Gue Jadi Kaya - Bab 19 Halangan
Mengendarai mobil barunya pulang je rumah, Gavin akhirnya merasa lega dan enak setelah melihat ekspresi kaget orang-orang itu.
Besok harinya.
Gavin pergi ke sekolah dengan mobil barunya, karena sebelum itu sering terlambat, dia sengaja bangun pagi dan sampai di sekolah tetap masih sisa 30 menit.
Mobil ini terlalu menarik mata, semua orang menatap Gavin dengan tatapan iri di sepanjang jalan. Gavin menghentikan mobil di sebuah jalan terpencil kemudian berjalan ke sekolah dan pergi ke toko seberang untuk sarapan karena waktu masih pagi.
Karena bosan, Gavin mengeluarkan ponselnya dan melihat postingan sosial media, salah satu postingan berupa seseorang sedang memamerkan mobilnya yang sama persis dengan mobil baru Gavin. Setelah membukanya, Gavin menyadari plat mobil yang berada di dalam foto sama dengan plat mobilnya, ada yang foto dengan mobil dia!
Setelah mundur ke halaman utama, Gavin baru menyadari ternyata orang itu adalah Bella, dia memposting dengan judul: "Ayahku mengganti mobil baru, sangatlah keren, hanya saja duduknya sedikit tidak nyaman, tidak sebagus dulu. Apakah ada yang tahu ini mobil apa?"
Gavin merasa seolah-olah nada suara Bella sudah mau menetes keluar dari layar, dia jelas tahu mobil itu adalah mobil Rolls-Royce, dia hanya ingin pamer di depan teman-teman dan membuat orang merasa keluarga dia sangat kaya raya.
Bahkan berkata mobil ini adalah mobil ayahnya, Gavin tidak memiliki anak sialan seperti ini!
Tidak tahu harus ketawa atau menangis, Gavin menghabiskan sarapannya dan masuk ke dalam kelas.
Setelah masuk, Gavin pun mendengar berbagai macam suara memuji.
" Bella, keluarga kamu ganti mobil baru ya, sangat keren"
"Tidak hanya keren saja, mobil itu sangat mahal. Aku telah mencari tahu tadi, mobil itu adalah mobil Rolls-Royce tipe terbaru, harganya 20 Miliar lebih. Di dalam negeri kita hanya adalah belasan mobil tipe ini, yang mengemudi mobil ini semuanya adalah orang kaya yang berkelas tingkat pertama"
"Tentu saja, keluarga Bella memang sangat kaya, makanya mereka sanggup mengemudi mobil seperti ini"
"......"
Sambil menikmati pujian teman-teman, Bella berpura-pura memasang ekspresi rendah hati: "Hais, tidak sehebat yang kalian katakan. Ayahku hanya membelinya karena dia suka, tidak semahal itu"
Waktu datang sekolah tadi, ayah Bella menyadari keberadaan mobil Gavin yang berhenti di sudut dan dia pun menceritakan kepada Bella dengan wajah kagum. Setelah itu, Bella pun merasa mobil mereka berkelas terlalu rendah, jelas tidak bisa membanding dengan mobil Gavin. Orang lain juga memiliki mobil tipe yang sama dengan mereka, Bella tidak menyukai perasaan yang berkelas sama seperti orang lain, dia mau berkelas lebih tinggi daripada orang-orang.
Jadi, setelah ayahnya pergi, Bella pun berjalan ke mobil itu dan mengambil foto dengan diam-diam. Berpikir tentang kejadian semalam, Bella merasa bisa jadi ada yang masih menertawakannya, kalau dia memposting foto mobil ini ke sosial media, orang-orang pasti hanya akan merasa iri dan kagum sehingga mereka melupakan kejadian semalam. Berpikir sampai sini, Bella pun memposting foto itu ke sosial media dan hasilnya juga sesuai dengan ekspektasi dia.
Gavin berjalan ke tempat duduknya sambil tertawa, di dalam hati dia memberi tahu anak putrinya yang murahan ini bahwa dia tidak membeli mobil itu karena dia suka, hanya karena demi membuat orang-orang yang memandang rendah dia semalam kaget dan iri saja.
"Kamu ketawa apa?" Melihat Gavin sedang tertawa, Bella pun bertanya dengan ekspresi hitam.
"Tidak ada. Aku hanya merasa mobil ayahmu benar-benar sangat keren dan bagus" Gavin menahan tertawa.
"Tentu saja, kamu mengira semua orang naik bus umum ke sekolah seperti kamu? Kamu bisa melihat mobil seperti ini hanya sekali saja di sepanjang hidup dan kamu masih harus berterima kasih kepada aku!"
"Iya, terima kasih ya!" Gavin menjawab.
Bella tetap tidak puas, sehingga dia pun terus menghina: "Kamu jangan bersikap santai seperti ini, kalau iri hilang saja, yang penting kamu tidak akan sanggup duduk mobil seperti ini sepanjang hidup!"
"Lalu, jangan mengira masalah itu selesai begitu saja walaupun ibu membantu kamu. Masalah kita tidak akan selesai!"
Gavin merasa kesusahan menahan ketawa, dia tidak mempedulikan kata-kata Bella, ini adalah pertama kali dia melihat seorang gadis menjadi anak murahan orang lain dan masih bersikap tinggi hati.
Pada saat Gavin merasa ingin ketawa, sebuah suara pria berdering dari pintu.
"Siapa itu Gavin ?"
Yang bersuara tadi adalah Duwid Utama, wakil kepala suara sekolah mereka. Sama seperti namanya, Duwid Utama ini adalah orang yang hanya mementingkan uang, karena Gavin sangat miskin, Duwid tidak pernah mau peduli ataupun melihat Gavin, kenapa malah mencari dia hari ini?
"Kamu ya?" Duwid melihat Gavin dengan tatapan jijik, dia tahu Gavin tetapi tidak mengingat namanya. Tadi dia masih berpikir mungkin di antara mereka ada salah paham, melihat penampilan anak ini, sepertinya kata-kata Bapak tadi itu benar.
"Ikuti aku ke ruanganku"
Gavin pun mengikutinya dengan bingung.
Setelah tiba, Gavin melihat Rasti juga berada di dalam, di samping dia ada seorang pria berusia 40 tahun lebih, penampilannya terlihat seperti orang kaya.
Pria itu melirik ke Gavin dan berkata sambil memegang hidungnya: "Orang ini adalah Gavin yang dia bela?"
Karena sudah tidak memiliki suasana hati, Gavin pun langsung bertanya dengan aneh: "Bela apaan?"
"Aku sudah mengetahui masalah semalam, kalian berani membela seorang siswa miskin dan membuat keponakanku sedih, kalian itu merasa keluarga kami mudah diinjak ya?" Orang itu memarahi Rasti.
Pada saat itu Gavin pun sudah mengerti, orang ini adalah pamannya Bella, dia datang untuk membalas dendam atas Bella
Seluruh siswa sekolah mengetahui masalah semalam, karena dibahas sepanjang hari, Bella merasa sangat sedih dan menangis setelah pulang rumah, kebetulan pamannya datang dan dia pun menceritakan kejadian semalam kepada pamannya dengan kata-kata yang tidak benar, dia berkata bahwa Rasti membela siswa lain untuk menuduhnya.
Paman Hamami ini tentu saja tidak rela melihat keponakannya sedih seperti ini, jadi dia pun datang mencari wakil kepala sekolah pagi-pagi.
"Kamu salah paham, aku tidak membelanya, masalah ini memang..."
"Kamu masih mau menjelaskan apa? Bukannya semua ini sudah jelas? Kamu yang mengantar siswa ini datang kemarin, kata kamu orang tuanya menghilang, aku menerima dia karena merasa kasihan. Tidak menyangka dia hanya tidak pintar dalam belajar, dia bahkan berani menghina teman. Kamu sebagai guru tidak mendidik dan malah membantu dia menyembunyikannya, sepertinya kamu sudah tidak ingin bekerja lagi!" Sebelum Rasti sempat selesai berkata, wakil kepala sekolah sudah menyalahkan mereka duluan.
Latar belakang keluarga Rasti tidak bisa membanding dengan Keluarga Hamami, lagipula wakil kepala sekolah memang tidak menyukai Gavin, jadi masalah kali ini termasuk pelajaran untuk Rasti.
Rasti sendiri juga menyadari hal ini, di dalam hati wakil kepala sekolah, sebenarnya semua ini sudah tidak penting. Rasti tidak berani berkata apa lagi, hanya bisa berdiri diam dengan mata memerah.
Gavin ingin menjelaskan, tetapi wakil kepala sekolah sama sekali tidak memberi dia kesempatan untuk bersuara. Dia sibuk berkata kepada Paman Hamami : "Saya pasti akan mengurus masalah ini dengan tegas, besok saya akan meminta mereka untuk mengatakan fakta sebenarnya di depan semua orang dan memberikan keponakan anda sebuah keadilan, saya juga akan meminta mereka untuk memperbaiki kesalahan, hukuman yang harus diberikan tidak akan kurang satu pun!"
Setelah itu, Paman Hamami baru merasa puas, dia melihat ke Rasti dan Gavin dengan tatapan jijik sebelum keluar dari ruangan, sementara wakil kepala sekolah pun segera sibuk mengantarnya.
Melihat mata Rasti memerah, Gavin menghampirinya, ingin menghibur dia, tidak menyangka Rasti malah meliriknya dengan marah: "Semuanya karena kamu, kalau nilaimu bisa lebih bagus, apakah aku harus mengalami semua hal ini? Dihina begitu pun tidak bisa berdiri dengan tegak, kamu benar-benar hanya bisa membawa sial kepadaku!"
Novel Terkait
The Gravity between Us
Vella PinkyMenunggumu Kembali
NovanMi Amor
TakashiUnlimited Love
Ester GohHis Soft Side
RiseSomeday Unexpected Love
AlexanderAdieu
Shi QiGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir