Gue Jadi Kaya - Bab 2 Memandang Rendah
Setiap bulan dia yang memberikan uang saku kepada Gavin, dia sendiri sangat mengetahui dengan jelas, merawatnya sudah cukup menyusahkan dan dia masih sembarang menghabiskan uang, apa dia benar menganggap uangnya itu datang begitu saja?
Gavin baru ingin berbicara, dia melirik Gavin sekilas lalu berbalik pergi, kembali ke kamarnya.
Setelah beberapa saat kemudian, Rasti keluar dari kamar, Gavin menoleh ke belakang ketika mendengar gerakan itu, lalu terpesona dengan dandanan Rasti.
Rasti pada dasarnya memiliki postur tubuh yang bagus, hanya saja biasanya dia mengenakan pakaian konservatif di sekolah, juga tidak bisa berdandan, sekarang dia tidak hanya mengenakan gaun yang menunjukkan postur tubuhnya, tetapi juga berdandan, sama seperti model yang ada di majalah, cantik sekali.
"Jangan menatapku dengan mata seperti itu, aku sangat jijik." Menyadari tatapan Gavin, Rasti merasa jijik sampai mengerutkan kening, kemudian mengingat akan janji hari ini, lalu berkata dengan kesal: "Karena kamu ada uang untuk naik taksi pulang ke rumah, kalau begitu makan malam ini kamu urus sendiri, jangan menyentuh satu barang pun di dalam rumahku."
Setelah selesai memberi peringatan, Rasti memikul tasnya, memutar tubuhnya dan meninggalkan rumah dengan aura asmara.
Gavin melihat bayangan tubuhnya yang menghilang dari pintu, lalu mendengus dingin, dia kira dirinya masih seorang bocah malang yang diangkat di tangannya itu, sekarang yang dia punya adalah uang, dia tidak hanya bisa makan sendiri, tetapi dia juga ingin makan makanan yang terbaik.
Melihat saldo uang di ponselnya, Gavin langsung bangkit berdiri dan meninggalkan rumah.
Naik taksi ke restoran terbaik di kota itu.
Tempat ini terkenal dengan harganya yang mahal, sebagian orang tidak mampu membayarnya, dahulu Gavin bahkan tidak berani melihat selirik pun ketika melewati tempat ini dan sekarang dia berjalan masuk ke dalam restoran dengan sombong.
Tetapi belum sampai dia masuk ke dalam, dia langsung dihentikan oleh pelayan penyambut tamu di depan pintu.
"Bapak ini, kamu masuk ke tempat yang salah."
Baru saja ketika Gavin melihat dari luar pintu, dia sudah memperhatikan, dalam sekilas sudah terlihat orang ini adalah seorang pelajar, pakaiannya itu dilihat sekilas saja sudah terlihat adalah barang pinggiran yang tidak berharga, jika membiarkan orang seperti ini masuk ke dalam, termasuk hal kecil jika dia makan tanpa membayar, tetapi itu akan sangat buruk jika sampai mengganggu orang lain yang sedang makan.
Dalam sekilas saja Gavin sudah mengetahui jika orang ini memandang rendah dirinya, tetapi dia tidak marah, malah berkata: "Benar, restoran paling mahal di kota ini dan aku akan makan di sini."
Sudut mulut pelayan itu berkedut, merasa bahwa orang ini pasti sudah gila dan akan membuat masalah, agar tidak memperburuk keadaan, dia pun mengubah cara bicaranya: "Restoran kami mengharuskan bayar dahulu sebelum makan, apa kamu ingin melihat menu?"
"Bawa ke sini menunya." Kata Gavin dengan santai sambil mengulurkan tangan.
Melihat Gavin yang tampaknya seperti orang kaya, dalam hati pelayan itu ingin tertawa, bukankah kamu ingin menyamar? Tunggu hingga kamu melihat menu lalu lihat kamu pergi atau tidak.
Dia masuk ke dalam restoran dan mengambil menu, lalu memberikannya kepada Gavin, menunggu untuk melihat lelucon bocah malang ini, jangan sampai dia mati terkejut.
Gavin melihat menu sekilas, menu makanan di sini memang sangat mahal, jika dahulu, satu bulan uang sakunya saja tidak cukup untuk satu menu sayur, tetapi sekarang sudah berbeda.
Gavin dengan sombong memesan semua menu spesial lalu berkata kepada pelayan: "Itu saja, aku juga ingin sebuah ruangan pribadi, tidak ingin orang lain menggangguku makan, berapa total semuanya."
Melihatnya yang masih menyamar, pelayan itu pun memutar matanya tak berdaya, tunggu sampai waktu membayar, dia akan malu karena tidak punya uang, dia sudah malas untuk berbicara, lalu membawa Gavin ke meja resepsionis, meminta orang resepsionis menghitung semuanya, memberikannya kepada Gavin dan menunggu untuk melihat lelucon.
Gavin menerimanya lalu melihat, dengan ekspresi kaget melihat kertas tagihan itu: "Sembilan puluh enam juta enam ratus empat ribu rupiah!"
Melihat tingkah lakunya, pelayan itu sengaja berkata dengan keras: "Bapak, silahkan pergi dari sini jika kamu tidak punya uang."
Kata-kata ini menarik perhatian beberapa orang yang ada di aula.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelKamu Baik Banget
Jeselin VelaniLove And War
JaneInventing A Millionaire
EdisonWonderful Son-in-Law
EdrickGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir