Gue Jadi Kaya - Bab 99 Hilang
Gerakan sini sangat besar dan ini segera menarik pengurus sekolah.
Ketika datang untuk memahami situasi, hal yang pertama yang dilakukan adalah membubarkan orang-orang yang melihat keramaian, kemudian memanggil semua orang yang terlibat dalam masalah ini ke kantor kepala sekolah.
Kepala sekolah mengerutkan dahi ketika dia melihat Gavin, dia dibuat malu oleh orang ini dulu, awalnya dia berpikir Gavin kemari untuk belajar dan dia akan tenang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Gavin akan menimbulkan masalah.
Reaksi pertamanya adalah Gavin yang menyebabkan masalah ini, jadi dia bertanya kepada Gavin terlebih dahulu : "Apa yang terjadi?"
“Jelas sekali, aku adalah korban, dia mengundang orang ke sekolah untuk memukulku, aku hanya melawan sedikit." Kata Gavin mengangkat bahu.
‘“Mereka yang bertindak duluan?" Kepala sekolah memandang Biondi dan kelompoknya dengan curiga, tidak banyak dari mereka yang bisa berdiri, sedangkan Gavin, bisa dibilang tidak terluka sama sekali.
Situasi seperti ini bagaimanapun tidak terlihat seperti Biondi mereka yang bertindak duluan.
“Ini buktinya." Gavin menunjukkan kepada kepala sekolah catatan yang ditulis oleh Biondi sendiri.
Bukan hanya tanda tangan, tetapi juga ada cap tangan Biondi, semuanya jelas, Biondi tidak bisa menyangkal.
Kepala sekolah juga tahu bahwa dirinya salah paham dan bertanya kepada Gavin : "Lalu apa yang ingin kamu lakukan sekarang?"
Gavin adalah korban masalah ini, jadi bagaimana menyelesaikannya masih tergantung padanya.
Gavin memandang Biondi, Biondi menunduk, dia tidak sombong seperti tadi, dia mengetahui bahwa dirinya telah dalam masalah.
Gavin tidak berbicara, tetapi dia memandang Ronald, karena diantara mereka semua, hanya Ronald yang benar-benar dipukul.
Ronald melihat Gavin memandang dirinya, tentu saja dia dia ingin melampiaskan amarahnya dan membiarkan Biondi dihukum, tetapi melihat penampilan Biondi sekarang, dia merasa bahwa apa yang dilakukannya akan sia-sia, Biondi telah menerima hukuman yang pantas dia terima.
Jadi, dia menghela nafas dan berkata : "Kamulah yang menentukan saja!"
“Kamu menanggung biaya pengobatannya, masalah ini akan berlalu, tetapi kamu jangan datang mengganggu kami lagi di masa depan, jika tidak aku tidak akan mengampunimu dengan begitu mudah." kata Gavin.
Ketika Biondi mendengarkan ini, matanya bersinar dan dia mengangkat kepalanya melihat Gavin, sedikit tidak percaya.
Dia berpikir bahwa Gavin akan memperbesar masalah ini.
“Berapa uang kamu sendiri yang tentukan, aku tidak akan mengatakan apa-apa, hal-hal yang lainnya kalian urus sendiri, aku masih harus pergi ke kelas." Gavin tidak bermaksud untuk membuang waktu bersama mereka disini.
“Oke, aku pasti akan membayarnya, tidak peduli berapa banyak." Selama bisa diselesaikan dengan uang, Biondi tidak akan takut, karena dia mempunyai banyak uang.
“Ingat, jangan datang mengganggu kami lagi." Gavin mengingatnya terakhir kali.
“Oke, aku tahu, aku akan mengambil jalan lain jika melihat kalian." Selama masalah ini tidak dibesarkan, dia bisa melakukan apa saja.
Biondi berkata seperti ini dan Gavin juga tidak mempunyai permintaan lain.
Berbalik dan berkata dengan kepala sekolah : "Kami pergi duluan."
Kepala sekolah mengangguk, karena murid di sini semua memiliki latar belakang, dapat menangani masalah ini dengan tenang, tentu saja dia sangat setuju.
Gavin membawa Ronald pergi, meminta orang bang Bobby membawa Ronald ke rumah sakit, kemudian dirinya pergi ke kelas.
Begitu dia masuk ke kelas, banyak yang melihatnya, masalah tadi sudah tersebar, kini semua orang sangat penasaran padanya dan ingin mengetahui siapa dia.
Gavin tidak peduli dengan pandangan mereka, dia belajar sendiri, bahkan tidak mempedulikan mereka.
Setelah belajar, Gavin meninggalkan sekolah, kemudian dia melupakan masalah ini.
Biondi juga tidak membenci Gavin, dia hanya salut dan mengetahui bahwa orang seperti Gavin ini dia tidak mampu mengganggu.
Setelah kembali ke rumah, Gavin beristirahat di kamarnya dan tanpa sadar sudah malam, dia selalu merasa ada yang tidak beres.
Setelah memikirkannya lama, dia menyadari bahwa Levina belum pulang.
Biasanya dia sudah pulang saat ini dan dia pasti akan datang dan mengetuk pintu untuk menyapa dirinya ketika dia pulang, tidak ada pergerakan apa pun hari ini.
Gavin mengerutkan dahinya, menelepon Levina, dia mengira bahwa Levina sedang bekerja lembur saat ini dan ingin mengingatkannya bahwa sudah bisa pulang.
Tetapi tidak ada yang mengangkat ketika dia menelepon.
Gavin terus menelepon, dia mengira bahwa Levina terlalu fokus pada kerja seringa tidak mendengarkannya.
Dia mengetahui ada yang tidak beres ketika dia menelepon sebanyak lima kali tetapi tidak ada yang menjawab.
Betapa sibuk pun Levina tidak akan tidak menjawab panggilan teleponnya, kecuali ada yang tidak beres.
Tidak bisa menemukan Levina, Gavin langsung menelepon Adrian.
Begitu Adrian menjawab telepon, Gavin langsung bertanya : "Apakah kamu tahu di mana Levina sekarang?"
“Bukankah Levina tinggal bersamamu? Kenapa kamu bertanya padaku?" Adrian merasa sangat aneh, jika ada yang tahu tentang Levina, pasti itulah Gavin.
“Sampai sekarang dia belum pulang, aku meneleponnya tetapi dia tidak menjawab, aku curiga sesuatu telah terjadi." kata Gavin.
“Tunggu sebentar, aku akan menelepon rekannya untuk bertanya." Bagaimanapun itu adalah perusahaan terakhir yang pernah dia kerja dan masih banyak kenalan, dibandingkan dengan Gavin, bos yang hanya menumpang nama, dia mengetahui lebih banyak.
Awalnya dia berpikir bahwa itu karena Gavin terlalu khawatir, sehingga dia terus curiga, bagaimanapun Levina bukan orang yang bodoh, mungkin tidak akan terjadi apa-apa.
Tetapi ketika dia selesai menelepon, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres.
Segera meletakkan barang di tangannya, dia menelepon Gavin dan memberitahunya tentang situasi sekarang, menyetir ke rumahnya dan memintanya untuk menunggu dirumah dan dirinya akan mencari tahu keberadaan Levina.
Gavin merasa tidak baik ketika dia menerima informasi tersebut.
Karena Levina sudah lama meninggalkan perusahaan, menurut perhitungan, dia seharusnya sudah pulang ke rumah, tetapi dia belum tiba di rumah.
Adrian memintanya untuk menunggu, menunggu sampai dia datang untuk membahasnya, Gavin tidak punya pilihan lain selain menunggu, karena tidak ada kabar, jika dia ingin keluar untuk mencari, dia juga tidak tahu mau ke mana untuk mencarinya.
Adrian datang dengan cepat, wajahnya sedikit buruk ketika tiba, karena dia menelepon bawahan lamanya di jalan dan mengetahui beberapa informasi lain.
“Menurut orang di perusahaan, akhir-akhir ini Levina diganggu orang."
“Diganggu orang?"
“Ya, setengah bulan yang lalu, ketika dia berbicara bisnis dengan orang lain, bertemu dengan seorang pemuda, pemuda itu jatuh cinta pada Levina, tetapi Levina tidak tertarik padanya dan menolaknya secara langsung. Namun, orang itu tidak menyerah dan terus mengganggu Levina."
“Apa hubungan masalah ini dengan Levina tidak pulang hari ini?" Tanya Gavin.
“Aku mendengar bahwa orang itu datang lagi hari ini dan menunggu Levina di depan pintu perusahaan, Levina bertemu dengannya begitu dia keluar, dia ingin mengantar Levina pulang, tetapi Levina menolaknya dan pemuda itu terus mengikutinya, jika Levina tidak pulang, maka mungkin dibawa orang itu di tengah jalan." Adrian menebak.
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyUnlimited Love
Ester GohPerjalanan Selingkuh
LindaLoving Handsome
Glen ValoraMy Lady Boss
GeorgeBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesCinta Tapi Diam-Diam
RossieGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir