Gue Jadi Kaya - Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
“Ada apa?”
“Hari ini, aku membeli sebuah perusahaan lagi. Kamu harus bicara dan serah terima kepada orang yang bertanggung jawab di sana.” Ketika Gavin bicara ini, entah kenapa dia sedikit tidak enak.
“Lagi-lagi beli perusahaan?” kata Adrian tanpa bisa menahan suaranya yang melengking pecah. Dia segera berdeham sejenak, lalu menenangkan emosinya dulu, baru setelah itu bertanya dengan tak berdayanya “Kamu membeli perusahaan apa lagi?”
“Aku memerlukan sertifikat magang untuk lulus dari perguruan tinggi. Aku dulu ditautkan ke sebuah perusahaan. Ketika pagi ini mau mengambil dokumen informasi, ternyata perusahaan itu sudah bankrut jadi tidak bisa mengeluarkan sertifikat itu. Jadi, aku tanpa berpikir panjang, langsung membeli perusahaan itu.” Kali ini Gavin benar-benar tidak sengaja. Ini bisa dibilang sebuah kecelakaan.
“Sebenarnya, kamu bisa ditautkan ke perusahaanku yang sekarang. Atau ke perusahaan adikmu. Kalau masih tidak oke, bisa juga ditautkan ke perusahaan Letto!” kata Adrian mengomelinya.
“Tapi, bos semua perusahaan ini adalah aku. Masa, aku harus tanda tangan sertifikat magangku sendiri?”
“Lah kalau kamu membeli perusahaan itu, bukannya bosnya sekarang juga kamu jadinya!”
“Karena itu, aku membeli perusahaan itu dengan nama temanku. Aku menyuruhnya untuk menandatangani untuk diriku. Mangkanya, butuh kamu untuk menangani hal-hal yang di belakangnya.” Kata Gavin dengan masih merasa tidak enak.
Jika dipikirkan secara logika, diri sendiri tidak perlu terlalu tidak enak jika membeli dengan menghabiskan uang milik sendiri. Tapi, karena staff mereka tidak cukup, jadi Adrian yang selalu jadi sangat sibuk, karena setiap hari Gavin selalu membuat masalah dan dilemparkan ke Adrian. Hati Adrian terkadang benar-benar merasa tidak enak.
“Apa kamu pernah memikirkan sekali saja, jika temanmu ini tidak bertanggung jawab, terus bagaimana?” Adrian mencoba mengingatkan Gavin. Dia awalnya benar-benar tidak menyangka kalau Gavin begitu suka membeli perusahaan. Baru membeli satu, lalu tiba-tiba membeli lagi dan lagi.
“Harusnya tidak akan begitu orangnya. Besok kamu coba hubungi dia, setelah itu bagaimana menanganinya, itu semua terserah padamu saja. Pendapatku tidak akan ikut campur dalam urusan manajemennya. Karena perusahaan ini agak spesial. Kamu tinggal minta setengah dari keuntungannya diberikan ke kita setiap bulan, itu sudah cukup.”
“Spesial bagaimana?” tanya Adrian bingung.
“Em...” Gavin ragu-ragu berkata “Itu adalah perusahaan penagih hutang.”
Begitu mendengar ini, Adrian rasanya mau pingsan. Dia pun berkata dengan hati yang sungguh lelah “Bos, kenapa kamu tidak mempertimbangkan untuk menyewa seorang penasehat financial atau manajer keuangan saja untukmu? Jika terus seperti ini, aku khawatir tidak ada orang yang mau mengurusi dan memanajemeni perusahaan barumu.”
Punya bos yang begitu banyak uang dan kaya raya seperti ini, dia tidak tahu sudah ini kebahagiaan atau kesialan.
Untungnya dirinya sendiri bisa menghasilkan uang. Aturan Gavin tidak pernah merugikan siapapun orang di perusahaan. Tapi hal buruknya adalah siapapun tidak tahu kapan bos ini punya ide dan pemikiran yang sangat mendadak. Tiba-tiba dia sudah langsung memberikanmu perusahaan baru saja.
“Tidak kok, tolong kamu bekerja keras sebentar ya. ini juga bukan di bawah namaku kan.” perusahaan penagih hutang mudah sekali mendapat atau menimbulkan masalah. Jika bukan karena kebetulan pas, Gavin juga tidak akan membelinya.
Ini juga alasan kenapa dia meminta Bang Bobby untuk mengambil alih ini. Memang ini cukup gegabah, tapi setidaknya dia masih masuk akal dan menggunakan logikanya dalam menangani ini.
“Oke deh, aku tahu. Sudah tidak ada perusahaan lain lagi kan?” Kata Adrian berhati-hati.
Gavin geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
Adrian pun ikut geleng-geleng kepala tak berdaya, lalu keluar.
Begitu Adrian sudah pergi, Gavin menoleh menatap Ronald dan ayahnya. Dia pun melihat kedua orang itu yang sedang memandangnya dengan tatapan heran.
“Kenapa?” Tanya Gavin.
“Apa kamu punya banyak perusahaan?” Tanya Ronald.
“Tidak kok, hanya membeli empat perusahaan saja. Dua perusahaan investasi, satu perusahaan entertainment dan satu lagi perusahaan penagih hutang yang baru aku beli pagi ini.” kata Gavin.
“Ini kamu masih bilang tidak banyak?” Ronald benar-benar tidak menyangka. Karena melihat Gavin mengendarai mobil. Walaupun memang dia membeli lahan parkir sendiri untuk mobilnya. Tapi dia juga tidak merasa Gavin punya begitu banyak uang. Tapi sejak barusan ini ketika dia mendengar semua ini, dia jadi paham, Gavin sangat kaya raya lebih dibandingkan apa yang dia bayangkan. Singkatnya sultan kaya raya.
Walaupun orang kaya pada umumnya, juga tidak mungkin seperti dia yang suka bermain membeli perusahaan dengan seenaknya. Dia benar-benar tidak tahu ketidak sengajaan dia ini kenapa bisa bertemu dengan orang besar seperti ini. Orang besar ini sekarang malah sudah jadi kakaknya.
“Tidak kok, hanya satu nominal saja.” Kata Gavin tidak merasa ini banyak.
“Jika omong kosong ini didengar orang, kelihatannya mereka pasti tidak bisa menahan diri untuk langsung memukulmu.” Kata Ronald.
“Iyakah? Sudahlah, ini semua tidak pendting. Urusan ini sudah selesai dibicarakan. Kedepannya, ayah kamu cukup mengerjakan penelitian saja dengan serius. Jika ada yang dibutuhkan lagi tinggal bilang ke Adrian saja. Setiap dia mengerjakan sesuatu pasti akan membuat orang jadi tenang dan tak khawatir sama sekali.” Kata Gavin kepada ayah Ronald.
“Oke.” Ayah Ronald juga tidak menyangka ini. Dia tidak menyangka Gavin anak yang masih begitu muda tapi punya begitu banyak uang. Sebelum ini, dia mengira kalau Gavin sedang bercanda dengannya. Dia masih mengira kalau Gavin yang seperti ini nanti malah akan disalahkan oleh keluarganya.
Sekarang baru dia tahu, berinvestasi untuk lembaga penelitiannya ini bukanlah hal besar untuk seorang Gavin. Jika dibandingkan dengan urusannya yang lain dan itu tidak seberapa dibandingkan dengan hal-hal lain yang dia lakukan.
Secara logika, ayah Ronald sangat tidak suka atau bahkan membenci orang yang begitu boros, tapi Gavin tidak membuatnya berpikir demikian. Karena Gavin sopan dan tidak suka menyombongkan diri. Walaupun, menghabiskan uang sesederhana makan dan minum air untuknya. Tapi dia terlihat tidak ada kesengajaan atau niat untuk memamerkan kekayaannya, belum lagi dia adalah anak angkatnya sendiri, jadi wajar saja dia tidak bisa membenci atau tidak suka dengan Gavin.
Gavin tetap di sini untuk makan malam. Selama makan malam ini, Gavin makan dengan sangat senang. Makanan rumahan seperti ini yang dibuatkan oleh orang tua benar-benar terasa sangat nyaman sekali, suasana pun juga jadi sangat baik.
Membuat orang merasa sangat hangat. Ini lebih terasa sangat lezat dibandingkan dengan makanan mahal dan megah yang biasanya dia makan di luar. Perasaan seperti ini sudah lama berlalu, tapi saat ini dalam lubuk hatinya, dia juga sangat merindukan orang tuanya.
Setelah ayahnya memberikan uang saku yang besar untuknya, dia sudah tidak pernah lagi menghubungi Gavin. Gavin pernah mencoba untuk meneleponnya, tapi ayahnya tidak menjawab satupun teleponnya. Akhirnya Gavin pun menyerah.
Gavin tidak tahu bagaimana semua uang ini didapatkan oleh ayahnya. Tapi, dia percaya ayahnya pasti tidak akan melakukan hal buruk. Dia bisa menunggu ayahnya dengan tenang untuk menghubunginya lagi.
Di waktu inilah, sungguh baiknya dia bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga dari orang tua Ronald.
Hal seperti ini bisa membuatnya bisa melupakan semua hal buruk yang terjadi hari ini.
Setelah makan malam, ibu Ronald ingin Gavin untuk menginap di rumah mereka. Namun, Gavin bilang kalau di rumahnya ada adiknya. Lain kali saja, dia akan membawa Levina datang berkunjung kesini. Jadi dia pun terpaksa menolak ajakan ibu Ronald ini.
Ibu Ronald benar-benar menganggap dan memperlakukan Gavin seperti anggota keluarga yang lama hilang, dia mengantarkan Gavin sampai ke mobilnya hingga Gavin pergi.
Gavin pulang ke rumah, Levina duduk di sofa menonton TV. Begitu mendengar suara, dia pun langsung berdiri dan melihat Gavin masuk ke dalam rumah.
“Dari mana saja kamu?” Tanya Levina setelah Gavin mengganti sepatunya.
"Rumah teman sekelasku."
“Oh” Levina menghela nafas lega.
Melihat adiknya seperti ini, Gavin bingung “Apa yang sedang kamu khawatirkan?”
“Aku kita kamu akan sedih karena perceraian. Lalu, pergi ke tempat yang tidak baik.” Levina pernah dengar dari yang lain kalau pria yang baru bercerai biasanya bersikap impulsif, dia cenderung melakukan hal-hal yang biasanya tidak dia lakukan, seperti mabuk-mabukan atau mencari dan menggoda seorang wanita untuk memanjakannya. Jadi, begitu melihat Gavin belum pulang ke rumah. Dia pun sangat khawatir semalaman ini.
“Kamu terlalu banyak berpikir. Masalah ini sudah berlalu. Kedepannya, tidak usah dibahas lagi. Kamu segera pergi tidur sana atau melakukan apa yang harus kamu lakukan.” Kata Gavin dengan nada bicara seperti biasanya. Di wajahnya juga tidak terlihat ada keanehan ekspresi apapun. Karena Gavin benar-benar tidak terlalu menganggap ini begitu penting dan tidak terlalu peduli atau ambil hati dengan masalah ini.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickInnocent Kid
FellaDiamond Lover
LenaMy Cold Wedding
MevitaCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir