar saja, aku menemukan liontin giok putih itu di bawah bantal. Aku berusaha keras untuk mengingat kembali apa yang Devil Yama katakan kepadaku, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku menangis dengan cemas, hinggaaku akhirnya hanya bisa berteriak kepada liontin giok tersebut: "Ayahku kini sedang sekarat, bisakah kamu menyelamatkannya? Nasib desa ini hampir berakhir, apa yang harus aku lakukan......"
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaLove And War
JaneCintaku Pada Presdir
NingsiMenunggumu Kembali
NovanMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiThe Richest man
AfradenYama's Wife×
- Bab 1 Mimpi yang Menakutkan
- Bab 2 Token
- Bab 3 Kamu Seharusnya Sudah Mati Sejak Lama
- Bab 4 Sesuatu Di Perut
- Bab 5 Orang Tua Penjaga Gerbang Mati
- Bab 6 Kepalanya Hancur Dilindas
- Bab 7 Zombie (1)
- Bab 8 Zombie (2)
- Bab 9 Hantu Sialan Itu Menolongku
- Bab 10 Toleransi
- Bab 11 Hanya Wanita Dan Pria Berpikiran Sempit Yang Sulit Dijaga
- Bab 12 Kasih Sayang Suami Istri Yang Baru Bersama Selama Sehari
- Bab 13 Tidak Boleh Memperlihatkan Kaki
- Bab 14 Kerasukan
- Bab 15 Raja Yama
- Bab 16 Bertemu Dengan Yang Sudah Pergi
- Bab 17 Dipukul Hantu
- Bab 18 Zombie
- Bab 19 Semua Hal Selalu Masuk Akal
- Bab 20 Kesulitan Di Dua Sisi
- Bab 21 Tidak Ada Temboh Tak Bercelah
- Bab 22 Harus Panggil 'Suamiku'
- Bab 23 Angin Beraura Energi Negatif
- Bab 24 Wajah Memerah Hati Berdebar (1)
- Bab 25 Wajah Memerah Hati Berdebar (2)
- Bab 26 Cerita Masa Lalu
- Bab 27 Devil Yama Menikah Lagi
- Bab 28 Giok yang Hancur
- Bab 29 Lagi-lagi Melihat Malaikat Maut
- Bab 30 Orang yang Belum Dewasa, Tak Bisa Diandalkan
- Bab 31 Memungut Manusia Hidup
- Bab 32 Bertemu Roh Setiap Hari
- Bab 33 Lebih Baik Tidak Kamu Ketahui
- Bab 34 Yama Punya Banyak Istri
- Bab 35 Terjebak
- Bab 36 Meski Menjadi Hantu Aku Juga Tidak Akan Melepaskanmu
- Bab 37 Janin Gaib (1)
- Bab 38 Janin Gaib (2)
- Bab 39 Janin Gaib (3)
- Bab 40 Habis Manis Sepah Dibuang
- Bab 41 Mimpi Di Siang Bolong
- Bab 42 Bicarakan Baik-Baik, Jangan Bersikap Kasar
- Bab 43 Bentuk Cinta
- Bab 44 Dengan Siapa Kamu Berbicara
- Bab 45 Dia Tidak Akan Bertahan Hidup
- Bab 46 Bermain Di Luar
- Bab 47 Merasuki Tubuh
- Bab 48 Memotong Umur 20 Tahun
- Bab 49 Perbedaan yang Hidup Dan Mati
- Bab 50 Membuat Segalanya Menjadi Sulit
- Bab 51 Rangsangan
- Bab 52 Gigit Lobak
- Bab 53 Mengintip
- Bab 54 Manik
- Bab 55 Video
- Bab 56 Mengancam
- Bab 57 Tidak Senang Setelah Membunuhny
- Bab 58 Berpura-Pura Bodoh
- Bab 59 Aku Sudah Memperhitungkannya
- Bab 60 Dirasuki
- Bab 61 Dipukul
- Bab 62 Ini Melanggar Hukum
- Bab 63 Kolam Panjang Umur
- Bab 64 Pinggang Terasa Mau Patah
- Bab 65 Mutiara Energi Negatif
- Bab 66 Orang Misterius Di Sosial Media
- Bab 67 Rumah Sudah Tidak Aman Lagi
- Bab 68 Ancaman Yang Aneh
- Bab 69 Hantu Jahat Mencongkel Jantung
- Bab 70 Berbohong
- Bab 71 Jangan Lupa Membagi Keuntungannya
- Bab 72 Tidak Tahan Lagi
- Bab 73 Halaman Belakangmu Kebakaran
- Bab 74 Cinta Baru Dan Lama
- Bab 75 Rasanya Menyenangkan
- Bab 76 Istri Pertama
- Bab 77 Aku Tidak Mau Mati Lebih Dulu Dari Orang Tuaku
- Bab 78 Dihantui
- Bab 79 Bakat yang Unik
- Bab 80 Rasa Manis
- Bab 81 Suami Yang Satu Ini Mengajarimu Dengan Cukup Baik
- Bab 82 Kamu Tahu Lebih Jelas Dibandingkan Diriku
- Bab 83 Aku Tetap Akan Mengenalmu Sekalipun Berubah Menjadi Debu
- Bab 84 Masih Saja Berkata Bukan
- Bab 85 Apakah Mungkin Seorang Wanita
- Bab 86 Mari Kuperlihatkan Yang Lebih Menarik
- Bab 87 Obsesi (1)
- Bab 88 Obsesi (2)
- Bab 89 Terakhir Kalinya
- Bab 90 Mengapa Ingin Mencelakaiku
- Bab 91 Tak Tahu Malu
- Bab 92 Hidup Berharga Beberapa Uang
- Bab 93 Hantu Mesum
- Bab 94 Jangan Main-Main Dengan Hubungan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 95 Main Mata
- Bab 96 Apakah Kamu Seorang Wanita?
- Bab 97 Teman Sekamar
- Bab 98 Tidak Ada Air Yang Keluar
- Bab 99 Kebersihan Mental
- Bab 100 Ini Adalah Perilaku Penjahat
- Bab 101 Mengapa Tidak Ada Bulunya
- Bab 102 Di Mana Dimulai Di Situ Di Selesaikan
- Bab 103 Ilusi Hantu
- Bab 104 Bukan Orang Baik
- Bab 105 Pemandangan Indah Di Tempat Yang Jauh Dan Terpencil
- Bab 106 Berpikir Berlebihan
- Bab 107 Hantu Air
- Bab 108 Hubungan Dekat Kerabat
- Bab 109 Terungkap
- Bab 110 Semua Ada Balasannya
- Bab 111 Cinta Tengah Malam
- Bab 112 Mayat Kering Di Bawah Tempat Tidur
- Bab 113 Barang Ini Milikmu, Kan?
- Bab 114 Anggap Saja Melacur Gratis
- Bab 115 Sudah Berakhir
- Bab 116 Dimana Telur Naga
- Bab 117 Suamiku
- Bab 118 Membuka Postur Baru
- Bab 119 Telepati
- Bab 120 Hidup Abadi
- Bab 121 Waktu Itu Entah Mengapa Aku Bisa Menyukaimu
- Bab 122 Jurus Penggoda
- Bab 123 Pernikahan Gaib
- Bab 124 Menjadi Dewasa Belum Tentu Adalah Hal Yang Baik……
- Bab 125 Suara Apa
- Bab 126 Bantu Ucapkan Terima Kasih Pada Leluhurmu
- Bab 127 Sok Hebat Memerlukan Keterampilan
- Bab 128 Di Bawah Pancaran Sinar Mentari, Ini Terlalu Menyilaukan
- Bab 129 Lampu Gantung yang Meneteskan Air
- Bab 130 Tahu Tidak Orang Seperti Apa yang Tak Boleh Disinggung
- Bab 131 Teriak Apaan
- Bab 132 Apa yang Kalian Lakukan
- Bab 133 Kamu Siapa
- Bab 134 Kamu Bodoh Ya
- Bab 135 Bagian Mana yang Tak Pernah Kulihat
- Bab 136 Bukankah Hanya Masalah Kecil
- Bab 137 Tanah Yang Berdarah
- Bab 138 Ada Masalah Apa?
- Bab 139 Aku Percaya Padamu
- Bab 140 Seorang Wanita, Cara Berjalannya Seperti Itu Apa Pantas?
- Bab 141 Mengantarmu Kemana Saja
- Bab 142 Lari
- Bab 143 Kamu Hanya Memakai Ini Saat Keluar Tadi
- Bab 144 Takut Kedengaran Orang Lain?
- Bab 145 Hanya Saja Kamu Tidak Tahu
- Bab 146 Kata-Katanya Penuh Tipu Muslihat
- Bab 147 Kenapa Kamu Bisa Ada Di Sini
- Bab 148 Sampah
- Bab 149 Semuanya Adalah Wanita Raja Yama
- Bab 150 Konsekuensi Buruk