Gue Jadi Kaya - Bab 41 Undangan
Dia adalah calon istri dari Bosnya, dan beraninya dia menerima penghormatan seperti itu. Tanpa menunggu lama Adrian dengan cepat berdiri dan berkata kepada Rasti, "Jangan! Kamu tidak perlu seperti itu padaku, karena aku hanya berinvestasi dalam proyekmu karena memang proyekmu bernilai. Kalau kamu melakukan itu rasanya seperti aku sedang melakukan amal sekarang."
"Oh, maaf aku hanya ingin berterima kasih." Kata Rasti.
"Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih kepadaku cukup dengan kerjakan proyek itu dengan baik hal - hal seperti ini tidak penting." Kata Adrian dengan canggung, karena sebetulnya bukan kepada dirinya jika Rasti ingin mengucapkan terima kasih.
"Baiklah, aku akan berusaha dengan sebaik mungkin." Rasti menjawab dengan penuh kepercayaan diri.
Adrian lalu mengangguk dengan cepat. Kemudian dia mempersilahkan Rasti untuk keluar karena dia khawatir akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu yang mungkin akan membuat Gavin marah.
Setelah Rasti pergi, Adrian lalu menuju ke ruangan Gavin. Gavin sudah menutup teleponnya maka dapat di katakan kalau pembicaraannya berjalan dengan baik. Dengan salah satu simpulnya berhasil dilepaskan maka mulai sekarang dia sudah tidak berhutang apapun lagi pada Rasti.
"Apakah ada hal lain yang perlu aku lakukan?" Tanya Adrian.
"Cukup utus seseorang untuk membantunya, setelah itu kamu tidak perlu lagi mengkhawatirkan masalah ini. Ok, sekarang kita bahas masalah selanjutnya, bagaimana kondisi perusahaan sekarang?"
"Aku sudah memeriksanya dan memilah beberapa proyek yang cocok untuk investasi jangka panjang. Semuanya merupakan proyek investasi yang pernah dilakukan oleh perusahaan sebelumnya, tetapi terhenti karena dana untuk investasinya tidak ada. Jadi, selama kita memiliki dana ada kita akan bisa melanjutkannya dan kita akan dapat melihat hasilnya paling lama dua bulan."
"Berapa investasi yang dibutuhkan?" Gavin bertanya.
"Totalnya 30 milyar." Ini adalah etimasi yang dia buat sebelum dia datang menemui Gavin. Dari 30 milyar uang yang diinvestasikan total keuntungan yang didapat akan lebih dari itu.
Semua itu berkat pemilik sebelumnya yang memiliki penglihatan yang sangat bagus. Proyek itu sendiri sudah berjalan cukup lama, hanya saja waktu itu perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk diinvestasikan, sehingga hal ini membuat mereka bisa langsung menerima penawaran.
Yang terpenting adalah orang-orang di perusahaan adalah karyawan yang sudah berpengalaman dan sudah terbiasa untuk menangani proyek seperti itu mengatakan bahwa nilai pengembaliannya bisa mencapai 3 kali lipat. Hanya saja Adrian tidak memberi tahu Gavin terkait hal itu, karena mungkin Gavin tidak memahaminya.
Sebetulnya 30 milyar jelas lebih mahal dari pada uang yang dia keluarkan untuk membeli perusahaan, tetapi uang segitu hanya senilai dengan harga rumahnya menurut Gavin. Gavin sendiri tidak teralu mempermasalahkan soal uang, tetapi dia hanya ingin agar perusahan bisa menghasilkan uang dan tidak tergantung dengan proyek Rasti saja.
Jadi dia tidak bertanya terlalu banyak dan langsung memberikan uang kepada Adrian, lalu membiarkan dia mengelolanya. Bahkan jika Adrian kalah Gavin masih mampu mendapatkan uang sebesar itu.
Setelah mendapatkan uang, Adrian melihat bahwa Gavin tidak memberi perintah lain dan bergegas pergi.
Gavin berjalan keluar sebentar, karena merasa tidak ada lagi yang akan dilakukan dia kembali ke kantor dan langsung menuju ke Departemen Pemasaran. Di Kantor dia mendengar orang - orang membicarakan tentang dirinya.
"Aku rasa dia pasti anak dari salah satu pemegang saham perusahaan, karena dia baru saja lulus jadi dia bekerja di perusahaan ini agar resume dirinya terlihat lebih baik. Lagi pula, perusahaan kita merupakan salah satu perusahaan terbaik. "
"Salah, dengar hanya ada satu orang pemegang saham yang bermarga Atmaja dan dia hanya memiliki anak perempuan bukan anak laki-laki. "
"kalau gitu anak selingkuhan."
"Istri Tuan Atmaja itu sudah lama meninggal, jika dia nak haram, pasti juga sudah diakui sejak lama. "
"Menurutku itu juga tidak benar, lalu menurut kamu siapa dia sebenarnya? "
"Mungkin anak orang kaya dari perusahaan lain yang sudah mengenal manajer kita dengan baik, makanya dia boleh datang dan bekerja di perusahaan. "
"Yaa, itu lebih masuk akal."
Banyak orang setuju dengan spekulasi itu tetapi Manajer Li berkata, "Aku sudah melihat bagaimana penampilannya ketika dia datang ke perusahaan, dia seperti siswa miskin jadi tidak mungkin dia anak orang kaya tapi mungkin ada suatu status yang rahasia dari dirinya yang tidak ingin orang lain ketahui. "
Gavin tidak bisa untuk tidak mendengarkan pembicaraan, lalu dia berjalan ke arah mereka dengan angkuh dan bertanya pada Manajer Li, "Kalau begitu, beri tahu aku status apa yang aku miliki?"
Setelah melihat Gavin semua karyawan kembail ke mejanya masing - masing sambil menutupi wajahnya karena khawatir Gavin akan memecat mereka.
Lalu Manajer Li ditinggal sendirian dan dia menjadi takut karena tidak mengira kalau Gavin yang meninggalkan perusahaan akan kembali, dan dia kembali ketika orang - orang tengah berbicara buruk di belakangnya.
"Ehh, bukan, bukan seperti itu kamu salah dengar." Manajer Li hanya bisa mengigit jari dan menyangkal tentang apa yang barusan dikatakannya.
"Telingaku tidak tuli jadi aku sudah mendengar semua yang sedang kalian bicarakan tadi. Kalau kalian ingin mengetahui siapa aku sebenarnya tanya saja langsung jangan malah menebak - nebak. Kalian seperti orang bodoh yang hanya berani menebak-nebak." Gavin tidak keberatan jika mereka membicarakan tentang dirinya hanya saja dia tidak suka jika pembicaraan mereka hanya berisi omong kosong.
Manajer Li menundukkan kepalanya dan tidak berbicara sama sekali karena membiarkan Gavin untuk berbicara sesukanya, karena bagi dirinya saat ini Manajer Li sedang di timpa kesialan.
Gavin sendiri tidak peduli pada hal itu jadi dia hanya melirik ke arah semua orang dengan acuh tak acuh dan kembali ke kantor untuk melanjutkan membaca laporan. Semua orang di luar tidak berani mengatakan apa-apa dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Setelah beberapa saat, Sianly masuk sambil memegang undangan merah di tangannya dan memberikannya ke Gavin lalu berkata, " manajer Hari Tanoe memintaku untuk menyerahkan ini untukmu."
Gavin membacanya tetapi dia masih belum mengetahui pesta apa yang akan dihadirinya. Namun tempat dan waktunya tertulis dengan jelas. Undangan dilaksanakan di hotel Phoenix, dimana itu merupakan hotel terbesar dan termewah di kota. Maka bisa dipastikan kalau pesta itu bukanlah pesta biasa, dan kenapa Hari mengundangnya? Memikirkan hal itu membuat Gavin merasa agak aneh.
" manajer Hari berkata kalau dia akan menunggu jawaban dari anda setelah anda selesai membacanya, jadi apakah anda akan datang?" Sianly berkata dengan hati-hati.
"Aku akan datang." Gavin menanggapi dengan singkat, karena bagaimanapun juga dia harus datang untuk mengetahui alasan Hari mengundangnya.
"baik, aku akan memberi tahu Manajer Hari sekarang. "mendapatkan balasan, Sianly dengan cepat meninggalkan kantor Gavin Jelas dia tidak melakukan apa pun sejak dia datang ke perusahaan Tetapi beberapa orang di perusahaan agak takut padanya.
Gavin melihat surat undangan itu sekali lagi setelah Sianly pergi. Pesta itu akan dilaksanakan nanti malam dan juga disebutkan kalau dia harus berpakaian formal. Padahal saat ini Gavin hanya memiliki beberapa pakaian biasa dikenakan oleh mahasiswa, jadi Dia harus pergi keluar untuk membeli pakaian formal.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dia langsung pulang, tetapi ketika dia akan pulang, dia secara khusus berkata pada orang-orang di Departemen Pemasaran, "Aku tidak akan kembali setelah ini, jadi kalau kalian ingin melanjutkan berdiskusi lanjutkanlah dan aku ingin tahu apakah kalian akan bisa menebak identitas asli aku. "
Melihat bahwa orang - orang yang mengatakan hal buruk tentangnya tampak sangat menyesal membuat Gavin merasa jauh lebih baik. Sehingga dia bisa meninggalkan perusahaan dengan tenang dan bergegas pergi ke toko yang menjual pakaian formal di pusat kota.
Gavin memasuki toko dan menerima tatapan aneh dari pramuniaga serta dari para pelanggan yang sedang memilih pakaian di toko.
Gavin terbiasa dengan penampilan yang sekarang meskipun akan membuatnya jadi direndahkan dan dihina, tetapi dia tidak peduli sama sekali tentang itu. Karena tidak ada pramuniaga yang datang untuk menyapanya dia langsung berjalan ke lemari pajangan dan melihat-lihat.
Novel Terkait
Inventing A Millionaire
EdisonIstri ke-7
Sweety GirlPergilah Suamiku
DanisMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraCinta Tak Biasa
SusantiThe Revival of the King
ShintaCantik Terlihat Jelek
SherinGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir