Gue Jadi Kaya - Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
"Kenapa ? Tidak kenal yah?" Tanya Ronald.
"Tentu saja tidak." Gavin tersadar dan langsung menjabat tangan Ronald sambil memperkenalkan dirinya "Namaku Gavin Atmaja, aku baru saja datang ke universitas ini untuk menghadiri kelas. "
"Aku rasa kamu juga baru masuk yah, kalau tidak dengan kemampuan yang aku miliki pastinya aku sudah mengenalmu sejak lama, karena tidak mungkin untuk melewatkan informasi seperti ini." Kata Ronald.
"Kemampuanmu?"
"Yah, aku belajar tentang teknik komputer sebelumnya dan kemampuan terbaikku adalah mengumpulkan informasi, dimana hal itu merupakan hal umum di sekolahku. Selama itu adalah sesuatu yang menarik perhatian banyak orang, aku selalu punya informasinya." Kata Ronald.
"Oh, hebat juga." Gavin tidak tahu harus berkata apa.
"Ngomong - ngomong, kelas apa yang kamu ambil?" Tanya Ronald.
"Kelasnya Bu Amy."
"Ayo pergi ke sana, aku juga ngambil ke kelas itu kok, aku akan antar kamu ke sana." Ronald berkata dengan penuh antusias.
Gavin benar-benar merasa sangat bersemangat untuk pertama kalinya, bukan karena uang, bukan ingin menjilat dirinya, sebab Gavin sudah pernah melihat banyak orang yang ingin menjilat orang kaya selama dia hidup. Tetapi Ronald berbeda dengan mereka.
Meski rasanya aneh, tetapi sebenarnya di dalam lubuk hatinya Gavin selalu menginginkan seorang teman. Ketika dia punya uang dan tidak punya uang, yang kurang dari dirinya adalah teman. Sehingga dia menerima kebaikan Ronald.
Mereka pergi ke kelas bersama dan di dalam sudah ada beberapa siswa. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang benar - benar ingin datang ke kelas. Kebanyakan mereka tengah sibuk sendiri, ada yang membaca majalah sambil minum kopi di depannya. Terus apa bedanya minum kopi disini dengan minum kopi di siang hari.
"Ayo kesana, aku pikir kamu ke sini tidak untuk main-main seperti mereka-kan. Lagi pula kamu juga tidak mungkin bisa belajar apa pun dari mereka." Ronald membawanya ke kursi kosong di sudut.
Setelah duduk Ronald mengeluarkan laptop dan menyalakannya, lalu dia mulai menonton acara talent show. Gavin lalu melirik dengan rasa ingin tahu dan ternyata itu adalah talent show yang dia investasikan.
Dan kebetulan Kezia yang tampil kali ini dan Ronald tampak sangat terpesona dari awal. Melihat Gavin melirik ke arah laptopnya, Ronald segera mendorong laptopnya agar Gavin bisa ikut melihat dan berkata "Ayo kita tonton bersama, wanita cantik itu bernyanyi dengan sangat baik, aku akan memilihnya nanti. "
"Ohh, si Kezia yah." Kata Gavin.
"Apa?"
"Iyah, nama orang itu Kezia. "Kata Gavin.
"Bagaimana kamu tahu? Bukankah namanya belum disebutkan? Kok kamu bisa tahu?" Ronald bertanya dengan terkejut.
"Kenapa? Apa kamu ingin bertemu dengannya?"
"Iya, dia bernyanyi dengan sangat baik, bahkan jauh lebih baik dari pada peserta sebelumnya. Menurutku dia pasti akan menjadi juara di masa depan." Kata Ronald.
"Kamu tidak berencana untuk mengejar seorang bintang, kan?" Gavin menatapnya dengan geli.
"Iya, tetapi aku juga belum menemukan nama aslinya. Namun ketika melihatnya sekarang dan mendengarnya bernyanyi, aku pikir aku telah menemukannya. Sekarang cepat katakan, apa kamu benar-benar mengenalnya?" Ronald berkata dengan cemas.
"Kita berdua saling kenal."
"Lalu bagaimana Kalian bisa bertemu?" Ronald melanjutkan.
"Cari tahu saja sendiri." Gavin memberi isyarat agar dia melihat ke layar.
Kali ini Kezia sedang memperkenalkan dirinya dan saat mendengar namanya betul Kezia. Ronald menjadi semakin penasaran dan terus menonton karena ingin tahu bagaimana Gavin bisa bertemu dengannya. Sampai saat pemungutan suara dia melihat Gavin.
"Hehh, ternyata kamu juga juri di acara ini?" Ronald berkata dengan sangat terkejut.
Suaranya sangat keras hingga semua orang di kelas mendengarnya dan mereka semua melihat ke atasnya.
Ronald mengangkat bahu, tidak mempedulikan mereka dan terus bertanya kepada Gavin "Bagaimana kamu bisa menjadi juri di acara ini? Bagaimana mungkin?"
"Aku seorang investor di acara itu dan seseorang perlu menjadi juri. Jadi mereka memintaku untuk menjadi juri. Kurasa ini semua memang takdirmu, karena dia adalah artis di bawah perusahaanku, jadi wajar saja kalau aku bisa bertemu dengannya." Gavin tidak berbohong padanya, karena dia pikir Ronald bukanlah orang yang akan keluar dan berbicara omong kosong.
"Benarkah, bisakah kamu membiarkanku pergi ke acara itu? Aku ingin mendengarkan nyanyiannya secara langsung." Kata Ronald.
"Apa kamu mau mendengarkan Kezia menyanyi di studio?" Gavin mengira Ronald ingin mengenal Kezia sendiri.
"Tentu saja, bahkan lebih baik lagi kalau kamu bisa memintakan tanda tangannya untukku." Ronald berkata dengan malu.
Gavin menggelengkan kepalanya dan berkata "Acara selanjutnya akan dimulai minggu depan, aku akan mengantarmu ke sana. "
"Terima kasih, kamu benar-benar teman yang baik, aku sangat bersyukur karena sudah mengenalmu!" Ronald meraih lengan Gavin dengan ekspresi terima kasih.
Mulut Gavin bergerak-gerak, karena dia tidak mengerti kenapa Ronald bisa melompat kegirangan. Tetapi Gavin tidak mau tahu dan membiarkan Ronald bersemangat seorang diri.
Segera Bu Amy masuk dan Gavin mulai mendengarkan pengajarannya dengan sangat serius. Ronald juga mematikan laptopnya dan mulai mendengarkan pelajaran. Tetapi di kelas ini, kecuali mereka berdua, semua orang sibuk melakukan kegiatan mereka sendiri. Dari bermain permainan, membaca majalah, bahkan beberapa orang berkumpul untuk mengobrol, mereka semua benar-benar mengabaikan guru di kelas.
Gavin juga tidak merasa terganggu, karena orang-orang itu tidak ada hubungannya dengannya, sehingga Gavin tidak mempedulikannya.
Gurunya sebenarnya mengajar dengan cukup bagus. Sebab dia menjelaskan semua tentang investasi, meskipun itu hanyalah beberapa hal dasar, tetapi Gavin masih belum bisa memahaminya sekarang. Meskipun begitu pelajarannya tidak mengecewakan, setidaknya dia tidak akan berinvestasi secara sembarangan di masa depan, serta mengetahui prosedur apa saja yang ada di dalamnya.
Setelah kelas Ronald mengikuti Gavin dan berkata "Apakah kamu akan pergi ke kelas lain?"
"Tidak perlu, selangkah demi selangkah saja, terlalu banyak tidak baik."
"Ok, kalau begitu aku akan mengundangmu untuk makan malam, sebagai ucapan terima kasih karena sudah membawaku ke studio. "
"Hei.. aku kan belum membawamu ke sana." Kata Gavin.
"Hahaha, sudahlah itu bukan masalah, aku percaya padamu. Ayo pergi, aku tahu restoran terkenal di dekat universitas, karena aku sudah sering berkunjung ke sana, jadi kita tidak perlu mencari tempat lain." Ronald melingkarkan lengannya di bahu Gavin dan mengajaknya pergi, mereka tampak seperti teman dekat yang sudah saling mengenal sejak lama.
Gavin lalu mengikutinya ke restoran. Setelah mereka masuk, Ronald melihat ada banyak pengunjung hari ini. Lalu Ronald pergi ke meja depan dan bertanya "Apakah masih ada kursi yang tersedia?"
"Oh, Tuan Muda Ronald, hmm tinggal tersisa meja terakhir. "
Ronald ingin memesannya, tetapi dia mendengar suara seseorang dari belakang yang berkata lebih dulu "Aku ingin memesan meja itu."
Ronald berbalik untuk melihatnya dan alisnya langsung mengernyit, lalu berbicara dengan nada jengkel "Maaf Kami sudah datang lebih dulu dan aku sudah meminta meja itu, jadi kamu harus mengantri. "
"Apa? Bukannya aku yang memesannya lebih dulu" Kata pria itu.
"Kenapa kamu begitu tidak tahu malu?" Ronald menatapnya dengan jijik.
"Justru kamu yang tidak tahu malu. Atau bagaimana kalau kita lihat siapa yang bisa memberi lebih banyak uang dan yang menang bisa memiliki meja itu.” Kata pria itu.
"Kenapa aku harus membandingkan hal itu denganmu? Pokoknya, aku datang lebih dulu dan aku juga sudah memesannya." Ronald menoleh dan berkata kepada pelayan di restoran.
Pelayan di restoran bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, karena keduanya adalah pelanggan tetap. Tetapi dalam hal nama baik, Ronald tidak bisa dibandingkan dengan pria yang satunya. Tetapi Ronald memang datang lebih dulu, namun kalau pelayan memberikannya kepada salah satunya, maka dia bisa menyinggung pelanggan yang lainnya. Orang kecil seperti pelayan tidak akan berani melakukannya.
Novel Terkait
Beautiful Lady
ElsaNikah Tanpa Cinta
Laura WangMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniDewa Perang Greget
Budi MaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir