Gue Jadi Kaya - Bab 85 Kejutan
Gavin dengan sengaja menggunakan nada seolah terkejut, dan berbicara dengan keras agar semua orang di kelas mendengarnya.
Setelah mendengar kata-kata itu, perhatian mereka beralih dari Gavin ke Bella. Semua siswa juga tahu bahwa Bella memang secara sengaja membuat masalah dengan Gavin. Padahal tidak ada kebencian yang mendalam di antara mereka berdua, dan perhatian yang berlebihan itu benar-benar bisa diartikan kalau Bella memang benar - benar menyukai Gavin.
Beberapa gadis bahkan menyaksikan kegembiraan itu dan berkata kepada Bella, "Heee.. jadi kamu suka sama Gavin yah, sudah kamu tidak usah malu untuk mengakuinya. "
"Iya betul, sebentar lagi kalian berdua akan lulus, jadi kalau kamu enggak segera bilang, maka besok kamu akan kehilangan kesempatan."
"Ya.. ya.. ayo akui saja, cepat... "
"Ngaku!"
""Ngaku!"
Beberapa orang mulai mencemooh, dan Bella terus menggelengkan kepalanya dan menjelaskan bahwa dia tidak menyukai Gavin serta memandang rendah Gavin. Tetapi suaranya kalah oleh suara-suara mencemooh, sehingga tidak ada yang mendengarkannya.
Bella diejek hingga matanya memerah, dan dia akan menangis beberapa saat lagi. Dan ini adalah pertama kalinya dia dicemooh oleh teman - temannya.
Banyak dari teman - temannya sebenarnya juga tidak menyukai Bella. Meskipun mereka teman sekelas, tetapi Bella selalu arogan soalnya Bella berasal dari keluarga kaya. Sehingga semua teman - temannya berusaha menahan diri. Tetapi sekarang mereka mau lulus, sehingga keberanian mereka meningkat.
Begitu Rasti masuk ke kelas dan mendengar ada suara mencemooh, Rasti lalu berteriak, "Apa yang kalian lakukan?"
Saat mendengar suara Rasti semua orang terdiam dalam sekejap. Bella akhrinya mendapat kesempatan untuk bernafas, dan dengan mata merah dia berkata pada Rasti, "Bu Guru Gavin menganiaya aku. "
"Apa?" Rasti mengerutkan kening dan menatap Gavin. Sudah lama sekali, dan sekaran dia menjadi lebih berani, bahkan berani menganiaya teman sekelas wanita.
"Aku tidak melakukan apa - apa, dia yang memprovokasiku lebih dulu. Bagaimana mungkin aku yang berinisiatif untuk menganiaya dia?" Gavin mengangkat tangannya dan berkata kalau dia tidak bersalah.
"Apa masalahnya?" Rasti bertanya kepada siswa lainnya.
Teman sekelasnya bercerita tentang permasalahan yang tadi terjadi, dan Rasti tahu kalau Bella dan Gavin tidak akur lagi. Kemudian Gavin melawannya, sebetulnya ini hanyalah lelucon antara anak-anak. Jadi itu bukan masalah besar.
Dia tidak ingin peduli dengan perselisihan anak-anak ini, dan berkata, "Sekarang aku di sini untuk mengumpulkan dokumen untuk persiapan kelulusan. Sudah jangan buat trik lain, dan segera kumpulkan dokumen magang kalian semua."
Bella yang melihat kalau Rasti tidak membelanya, kembali duduk sambil marah.
Semua orang mengumpulkan dokumennya, dan Bella memandang Gavin setelah menyerahkan dokumennya, sambil menunggu untuk membuat lelucon kalau dia tidak bisa menyerahkan dokumennya. Ternyata Gavin bisa menyerahkan dokumennya.
Rasti Sebenarnya juga sangat mengkhawatirkan masa magangnya, tetapi setelah melihat kalau Gavin juga ikut menyerahkan, Rasti melihat dengan cermat dan ternyata dokumennya sangat lengkap dan Gavin mendapat penilaian yang baik.
Melihat itu Rasti diam saja, Bella pun tahu kalau dirinya telah salah perhitungan lagi. Sekarang dia merasa jengkel, karena Gavin sudah menyakiti perasaannya. Dan mereka berdua akan segera lulus, jika dia tidak segera membalasnya sekarang, maka Bella tidak akan memiliki kesempatan lain di masa depan.
Dan semuanya tidak berjalan seperti yang Bella inginkan, dan sekarang dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi pada Gavin. Jika tidak, teman lain akan mengatakan bahwa Bella memang benar - benar menyukai Gavin.
Bahkan hal ini lebih memalukan daripada gabungan penghinaan yang pernah dia alami sebelumnya. Bahkan jika Bella akan mati, dia tidak akan pernah menyukai Gavin.
Setelah mengumpulkan dokumen, semuanya sudah bisa pergi dan tinggal menunggu sekolah untuk mengeluarkan ijazah diploma. Selanjutnya mereka semua akan lulus dari sekolah ini dengan baik.
Rasti juga menghela nafas lega, sebab tugasnya untuk menjaga Gavin sudah selesai.
"Gavin kamu ikut aku ke kantor." Sekarang sudah waktunya menyelesaikan urusan mereka berdua. Gavin dengan patuh mengikuti Rasti ke kantornya.
Setelah sampai di kantor Gavin tidak tahu harus berkata apa dan hanya melihat Rasti sambil menunggu dia berbicara lebih dulu.
"Kamu tahu kenapa aku memintamu untuk datang," kata Rasti.
"Masalah perceraiankan." Selain itu Gavin tidak bisa memikirkan hal lain.
"Hari ini, aku sudah membuat janji dengan orang tuaku. Jadi kamu akan pulang denganku untuk menemui mereka sebentar. Dan ini adalah surat perceraian, kamu tanda tanganilah dulu.” Rasti mengeluarkan surat perceraian dari laci dan menyerahkannya kepada Gavin.
Gavin melihatnya sebentar lalu meletakkannya, dan berkata kepada Rast, "Aku tidak bisa menanda tanganinya."
"Apakah kamu ingin aku kembali? Bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya, kalau aku telah melakukan yang terbaik untukmu. Terus apa lagi sih maumu, apa kamu ingin minta uang?" Kata Rasti.
"Aku tidak minta uangmu, yang jelas aku enggak bisa menandatanganinya sekarang. Karena pernikahan kita adalah keinginan dari orang tuamu, kalau orang tuamu sudah setuju Maka aku akan menandatanganinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun." Dia tidak bisa menahan untuk tidak mempertimbangkan hal ini.
Rasti mengerutkan kening. Karena selama itu bukan karena keengganan Gavin, maka hal itu bisa dilakukan nanti. Sehingga Rasti memasukkan kembali surat perceraian di tasnya dan berkata kepada Gavin, "Tunggu aku sebentar, akau mau menyelesaikan beberapa urusan di sekolah, aku akan mengantarmu pulang nanti."
Setelah berbicara, dia pergi untuk menangani urusan sekolah dan meninggalkan Gavin seorang diri di kantor. Gavin tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang, dan saat ini dia merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tidak tahu kenapa dia merasa tidak nyaman.
Gavin sudah menunggu lebih dari satu jam, karena Rasti terlambat datang. Setelah sampai di kantor, Rasti tidak banyak bicara dan langsung mengajak Gavin pulang ke rumah orang tua Rasti. Orang tua Rasti sering bepergian ke luar sepanjang tahun ini. Sehingga sangat sulit untuk ditemui. Tetapi hari ini mereka baru saja kembali, sehingga waktunya sangat tepat. Maka dari itu Rasti harus segera menyelesaikan perceraiannya.
Ketika sampai di rumah orang tuanya Rasti mengajak Gavin masuk ke dalam rumah. Di dalam orang tuanya sedang asik menonton TV, sambil bermadu kasih. Meski sudah menikah selama beberapa dekade, tetapi mereka tetap semanis saat pertama kali berkenalan. Rasti merasa sedikit aneh.
Melihat Rasti dan Gaving datang dari Orang tua Rasti berhenti bermesraan. Ayah Rasti lalu memandang Gavin dan berkata, "Oh.. kamu di sini rupanya, ahh sudah lama sekali kita tidak bertemu, ayo kita makan bersama malam ini. "
"Iyah, aku akan memasak makanan enak untuk kalian, karena hari ini kita semua bisa berkumpul bersama sebagai keluarga.” Ibu Rasti langsung berdiri dan berkata.
Tak lama kemudian Ayah Rasti mengajak istrinya untuk kembali duduk dan berkata, "Sudah tidak usah repot - repot. Kita pergi makan di luar saja, kamu sudah terlalu lelah untuk memasak, jadi jangan kamu paksakan."
Melihat keduanya akan segera memulai lagi Rasti segera berkata dengan cepat, "Kami di sini bukan untuk makan bersama, tetapi untuk berbicara dengan kalian soal perceraian kami berdua. "
"Perceraian?" Ayah Rasti dan Ibu Rasti memandang mereka bersama dengan heran, dan rasa terkejut di wajahnya sepertinya membeku.
"Benar kami berdua ingin bercerai. Waktu itu kalian berdua memaksaku untuk menikah, dan sekarang aku sudah lama merawatnya, dia juga sudah lulus. Aku juga bisa hidup sendiri di masa depan, dan aku juga tidak ingin terus membuang waktu kami berdua." Rasti berkata dengan tegas.
"Tidak bisa, pernikahan kalian adalah kesepakatan yang sudah kami buat dengan orang tua Gavin. Jika kalian berdua sampai bercerai, lalu apa yang harus kami katakan pada mereka?” Ayah Rasti tidak setuju.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelHis Soft Side
RiseWahai Hati
JavAliusCintaku Pada Presdir
NingsiPernikahan Kontrak
JennyCinta Yang Terlarang
MinnieEternal Love
Regina WangGue Jadi Kaya×
- Bab 1 Uang Banyak Yang Jatuh Dari Langit
- Bab 2 Memandang Rendah
- Bab 3 Anjing Yang Memandang Rendah Orang
- Bab 4 Pergi Sana!
- Bab 5 Uang Kas Kelas
- Bab 6 Cerai
- Bab 7 Tuan Muda
- Bab 8 Beli!
- Bab 9 Tuan Muda Sanjaya
- Bab 10 Kakek!
- Bab 11 Orang Tidak Berguna Bagaikan Sampah
- Bab 12 Wajah Tidak Sabar
- Bab 13 Sedih
- Bab 14 Pelajar Miskin
- Bab 15 Orang Terpandang
- Bab 16 Saudara Miskin
- Bab 17 Kebenaran Terucap
- Bab 18 Mengantar Uang
- Bab 19 Halangan
- Bab 20 Dikeluarkan Dari Sekolah
- Bab 21 Mengadu
- Bab 22 Investasi
- Bab 23 Mengakui Kekalahan
- Bab 24 Salah Paham
- Bab 25 Berpura-Pura
- Bab 26 Pesta Kumpul Teman-Teman
- Bab 27 10 Miliar!
- Bab 28 Kebingungan Antara Yang Benar Dan Yang Salah
- Bab 29 Menjadi Pelindung
- Bab 30 Usaha
- Bab 31 Hambatan
- Bab 32 Pameran Kerja
- Bab 33 Berani Ikut Dalam Perekrutan
- Bab 34 Wawancara
- Bab 35 Manajer Hari
- Bab 36 Mengeluh
- Bab 37 Saldo Di Dalam Rekening
- Bab 38 Pilih Sendiri
- Bab 39 Tebak
- Bab 40 Orang Di Belakang Uang
- Bab 41 Undangan
- Bab 42 Tuan Sihotang
- Bab 43 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 44 Perjamuan Kencan Buta
- Bab 45 Mengacaukan Masalah
- Bab 46 Identitas
- Bab 47 Melakukan Sesuatu
- Bab 48 Bertambah Seorang Adik
- Bab 49 Menarik Orang
- Bab 50 Kontrak
- Bab 51 Membahas Tentang Perceraian Lagi
- Bab 52 Dua Miliar Rupiah
- Bab 53 Bergabung
- Bab 54 Resiko Yang Harus Ditanggung
- Bab 55 Tingkat Kepastian
- Bab 56 Penagihan Hutang
- Bab 57 Pembunuhan
- Bab 58 Beri Pelajaran
- Bab 59 Dijebak
- Bab 60 Pergi Untuk Mati
- Bab 61 Wanita Pembohong
- Bab 62 Melakukan Kerjasama
- Bab 63 Aku Menemukan Harta Karun Itu
- Bab 64 Kembali
- Bab 65 Penandatanganan Kontrak
- Bab 66 Audisi Bakat
- Bab 67 Kekurangan Orang
- Bab 68 Tersinggung
- Bab 69 Pemeliharaan
- Bab 70 Atas Nama Suami Dan Istri
- Bab 71 Pergi Ke Luar Negeri
- Bab 72 Tidak Akan Kubiarkan Lolos
- Bab 73 Menyadari
- Bab 74 Putri Yang Tidak Diakui
- Bab 75 Sampah
- Bab 76 Bersama
- Bab 77 Tidak Cukup Bagus
- Bab 78 Bos
- Bab 79 Tidak Bisa Memprovokasi
- Bab 80 Program Rekaman
- Bab 81 Protes
- Bab 82 Kinerja
- Bab 83 Lulus
- Bab 84 Salah Tafsir
- Bab 85 Kejutan
- Bab 86 Resmi Bercerai
- Bab 87 Tempat Parkir Harga Langit
- Bab 88 Mempermalukan Diri Sendiri
- Bab 89 Keluar
- Bab 90 Kehilangan Pekerjaan
- Bab 91 Mengangkat Jadi Anak
- Bab 92 Membeli Dengan Seenaknya
- Bab 93 Mengejar Artis
- Bab 94 Pinjam Uang
- Bab 95 Membuat Segalanya Sulit
- Bab 96 Dividen
- Bab 97 Menawar Harga
- Bab 98 Sudah Berencana Sebelumnya
- Bab 99 Hilang
- Bab 100 Bukan Siapa-Siapa
- Bab 101 Pingsan
- Bab 102 Harga Yang Menyakitkan
- Bab 103 Pengakuan
- Bab 104 Terkenal
- Bab 105 Pesta Minum Pribadi
- Bab 106 Membuat Masalah
- Bab 107 Ketidakcocokan
- Bab 108 Silakan
- Bab 109 Tanpa Keraguan
- Bab 110 Rasti Ada Di Sini
- Bab 111 Menyerah
- Bab 112 Hati
- Bab 113 Jalan Untuk Melangkah Mundur
- Bab 114 Mengundurkan Diri Dari Peperangan
- Bab 115 Sombong
- Bab 116 Memalukan
- Bab 117 Makan Gratis
- Bab 118 Skandal
- Bab 119 Memiliki Kesulitan
- Bab 120 Mengejar
- Bab 121 Hati Gadis
- Bab 122 Orang-Orang Di Belakang
- Bab 123 Bahaya
- Bab 124 Melampiaskan Amarah
- Bab 125 Artis
- Bab 126 Hasil Akhir