Husband Deeply Love - Bab 68 Keluarga Xie

"Tapi orang-orang keluarga ini tidak berencana menyerah. Bertahun-tahun mereka menekan ayahmu dengan berbagai cara, terutama setelah kematian kakekmu, mereka makin tak segan lagi. Jadi kepulanganmu kali ini juga demi memeriksa dengan jelas penyebab kematian ayahmu."

Paman Liu masih melihat keraguan dalam hati dan wajah Vheren.

Selama bertahun-tahun ia telah melihat Vheren tumbuh dewasa. Ia tahu jelas karakter anak ini. Kalaupun ia tidak mengatakan hal ini, anak ini pasti akan memeriksanya juga. Jadi lebih baik mengatakannya secara langsung supaya tidak menambah masalah baginya.

"Tentu saja, kamu juga boleh mempertimbangkannya dahulu. Masalah ini kaum yang memutuskan. Aku pergi dulu, masih ada sup yang sedang dimasak di dapur."

Hingga Paman Liu pergi, posisi Vheren tidak berubah.

Ia berusaha mengingat dengan detail semua yang terjadi di keluarganya saat ia kecil, tetapi itu sudah terlalu lama, ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

Lama setelahnya, selain sibuk di perusahaan, Vheren juga sibuk memeriksa semua informasi terkait keluarga ini.

Kira-kira setelah lewat setengah bulan, luka di kaki Vheren akhirnya sembuh.

"Tapi masih tidak boleh menerima banyak tekanan atau memakai sepatu hak tinggi. Ingat, jangan berdiri terlalu lama, selain itu tidak ada masalah lagi."

Kimmy meletakkan buku riwayat penyakit di hadapan Vheren. Bulatan hitam besar di bawah matanya mengejutkan Vheren.

"Tidak perlu melihatku seperti itu. Aku tidak tidur 2 hari berturut-turut untuk mengerjakan operasi. Siang tadi ada lagi tambahan pasien. Sudah bagus kalau aku tidak mati."

Kimmy melepaskan kacamata dan jas putihnya. Melihat dua orang yang duduk di sana, diam-diam dia memutar bola matanya di dalam hati.

Dia seorang jomblo yang bekerja sangat keras. Sampai sekarang, selain makanan anjing, pacar pun dia tak punya.

Ini membuatnya tak tahan!

Setelah Kimmy pulang kerja, Gilbert langsung menolak ajakannya untuk makan di rumah. Seusai mengantarkannya pulang, ia mengajak Vheren makan di restoran hotpot yang sangat enak.

Ia melihat bayangan-bayang yang berlalu lalang di dalam dengan alis berkerut. Ia sedikit tak mengerti mengapa Vheren lebih memilih ke restoran hotpot seperti ini daripada restoran barat yang berkelas ....

"Untuk apa kamu mengerutkan wajah? Masuk! Ini kan perkataanmu, kalau hari ini kita makan sesuai keinginanku! Kamu tidak akan ingkar saat kita sudah berada di depan sini, kan?"

Vheren memukulkan tasnya ke dada Gilbert.

Sepasang matanya memelototi Gilbert lekat-lekat, seakan berkata: kalau kamu tidak mau masuk, aku tidak akan pergi dari sini.

Gilbert tidak bisa menentangnya. Ia pun berjalan pasrah sambil ditarik masuk oleh Vheren.

Jujur saja, Gilbert sangat jarang datang ke tempat seperti ini. Kalaupun hendak makan hotpot, ia akan membeli bahannya sendiri dan memasaknya di rumah.

Sebagai seorang yang terobsesi akan kebersihan, ia sama sekali tak akan mengizinkan Vheren makan di pot yang sama dengan orang lain, dengan sumpit yang diaduk bersama rasanya ....

"Bos, lama tidak bertemu! Masih sama saja!"

Gilbert sedikit terkejut ketika melihat Vheren tidak mempunyai sikap dan kendali diri yang seharusnya dimiliki oleh orang kalangan atas.

Wanita ini memang berbeda dengan mereka.

"Kenapa kamu melihatku seperti ini? Kuberitahu kau, keluargaku bukan orang yang kaya sejak lahir. Aku masih ingat, saat aku kecil dan ingin makan hotpot, aku harus berunding lama sekali dengan ibuku. Dia selalu merasa makanan ini tidak sehat."

Vheren melahap acar di atas meja. Rupanya yang tetap menunjukkan rasa puas membuat mata Gilbert bercahaya.

Apa yang dikatakan wanita itu, dia mengetahuinya. Dalam 30 tahun ini, Keluarga Jia tiba-tiba membangun sebuah industri baru, yang termasuk memonopoli bidang usaha di kota ini.

Berapa banyak pun orang yang berusaha merebut, mereka tetap tak bisa mendapatkan bahkan separuh bagian keluarga Xie.

Ini jugalah yang membuatnya mengagumi ayah Vheren. Fakta bahwa ia bisa membangun perusahaan keluarga seperti ini setelah memulainya dengan tangan kosong hanya dalam 30 tahun membuat Gilbert malu.

"Tapi aku masih punya 1 hal untuk dirundingkan denganmu."

Gilbert sedang berpikir, Vheren menggoyang-goyangkan sumpitnya di depan wajahnya.

"Katakan."

Gilbert meminum air lemon di depannya, lalu menatap Vheren.

"Ada saudaraku yang akan menikah, jadi aku hendak pulang untuk melihatnya. Temani aku ke sana, ya."

Tatapan licik Vheren terarah pada Gilbert. Ia menarik tangannya.

"Boleh, kapan?"

Vheren jarang meminta kepadanya, tentu saja Gilbert tak punya alasan untuk menolak, jadi ia mengiyakan ajakan Vheren begitu saja.

"Seharusnya hari Minggu ini, tapi aku hendak pulang beberapa hari sebelumnya untuk memeriksa tentang kematian ayahku."

Mendengar perkataan Vheren, tangannya yang memegang sumpit terhenti. Sepotong daging babat yang baru diangkatnya pun jatuh kembali ke dalam pot.

Vheren dengan cepat menjepitnya ke dalam mangkuk, lalu memakannya sambil membalas tatapan lurus Gilbert.

"Jangan pelit begini, ah! Kalau kamu mau makan, rebuslah lagi sendiri!"

Gilbert menatap gadis yang bangkit berdiri untuk mengambil saus itu, dan tiba-tiba teringat akan perkataan Kimmy padanya dulu.

Vheren mungkin bukanlah anak kandung dari orang tuanya ....

Kalau kali ini ia ikut Vheren kembali ke kampung halamannya, mungkin kehidupan Vheren yang kurang beruntung juga bisa terlacak.

Gilbert menunduk menatap saus dalam mangkuknya. Ia memijat-mijat alisnya.

Gilbert mendapati kalau makin lama dirinya makin memedulikan gadis ini. Ini benar-benar bukan pertanda yang baik!

Setelah keduanya selesai makan, Gilbert mencium aroma tubuhnya. Dengan ekspresi jijik ia melepaskan jasnya dan melemparkannya ke jok belakang.

Meskipun rasanya lumayan, tapi aroma ini benar-benar tidak enak.

"Ah ... benar-benar pria yang tidak punya kehidupan."

Vheren bergumam di sebelahnya. Ia menoleh dan mengamati wajah tampan Gilbert dari samping, serta bibirnya yang agak memerah akibat kepedasan.

Vheren mengambil ponsel, lalu memotretnya diam-diam.

Gilbert melihat senyum cabul di wajah Vheren lalu memutar bola matanya. Ia mengendarai mobilnya ke arah jalan tol.

"Tuan Lang, sebelumnya apakah ada yang berkata padamu kalau kamu sangat cantik?"

"Nyonya Lang, apa kamu tidak tahu kalau kata 'cantik' tidak bisa dipakai untuk mendeskripsikan laki-laki?"

Gilbert memanyunkan bibirnya setelah Vheren berkata begitu. Ketidakwarasan apa lagi yang menyerang perempuan ini?

"Bilang cantik pun tidak boleh, Tuan Lang, apa menurutmu ini benar?"

Sambil berbicara, Veren mengalihkan perhatiannya dari atas Gilbert menuju ke ponsel di sampingnya. Ia mulai menekan tombol cepat terus-terusan.

Sebetulnya ada pepatah kuno yang sangat benar: hasrat muncul saat kenyang dan hangat! Dengan pria semenarik ini duduk di sampingnya, Vheren tiba-tiba merasakan adanya hasrat untuk berpacaran.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu