Gue Jadi Kaya - Bab 94 Pinjam Uang
Ronald mengangguk berkali-kali, lalu membentuk tangannya menjadi isyarat byebye. Melihat begitu polos dan bodohnya Ronald, Kezia tertawa karena merasa dia sangat lucu sekali.
Gavin awalnya berniat membawa Ronald langsung pergi dari sana. Tapi, ketika di perjalanan kembali, dia melihat seseorang.
Fani, dia berdiri di sebuah sudut, tanpa staf siapapun di sekitarnya. Tidak ada yang merias wajahnya, kelihatannya dia telah ditinggalkan oleh yang lain.
Fani memang telah ditinggalkan. Terakhir kali ketika dia menunjukkan kehebatannya, banyak orang datang untuk meminta tanda tangannya, tapi dia menolak semuanya, termasuk perusahaan investasi untuk acara ini, Apple Entertainment..
Setelah kejadian itu tersebar, semua orang merasa kalau dia orang yang tidak tahu berterima kasih pada orang. Sedangkan para staf takut menyinggung investor, jadi mereka bersikap dingin pada Fani. Tidak peduli urusan apa, dia selalu ditaruh di barisan terbelakang. Ini bisa dibilang merupakan penindasan terselubung.
Dia juga melihat gerakan dan komunikasi Gavin dan Kezia tadi, dia tahu kalau Gavin adalah bos Kezia. Yang juga merupakan bos dari Apple Entertainment. Mengenai sikap Kezia tadi, Fani merasa kalau itu adalah sebuah sanjungan untuk menyenangkan hati Gavin saja. Dia sangat meremehkan dan tidak suka dengan sikap seperti itu.
Tapi, dia tidak mengatakan apapun. Setiap orang punya pilihannya sendiri, dia tidak berhak menghakimi orang lain.
Hanya saja, dia tidak menyangka kalau Gavin sekarang sedang melihat ke arahnya. Tatapan mata mereka berdua bertemu.
Gavin meninggalkan Ronald di tempatnya, lalu berjalan menghampiri Fani dan berkata “Halo, kamu Fani kan?”
“Em.” Jawab Fani mengangguk dan tak terlihat ramah sedikitpun dan sedikit mengabaikannya. Tapi aura yang bercampur di diri Fani, sikap mengabaikan dan menyendiri ini tidak membuat orang jadi tidak suka dengannya. Malam membuat aura yang begitu dingin itu tampak begitu indah dan menarik.
“Aku melihatmu menari saat terakhir kali. Tarian klasik, sangat indah sekali. Semua yang tradisional memang berbeda sekali. Jika tidak apa, apa aku boleh minta tanda tanganmu?” Untuk menunjukkan rasa kagum, harusnya dengan cara minta tanda tangan kan.
Fani tidak menyangka, Gavin tidak marah karena sikap mengabaikannya yang cukup dingin ini. Gavin malah minta tanda tangannya dengan masih begitu sopan.
Dia tercengang, tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Gavin saat itu juga tidak marah sedikitpun ketika menganggap Fani tidak mau memberinya tanda tangan, dia langsung berkata “Kalau tidak boleh ya sudah. Aku hanya sekedar menikmati dan mengagumimu saja. Aku merasa kamu berbeda dengan yang lain. Kali ini, kamu harus berusaha lebih keras lagi dalam kompetisi ini ya. Aku pasti akan memilihmu. Aku harap, aku bisa melihatmu di kompetisi final.
“Terima kasih.”
“Kezia!” Gavin menoleh dan memanggil Kezia.
Kezia menoleh ke arhnya, lalu menggunakan isyarat mata untuk bertanya ada apa.
“Minta orang yang diberikan pada Letto kepadamu untuk memberikan sebuah tempat untuknya. Nanti, setelah penata riasmu itu selesai meriasmu, tolong suruh dia untuk membantu merias Fani juga. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama. Aku juga menantikan pertunjukannya.” Ucapan Gavin bisa didengar oleh semua orang di tempat itu.
Dia tahu orang disini bisa menebak identitas Gavin. Bagaimanapun, Gavin bicara tadi telah memperlihatkan jelas identitasnya. Dia sengaja melakukan ini untuk membuat orang-orang disana bersikap lebih baik lagi kepada Fani.
“Oke aku tahu, pergilah dan bawa Fani ke sini” Kata Kezia pada asistennya.
"Kedepannya, kalau ada apa-apa tolong bantu dia juga.” Kata Gavin lagi.
“Mengerti bos, Kak Fani kemarilah.” Panggil Kezia kepada Fani.
Fani berjalan menghampirinya dengan pikiran yang cukup berantakan. Ketika dia sudah sadar dari semua pikirannya ini, Gavin sudah membawa Ronald pergi dari sana.
Dia duduk di samping Kezia dan bertanya pada Kezia “Bosmu itu orang yang bagaimana?”
Ketika Kezia mendengar pertanyaan ini, dia memikirkannya sejenak lalu berkata “Tidak bisa digertak dan sangat kaya raya. Hatinya sangat baik, tapi dia adalah orang yang cukup bodoh.”
“Kamu membicarakannya seperti itu, apa kamu tidak takut dia marah?” Sekarang banyak staf di samping mereka. Jika ucapan seperti ini disebar dan terdengar di teling Gavin, bukannya Kezia akan dihukum?
“Tidak akan, aku memang mengatakan yang sebenarnya.” Kezia yakin kalau Gavin pasti tidak akan marah hanya karena semua ini. Karena bagaimanapun, waktu pertama kali bertemu dengan Gavin, Gavin tidak marah sama sekali padanya padahal sikapnya lebih buruk dan tidak menyenangkan dari ini.
“Kalau begitu dia punya hati dan emosi yang cukup baik.”
“Em memang baik, ketika pertama kali aku bertemu dengannya, aku kira dia adalah orang yang seenaknya saja karena dia punya banyak uang. Jadi, aku memakinya dan mengusirnya jauh-jauh. Tapi, dia tidak marah sama sekali.” Ketika teringat semua ingat, Kezia sendiri juga merasa dirinya cukup menggelikan.
“Tapi, aku melihatmu cukup sangat menghormatinya tadi.” Tidak berpikir kalau Kezia begitu berani dan pernah memaki Gavin.
“Itu karena aku menganggapnya sebagai kakakku sekarang. Ketika keluargaku dalam masalah, dia membantuku dan juga keluargaku. Jadi, itu bukan sebuah penghormatan, tapi rasa syukur dan sikap terima kasih.” Kata Kezia.
Ketika Fani mendengar ini, dia tahu dia telah salah paham terhadap Gavin dan Kezia.
Dia merasa sedikit lega dan merasa kalau dirinya mungkin bisa menandatangani kontrak dengan perusahaan Gavin. Lagipula, bosnya begitu baik, jadi dia bisa melakukan apa yang dia suka. Dia sebelumnya tidak setuju tanda tangan kontrak dengan perusahaan Gavin, karena dia khawatir perusahaan itu akan menyuruhnya melakukan hal-hal yang tidak dia suka.
Setelah Gavin membawa Ronald ke bangkunya, dia tidak pergi jalan-jalan ke tempat lain. Setelah pertunjukan dimulai, dia hanya memilih Kezia dan Fani dan sisanya dihabiskan untuk memandangi sekitarnya saja.
Setelah pertunjukan selesai direkam, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun dan dia juga tidak begitu sering terlihat di kamera. Dia langsung pergi bersama Ronald yang masih bersemangat dan tampak bahagia.
Setelah mengantar Ronald pulang, Gavin menerima telepon dari Letto.
“Ada apa?” Dia tidak menyangka Letto akan menelepon dirinya.
"Dulu, terkahir kamu meminta tanda tangan kontrak dengan Fani, dia menolaknya. Namun, baru saja dia menghubungiku lagi dan bilang kalau setuju tanda tangan kontrak dengan kita. Tapi, dia punya syarat.”
“Syarat apa?”
“Tidak boleh memintanya melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan tarian. Dia bukan mesin penghasil uang dan dia tidak tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak mempromosikan tarian.” Persyaratan ini tidak terdengar sulit sama sekali. Tapi, bagi perusahaan entertainment, itu adalah permintaan yang sangat tidak masuk akal.
Jika menurut Letto sendiri, dia pasti akan menolaknya bahkan tanpa memikirkannya sejenak. Lagipula, perusahaan juga tidak kekurangan artis. Tapi, ini adalah orang yang Gavin sendiri memintanya mencarinya. Dia tidak berani mengambil keputusan sendiri.
“Setujui saja persyaratannya.” Gavin kira ada hal besar apa. Ternyata hanya hal sepele. Dia merasa ini bukanlah apa-apa.
“Baiklah, aku tahu.” Letto menunjukkan kalau dia mengerti. Setelah dia menutup telepon, dia janjian bertemu dengan Fani dan mereka berdua menandatangani kontrak yang berbeda dari perusahaan hiburan pada umumnya.
Gavin segera meninggalkan masalah itu dan pulang.
Tak disangka, begitu dia pulang, dia melihat Astin menunggu di depan pintunya lagi. Persis sama seperti terakhir kali.
“Kenapa kamu di sini?” Tanya Gavin.
“Aku ingin meminta bantuanmu” Kata Astin langsung.
"Ada urusan apa?"
“Bicara di dalam saja.” Di depan pintu, Astin tidak enak mengatakannya.
Gavin akhirnya membawanya masuk, lalu bertanya "Ada urusan apa sampai membuatmu kesini untuk meminta bantuanku.”
“Pinjamkan aku sejumlah uang.” Astin sangat malu ketika dia mengatakan ini. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya menemui seseorang untuk meminjam uang. Ketika dia punya punya ide ini, dia tidak teringat kepada teman-temannya dulu, dia malah teringat dan terpikirkan ke Gavin.
“Kamu menemuiku untuk meminjam uang?” Gavin bahkan lebih terkejut darinya.
"Iya benar sekali, ayahku melakukan sesuatu yang tidak baik. Dan menyuruhku membereskan masalah itu. Jika aku gagal, aku tidak akan punya kesempatan untuk bergabung masuk ke perusahaan. Jadi, aku pun terpaksa menemuimu.” Gavin dulu bukannya bilang kalau dia butuh bantuan apapun, dia bisa datang menemuinya untuk meminta bantuannya. Sekarang dia pun sudah datang kesini.
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroBehind The Lie
Fiona LeeHei Gadis jangan Lari
SandrakoEverything i know about love
Shinta CharityMr. Ceo's Woman
Rebecca WangBaby, You are so cute
Callie WangSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir