Gue Jadi Kaya - Bab 17 Kebenaran Terucap
Dia hanya ingin menjual muka kepada Gavin, agar Gavin bisa teringat kepadanya setiap dia membutuhkan. Uang yang keluar tadi hanya jumlah kecil berbanding dengan keutungan di masa depan.
Setelah mencapai tujuannya, Adrian membantu Gavin mencari taksi secara pribadi dan mengantarnya sampai ke dalam mobil, menyaksikan Gavin pulang.
Setelah sampai pulang, Gavin langsung istirahat.
Besok paginya, Gavin tidur kelewatan lagi. Dia segera bergegas keluar dan mencari taksi, siapa tahu daerah sini sangat susah menunggu taksi, Gavin menunggu 30 menit baru dapat taksi. Setelah taksi Gavin pun meminta supir untuk mengemudi dengan cepat.
Sambil menyetir, supir bertanya dengan aneh: "Bapak, kamu tinggal di daerah seperti ini kenapa tidak ada mobil sendiri? Yang tinggal di daerah sini semuanya orang kaya, taksi sangat jarang datang ke sini"
Gavin menepuk kepalanya dengan wajah tidak berdaya dan berkata dengan frustrasi: "Aku bahkan melupakan masalah membeli mobil"
Gavin sudah memiliki SIM, hanya saja dia sendiri melupakan hal ini karena waktu telah berlalu lama, sepertinya habis sekolah nanti Gavin harus pergi membeli mobil untuk mempermudah transportasinya.
Setelah tiba di sekolah, Gavin langsung pergi ke kelas. Karena bangun telat dan tidak mendapat taksi, sekarang sudah jam mata pelajaran kedua. Gavin membuka pintu kelas dan melihat Rasti sedang mengajar di kelas, jantung Gavin mengerat, dia merasa dirinya benar-benar sangat sial.
"Kamu..."
Pada saat Rasti menunjuk Gavin dan baru mau berbicara, Gavin segera memotongnya: "Saya tahu, tidak boleh masuk kelas kan, saya akan keluar sekarang"
Gavin langsung mundur keluar kelas dan menutupi pintu dan Rasti hanya bisa menelan semua kata-kata ke dalam pelut.
Hal ini membuat Rasti marah sampai melemparkan buku ke atas meja, suara buku dilempar ke atas meja membuat tubuh semua orang bergetar dengan ketakutan, bahkan Gavin yang berada di luar kelas saja mendengar suara dan terkejut.
Gavin mengelus dadanya sendiri: "Untungnya aku berlari dengan cepat, kalau tidak pasti kena marah lagi"
Kali ini Gavin berdiri di luar kelas selama 1 jam pelajaran dengan jujur, setelah selesai kelas, Rasti keluar tanpa menoleh ke Gavin, Rasti sekarang melihat muka dia saja merasa frustrasi.
Setelah Rasti pergi, Gavin baru kembali ke dalam kelas dan duduk di tempatnya.
Pada saat dia baru duduk, Bella yang duduk di samping langsung berkata dengan nada suara sengaja: "Hei, kamu masih berani datang ke sekolah ya, kalau aku itu kamu, aku tidak akan berani datang ke sekolah lagi sepanjang hidup. Benar-benar sangat tidak tahu malu!"
"Seberapa tidak tahu malu pun aku, tidak akan bisa memenangi kamu. Sendiri yang membuat uang hilang malah menyalahkan orang lain" Gavin menyerang balik dengan terus terang.
"Bukti dan saksi sudah lengkap, kamu masih berani membantah. Orang miskin itu benar-benar cuman sisa wajah saja, wajah yang peluru pistol saja tidak bisa menembus" Masalah semalam jelas sudah membuktikan bahwa yang mengambil uang itu Gavin. Bella tentu saja harus menggunakan kesempatan ini untuk bersikap tinggi hati dan mendidik Gavin dengan baik.
" Bella, aku menyarankan kamu jangan bersikap kelewatan, jangan menunggu kebenaran sudah ditemukan kamu baru sibuk menangis dan minta maaf" Gavin mengingatkannya.
"Masih berani membantahku di sini? Kalau uang bukan kamu yang ambil, terserah kamu mau aku bagaimana meminta maaf" Bella merasa Gavin hanya sedang mencari alasan, jadi dia sama sekali tidak takut.
Gavin melihat ke Bella dengan tatapan seperti sedang melihat sebuah lelucon, dia memiliki banyak cara bisa membuktikan dia tidak mengambil uang kas, tetapi dia harus mencari cara yang tidak mengekspos indentitasnya.
Pada saat Gavin sedang berpikir harus bagaimana, Rasti kembali ke kelas, Gavin mengira dia kembali untuk memarahinya, tidak disangka Rasti malah berjalan ke depan Bella dan bertanya dengan wajah dingin: " Bella, apakah kamu yakin bahwa yang mencuri uang itu Gavin ?"
"Iya, bukan dia masih ada siapa lagi? Bukannya semalam sudah ketahuan semua?" Bella berkata dengan pasti.
"Kalau begitu, beri tahu aku apa ini?" Rasti melemparkan sebuah amplop ke atas meja, di atas amplop itu memiliki tulisan Bella yang berkata 'uang kas'
"Ini..." Bella juga merasa sedikit bingung, dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi amplop ini benar-benar adalah amplop yang dia gunakan untuk menyimpan uang kas.
"Bibi perpusatakaan datang mencariku tadi, katanya dia menemukan ini di perpustakan. Pada hari kamu membawa uang kas, kamu pergi ke perpustakaan kan?" Rasti bertanya.
Bella hari itu memang dia pergi ke perpusatakaan, jangan-jangan dia tidak sengaja menjatuhkan uang kas di perpustakaan pada hari itu?
Berpikir sampai sini, Bella pun mulai panik, kalau dia mengaku sekarang, bagaimana dengan masalah dia salah paham terhadap Gavin ? Berpikir sampai sini, Bella memutuskan bawhwa dia tidak boleh mengaku.
"Tidak ada, aku tidak pernah pergi ke perpustakaan. Semua ini pasti recana Gavin, dia bekerja sama dengan bibi perpustakaan, dia mau menggunakan cara ini untuk membuktikan dia tidak bersalah, semuanya adalah dia"
Bella mendorong semua kesalahan kepada Gavin.
"Aku sudah mencari tahu, hari itu beberapa karyawan perpustakaan benar-benar melihatmu di sana, bahkan ada satu karyawan yang melihat kamu menjatuhkan uang kas, kalau tidak mereka juga tidak akan mencariku" Rasti juga pernah berpikir tentang hal yang dikatakan Bella tadi, jadi dia juga ada mencari tahu sebelum datang ke sini. Ternyata mereka semuanya salah paham kepada Gavin.
"Pada akhirnya kebenaran terungkap. Ternyata ada yang menjatuhkan uang kas secara tidak sengaja dan malah mendorongnya ke teman kelas sendiri. Tadi kamu berkata mau meminta maaf kepadaku kalau aku tidak mencuri uang kas, sekarang masi diam di sana buat apa?" Gavin mengikuti nada suara Bella tadi.
Bella malu sampai wajahnya memerah, semua teman kelas sedang melihatnya sekarang, dia adalah ketua kelas yang berlatar belakang keluarga kaya raya, kalau dia meminta maaf seperti orang seperti Gavin, dia tidak akan memiliki muka lagi untuk datang ke sekolah.
Untungnya Rasti bersuara pada saat ini.
"Kamu diam. Kamu mengira kamu tidak bersalah walaupun kamu tidak mencuri uang? Kenapa tidak berpikir mengapa semua orang bisa meragukanmu ketika ada barang yang menghilang, kalau biasanya kamu memperhatikan tingkah laku dan ucapakan kamu, apakah ada yang akan meragukan kamu?"
Rasti sebenarnya sedang mencari alasan utnuk dirinya juga, karena semalam dia sendiri juga salah paham terhadap Rasti. Seharusnya uang itu adalah gaji dia di Restoran Queenzy, lalu uang makanan kemarin juga merupakan salah paham. Tetapi, Rasti tidak ingin menerima penawaran Gavin. Di mata Rasti, meskipun Gavin tidak mencuri, dia tetap adalah orang tidak berguna yang bagaikan sampah, dia tidak akan bisa sukses pada masa depan"
Setelah berpikir, Gavin memutuskan untuk tidak bersuara lagi, anggap saja memberi muka kepada Rasti dan berterima kasih kepada dia telah mengeluarkan uang dan membantu Gavin membuktikan dia tidak bersalah. Untuk Bella, semua orang sudah melihat tingkah laku dia, setelah kejadian ini seharusnya dia tidak berani mencari masalah dengan Gavin lagi.
Hal ini pun selesai begitu saja. Gavin akhirnya bisa sekolah dengan tenang, semua orang merasa malu terhadap Gavin karena telah salah paham dengannya, mereka bahkan tidak berani melihat Gavin dengan tatapan memandang rendah seperti biasa, semua orang menghindar Gavin dan tetap tidak ingin berinteraksi dengan dia.
Justru Bella, meskipun dia yang salah, tetap ada banyak orang yang berteman dengannya dan menghiburnya setelah kelas bahwa semua ini bukan salah dia, semuanya ini hanya sebuah salah paham.
Gavin tahu, semua ini karena Bella anak dari seorang ayah yang kaya raya, sementara Gavin adalah orang miskin yang semua orang mengaku. Bagaimana mereka akan bereaksi kalau mereka tahu bahwa orang yang benar-benar kaya sebenarnya adalah Gavin sendiri?
Setelah pulang sekolah, Gavin tetap sendirian, dia tidak pulang rumah dan pergi ke toko mobil untuk membeli mobil.
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiMr. Ceo's Woman
Rebecca WangCinta Yang Terlarang
MinnieCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyWahai Hati
JavAliusMy Tough Bodyguard
Crystal SongDemanding Husband
MarshallGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir